Presiden Korsel Puji Komunitas Buddhis dalam Kendalikan Pandemi COVID-19
Bhagavant.com,
Seoul , Korea Selatan – Presiden Korea Selatan Moon Jae-in mengundang para pemimpin komunitas Buddhis dari berbagai tradisi yang masuk dalam Asosiasi Sangha Korea pada tanggal 18 September 2020.
Dalam pertemuan yang diadakan di Ruang Chungmu di Gedung Biru (Cheongwadae) itu, Presiden Moon berterima kasih kepada para bhiksu dan umat Buddhis awam karena “memberikan kenyamanan dan dorongan untuk masyarakat Korea yang mengalami kesulitan karena pandemi COVID-19.”
Presiden Moon memuji komunitas Buddhis karena “secara proaktif bekerja sama dengan pemerintah dalam mengendalikan epidemi sejak awal, membatalkan hampir semua acara dan pertemuan keagamaan, tatap muka hingga menutup pintu vihara.
Bahkan termasuk Festival Lentera Lotus pada bulan Mei untuk perayaan Vesak yang telah berlangsung selama lebih dari seribu tahun, juga dibatalkan. Sangat menyedihkan karena masyarakat tidak dapat melihat parade lentera tahun ini.
Pemerintah Korea memahami betapa sulitnya keputusan bagi komunitas Buddhis untuk membatalkan Festival Lentera Lotus tahun ini, terutama karena UNESCO akan membuat keputusan tentang penunjukan Festival Lentera Lotus sebagai Warisan Dunia pada bulan Desember.
Pemerintah Korea Selatan berjanji akan bekerja lebih keras lagi untuk mendukung langkah tersebut agar festival itu terdaftar sebagai Warisan Dunia. Dengan demikian seluruh dunia dapat berbagi dan mendapatkan manfaat dari karunia budaya dan spiritual dari Agama Buddha Korea.
Menanggapi pernyataan Presiden Moon tersebut, Y.M. Wonhaeng, Ketua Sangha Jogye Korean menyampaikan jawaban yang mewakili para pemimpin Buddhis yang berpartisipasi dalam pertemuan tersebut.
“Kami merasa terhormat atas undangan ini meskipun jadwal Presiden Moon sangat padat. Seluruh negeri menderita. Para pemilik usaha kecil menderita karena resesi, dan para petani juga menderita, terkena topan. Kami para pemimpin Buddhis harus melakukan puja lebih keras untuk membantu meringankan dan berbagi penderitaan bangsa.”
Y.M. Wonhaeng melanjutkan dengan mengatakan, “Komunitas Buddhis segera memahami bahwa pedoman dari otoritas kesehatan harus diikuti karena kami tahu tidak ada yang lebih penting daripada memastikan kesehatan dan melindungi kehidupan warga.”
“Ini mengakibatkan kesulitan ekonomi yang signifikan, tetapi sejauh ini belum ada satu kasus (COVID-19) pun yang dikonfirmasi di antara sangha Buddhis yang diwakili di sini hari ini. Kami tidak akan menghentikan puja kami yang bersemangat kepada para Buddha dan Bodhisattva sampai ancaman yang ditimbulkan oleh pandemi COVID-19 pada kehidupan orang-orang akhirnya berakhir.”
Y.M. Wonhaeng juga memimpin pertemuan dalam puja bakti, di mana beliau menyatakan, “Semua makhluk hidup dalam Jaring Indra yang saling berhubungan, di mana kita sepenuhnya bergantung pada orang lain untuk bertahan hidup di semua tingkatan”
“Kami berharap semoga dengan kenyataan ini, semua makhluk menyadari bahwa cara terbaik untuk mengatasi kesulitan adalah memiliki keberanian untuk menghormati dan membantu satu sama lain dan mempromosikan hidup berdampingan yang damai dan harmonis alih-alih mengandalkan permusuhan dan bergegas menuju konflik.”
“Kami berharap dengan sungguh-sungguh agar semua makhluk bergandengan tangan untuk bekerja sama melampaui kesulitan ini dan bergerak maju di jalan belas kasih dan kebijaksanaan untuk mencapai kebahagiaan sejati dan abadi,” demikian seperti yang dilansir situs web Sangha Jogye, 24 September 2020.
Turut serta dalam pertemuan tersebut antara lain: Y.M. Beomhae, Ketua Dewan Pusat Sangha Jogye, Y.M. Jeonmuk, Ketua Asosiasi Vihara Pusat, Y.M. Bongak, Ketua Asosiasi Bhikkhuni Korea, Y.M. Geumgok, Direktur Umum Sangha Jogye, Y.M. Jihyeon, Kepala Vihara Jogye, Y.M. Wonmyeong, Kepala Vihara Bongeun, Y.M. Mundeok, Ketua Sangha Cheontae Korea, Huiseong, Ketua tradisi Jingak, Hongpa, Ketua tradisi Kwanum Korea, Ven. Homyeong, Ketua Sangha Taego, Inseon, Ketua tradisi Chongji, dan Y.M. Mancheong, Ketua Sangha Daegak.
Setelah pertemuan selesai, Y.M. Wonhaeng menyerahkan kaligrafi tangan kepada Presiden Moon. Kaligrafi tersebut dibuat oleh Y.M. Master Jinje, Sesepuh Agung Sangha Jogye. Kaligrafi itu berbunyi ‘萬古徽然 (mango hweiyeon),’ yang berarti ‘bercahaya abadi dalam tahun-tahun yang tak terhitung.’ Kalimat itu dipilih oleh Master Jinje dengan aspirasi yang sungguh-sungguh bahwa Presiden Moon akan mengatasi krisis nasional yang belum pernah terjadi sebelumnya ini dengan kebijaksanaan dan membangun negara yang akan bersinar selamanya.[Bhagavant, 3/10/20, Sum]
Kategori: Korea Selatan
Kata kunci: wabah penyakit
Penulis: