Rupaka Buddha Jadi Pemersatu Lintas Agama di Pedesaan New Jersey AS
Bhagavant.com,
New Jersey, AS – Sebuah rupaka atau rupang Buddha di sebuah pedesaan di New Jersey, Amerika Serikat menjadi daya tarik bagi warga negara dari dalam maupun luar negeri lintas agama.
![](https://i0.wp.com/live.staticflickr.com/65535/54202812061_92a8e81e13_c.jpg?w=800&ssl=1)
Rupaka Buddha setinggi sembilan meter, salah satu yang terbesar di Amerika Serikat, telah menjadi titik fokus spiritual dan budaya di dekat jalan raya negara bagian di Franklin Township, dekat Princeton, New Jersey.
Didirikan satu dekade lalu di halaman belakang Vihara dan Pusat Meditasi New Jersey, rupaka tersebut mencerminkan visi inklusivitas agama dan penjangkauan masyarakat, dibangun di bawah bimbingan bhikkhu asal Sri Lanka, Y.M. Hungampola Sirirathana Nakaya Thera.
Lokasi rupaka yang tidak biasa—tepat di luar Rute 27 dekat Princeton—telah menarik berbagai macam pengunjung baik umat Buddhis dari berbagai tradisi, penganut Hindu, Kristen, dan pejalan kaki yang penasaran. Para pengamat dan pengunjung mengatakan bahwa rupakag tersebut telah menciptakan lingkungan yang ramah bagi berbagai agama, menawarkan ruang untuk meditasi, dialog, dan pemahaman.
Daniel Choi, seorang instruktur penulis Universitas Princeton telah mengunjungi rupaka tersebut sejak 2015. Choi, yang tumbuh besar dengan menghadiri gereja Kristen Korea tetapi sekarang mempraktikkan Agama Buddha tradisi Tibet, menggambarkan rupaka dan lingkungan sekitarnya sebagai “hubungan” yang menyatukan warga.
Ia mencatat bahwa saat pusat-pusat Buddhis di AS sering kali bersifat privat, suasana terbuka Vihara New Jersey mendorong baik kontemplasi pribadi maupun kunjungan santai. “Tempat ini benar-benar terasa seperti kuil umum,” kata Choi seperti yang dilansir AP, Senin (9/12/2024), menekankan keunikan bisa bermeditasi atau melantunkan ayat-ayat suci di lingkungan yang memadukan tradisi dan latar belakang budaya yang berbeda.
Choi mengamati bahwa pengunjung dan praktisi yang berkunjung berasal dari seluruh dunia. “Anda melihat orang Sri Lanka…Anda melihat orang Korea, seperti saya, atau Anda melihat penganut Mahayana Tiongkok. Anda melihat warga India yang berlatih, Anda melihat umat Buddhis dari Jepang yang baru datang, Anda melihat umat Buddhis Nepal. … semuanya terbuka, dan itu sangat khas New Jersey.”
Warga yang sudah lama tinggal di dekat vihara juga telah menjalin hubungan dengan rupaka dan komunitas tersebut. Organisasi lokal telah bergabung, termasuk para pemimpin komunitas Nepal yang telah mengoordinasikan proyek-proyek lintas agama.
Salah satu individu tersebut, Tulsi Majarjan, seorang direktur di Friends of Nepal-NJ, bekerja untuk membuat mural lintas agama di dekat rupaka tersebut. Karya seni tersebut menampilkan simbol-simbol dari berbagai agama dunia, yang mencerminkan kekayaan budaya di wilayah tersebut. “Wilayaj Somerset kami telah menjadi mikrokosmos dunia,” kata Majarjan.
Majarjan mengenang saat ketika para praktisi Buddhis menempuh perjalanan jauh untuk menemukan sebuah vihara. Hari ini, ia mengungkapkan kebanggaannya atas keberagaman dan aksesibilitas agama di wilayah tersebut, dengan mencatat bahwa tidak jauh dari vihara terdapat kuil-kuil Hindu, Jain, dan Sikh. Ia menyebut rupaka Buddha sebagai sosok yang menenangkan yang membuat pengunjung “merasa begitu tenang dan kalem,” meskipun ia menekankan bahwa efeknya harus dialami secara langsung.
Carol Kuehn, warga setempat dan pensiunan guru sekolah menengah, yang berusia 76 tahun, mengatakan bahwa tinggal di sebelah vihara tersebut telah memengaruhi perjalanan spiritualnya sendiri. Dibesarkan sebagai seorang Presbiterian, ia diperkenalkan dengan Agama Buddha melalui literatur dan yoga.
Setelah para bhikkhu tiba pada tahun 2002, ia mulai mempraktikkan Agama Buddha secara teratur dan mendapati bahwa agama Buddha membantunya mengatasi kematian suaminya. “Inti dari Agama Buddha adalah hidup di masa kini,” katanya. “Itu merupakan perubahan besar dalam hidup saya, dalam menghadapi kesedihan. Meditasi memberi saya cara untuk fokus pada hal-hal positif.”
Pada satu malam baru-baru ini, Kuehn bergabung dengan kepala vihara, Y.M. Hungampola Sirirathana Nakaya Thera, dalam melantunkan sutta Pali. Ia mengatakan rupaka Buddha yang menjulang tinggi melambangkan kualitas yang telah “mengubah secara mendasar” hidupnya. “Rupaka itu adalah sesuatu yang dapat saya lihat dan pikirkan tentang kualitas yang diperjuangkan oleh Buddha,” kata Kuehn. “Itu adalah kedamaian, pengertian, kasih sayang, dan rasa hormat untuk semua.”[Bhagavant, 14/12/24, Sum]
Kategori: Amerika Serikat
Kata kunci: rupaka Buddha
Penulis: