Stop Diskriminasi Agama Di Korea Selatan
Bhagavant.com,
Seoul, Korea Selatan – Beberapa minggu belakangan ini, puluhan ribu umat Buddha di Korea Selatan mengadakan demonstrasi di Seoul, untuk memprotes diskriminasi yang dilakukan oleh pemerintah President Lee Myung-bak.
Aksi damai ini menuntut Presiden Lee Myung-bak yang beragama Presbyterian (salah satu aliran Kristen Protestan) untuk menghentikan diskriminasi agama dan meminta maaf atas perilaku beberapa pejabat senior pemerintahan dan juga dirinya yang cenderung menganaktirikan Buddhisme dan menganakemaskan agama Kristen.
President Lee dikritisi oleh para demonstran karena mengisi Kabinet dalam pemerintahannya oleh anggota-anggotanya yang seagama dengannya dan Lee tidak mengirimkan pesan ucapan selamat di hari kelahiran Buddha, padahal mayoritas rakyat Korea Selatan memeluk Buddhisme.
Para demonstran juga menyebut insiden-insiden yang menurut hemat mereka bersifat diskriminatif, seperti penggeledahan mobil Y.M. Jigwan, pimpinan Buddhis Korea tradisi Jogye oleh polisi baru-baru ini dan memperlakukannya seperti seorang kriminal. Vihara Jogye telah diawasi oleh polisi setelah enam aktivis penentang kebijaksanaan pemerintah mengenai impor sapi dari Amerika Serikat meminta perlindungan di sana.
Insiden yang bersifat diskriminatif di atas nampaknya juga bukan yang pertama kali diprotes oleh umat Buddha. Pada bulan Juni lalu, ditemukan pada pelayanan informasi transportasi umum yang disediakan oleh Kementerian Tanah, Transportasi dan Kelautan, dimana tidak dicantumkannya lokasi vihara-vihara yang ada di seluruh negara tersebut. Setelah umat Buddha memprotes hal itu, kemudian Menteri Chung Jong-hwan meminta maaf. Beberapa hari kemudian ditemukan juga pada peta informasi tentang Sungai Cheonggye yang tidak dicantumkannya informasi tentang vihara.
Hampir pada masa yang sama, Komisaris Polisi Eo Cheong-soo muncul bersama dengan seorang pendeta dalam sebuah poster yang mengiklankan sebuah acara yang diadakan oleh gereja Protestan. Dan poster itu dipasang di berbagai pos polisi di seluruh negara itu.
Ketika Lee Myung-bak menjadi walikota Seoul, ia menyatakan kota Seoul ”sebagai tempat suci yang dipimpin oleh tuhan” dan warga Seoul sebagai ”orang-orang tuhan”. Ia menyerahkan kota Seoul ”kepada tuhan”. Pada tahun 2006, Lee juga mengirimkan sebuah video pesan doa kepada sebuah perkumpulan Kristen dimana pemimpin kebaktiannya berseru kepada tuhan ”biarkanlah kuil-kuil Buddhis di kota ini luluh lantak”.
Seperti yang dikutip oleh Bhagavant.com dari Chosun.com, seorang mantan pastor yang ditunjuk sebagai sekretaris presiden sempat membandingkan para demonstran tersebut sebagai ”antek-antek setan”.
Kategori: Asia Oseania,Asia Timur,Gerakan Buddhis,Korea Selatan,Solidaritas Buddhis
Kata kunci: aksi damai, demonstrasi, diskriminasi agama, Kristen Protestan, Lee Myung-bak, penodaan agama, Presbiterian, Seoul
Penulis: