Puja Bakti Asalha 2560 EB di Candi Borobudur Dihadiri Ribuan Buddhis

Bhagavant.com,
Jawa Tengah, Indonesia – Kegiatan Puja Bakti Agung Hari Raya Asalha 2560 EB /2016 di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, pada Minggu (17/7/2016) dihadiri oleh ribuan umat Buddhis dari dalam maupun luar negeri.

Puja Bakti Agung Hari Raya Asalha 2560 EB /2016 di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, pada Minggu (17/7/2016).
Puja Bakti Agung Hari Raya Asalha 2560 EB /2016 di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, pada Minggu (17/7/2016). Foto: Tangkapan layar video Youtube.

Kegiatan untuk memperingati hari saat untuk pertama kalinya Buddha Gotama membabarkan Dhamma (Kebenaran) yang telah Ia temukan, mulai dilaksanakan pukul 17.00 WIB di pelataran barat Candi Borobudur, disiarkan langsung melalui Youtube.

Mahapuja Asadha atau Asalha 2560 EB tersebut dihadiri oleh 132 viharawan yang terdiri dari para bhikkhu dari Sangha Theravada Indonesia (STI) dan sejumlah bhikkhu dari mancanegara, peserta pabajja samanera dan athasilani sementara, serta diikuti oleh ribuan umat Buddha dari Jawa Tengah, Yogyakarta, dan daerah lain di Indonesia, termasuk PLT.Direktur Urusan dan Pendidikan Agama Buddha, beserta pejabat di lingkungan Ditjen Bimas Buddha dan Kepala Biro Mental Spiritual yang mewakili Gubernur Jawa Tengah.

Sebelum memasuki pelataran pusat Mahapuja Asalha (Skt: Asadha) diadakan, para umat mengikuti rangkaian prosesi atau kirab dengan sikap anjali sambil membawa bendera merah-putih, bendera Buddhis, sarana puja termasuk relik suci dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur.

Kegiatan Mahapuja Asalha 2560 EB dimulai dengan masuknya anggota sangha ke pelataran dan diikuti dengan kegiatan pradaksina di puncak Candi Borobudur yang dilakukan oleh 10 orang bhikkhu. Kemudian disusul dengan penyalaan dupa dan lilin oleh anggota sangha bhikkhu, dilanjutkan dengan Namakara Patha (kalimat perhormatan), pembacaan Asalha Punnami Puja Gatha (syair puja Asalha), pengucapan Aradhana Tisarana Pancasila, perenungan terhadap Tiratana (Buddhanusati, Dhammanusati, Sanghanusati), dan Saccakiriya Gatha (pernyataan kebenaran).

Dhammacakkappavattana Sutta atau khotbah mengenai Pemutaran Roda Dhamma yang berisi Empat Kebenaran Arya (Empat Kebenaran Mulia) dan merupakan khotbah pertama yang dibabarkan oleh Buddha Gotama juga dibacakan pada kesempatan itu, dilanjutkan dengan pelaksanaan meditasi yang dipimpin oleh Y.M. Jotidhammo Mahathera.

Y.M. Sri Pannavaro Mahathera selaku Ketua Sangha (Saṅgha Pāmokkha) Sangha Theravada Indonesia dalam pesan Dhamma-nya mengingatkan bahwa Asadha Puja tidak hanya memperingati berputarnya roda Dhamma tetapi juga hari lahirnya Sangha.

“Ibu, Bapak dan Saudara, Asadha adalah lahirnya Triratna, lengkaplah Permata Buddha, Dhamma dan Sangha,” kata bhikkhu yang sering disebut dengan nama Bhante Panna, mengingatkan.

Bhante Panna mengungkapkan bahwa pertama kali yang Sri Buddha ajarkan dan jelaskan adalah persoalan penderitaan umat manusia, persoalan yang menjadi persoalan semua orang. Bhante Pannya juga menjelaskan mengenai bagaimana umat manusia pada umumnya tidak sungguh-sungguh ingin membebaskan diri dari penderitaan.

“Manusia umumnya tidak membebaskan penderitaan tetapi hanya menutup-nutupi penderitaan. Karena menutup penderitaan maka sangat sulit melihat sebab penderitaan. Guru Agung kita menunjukkan tanha itulah sebab penderitaan,” kata Bhante Panna.

Beliau menyampaikan bahwa nafsu keinginan itu selalu diikuti oleh kesenangan yang mencari hal-hal yang menyenangkan di sana-sini dan saat seseorang memenuhinya ia merasa menyelesaikan penderitaan, padahal hanya menutupi penderitaan dengan mencari kesenangan di sana-sini. Dan solusi untuk menghentikan nafsu ini yaitu dengan bermeditasi untuk mengasah kesadaran.

“Bermeditasilah, asahlah kesadaran Saudara, awareness Saudara, sati. Kesadaran itulah yang akan membuat hawa nafsu berhenti. Kesadaran itulah yang akan menghentikan tanha,” jelas Bhante Panna.

Di akhir pesan Dhamma-nya, Bhante Panna mengajak umat untuk berjuang mengendalikan diri dan mempraktikkan ajaran Buddha untuk menyelesaikan penderitaan.

“Ajaran Guru Agung kita tidak sekedar agama, tetapi ilmu pengetahuan spiritual, mencerahkan, memperkaya mental kita, dan marilah kita praktik untuk menyelesaikan penderitaan ini,” ujar Bhante Pannya.

Pada kesempatan itu juga ditampilkan lagu Buddhis dan tari puja yang kemudian dilanjutkan oleh sambutan dari Y.M. Subhapannyo Mahathera. Ketua Umum (Sanghanayaka) STI dan beberapa pejabat, penyerahan cendera mata dan pemercikan air berkah serta pemutaran video mapping mengenai kehidupan Buddha Gotama.

Puja Bakti Agung Asalha 2560 EB / 2016 yang merupakan puncak dari kegiatan Indonesia Tipitaka Chanting 2016 (ITC – Pelantunan Tipitaka Indonesia) selama tiga hari dari 15 – 17 Juli 2016 yang diselenggarakan oleh Sangha Theravada Indonesia didukung oleh MAGABUDHIi, WANDANI, dan PATRIA, diakhiri dengan pembacaan Namakara Patha.

Selain memperingati pembabaran Dhamma untuk pertama kali dan lahirnya Sangha, Hari Raya Asalha juga merupakan sebagai penanda dimulainya masa vassa (retret musim hujan) bagi para bhikkhu yang berlangsung selama tiga bulan.[Bhagavant, 20/7/16]

Rekomendasikan:

Kategori: Asia Tenggara,Indonesia
Kata kunci: , ,
Penulis: