Pernyataan BPF Atas Kemelut Di Birma

Perdamaian DuniaBpf.org,
San Francisco, Amerika Serikat – Untuk seminggu terakhir, ribuan bhikkhu Birma (Myanmar) telah melakukan gerakan di seluruh negara tersebut untuk menentang penekanan yang dilakukan oleh rezim militer Birma. Ini merupakan demonstrasi rakyat terbesar menentang dewan pemerintah dalam hampir 20 tahun terakhir. Sebagai Aliansi dari seluruh Bhikkhu Birma, Buddhist Peace Fellowship (BPF) memberikan dukungan dan solidaritas penuh kami terhadap gerakan, chant (melantunkan paritta), dan membalikkan mangkuk / menolak menerima dana makanan (patam nikkujjana kamma), menolak menerima sumbangan dari para anggota rezim militer, yang dilakukan seluruh Bhikkhu Birma.

Birma telah hidup di bawah tekanan sosial dan politik langsung hampir selama 20 tahun, sejak pemberontakan demokrasi pada tahun 1988. Tentara menjawab kerinduan rakyat untuk merdeka pada tahun 1988 dengan membunuh ribuan demonstran. Tekanan ini sama sekali tidak berkurang dari tahun ke tahun, dengan disertai pembersihan etnis kelompok minoritas, korupsi, kerja paksa, dan kemiskinan yang menyebar luas.

Pada hari Selasa, 18 September 2007, para bhikkhu berdemonstrasi di kota-kota di seluruh Birma. Di Sittwe, Rangoon barat, mereka menghadapi gas air mata dan senjata sebelum dibubarkan. Menurut laporan dari kelompok pengasingan di Thailand, beberapa bhikkhu dipukul dan ditahan.

Pada hari Rabu, 19 September, lebih dari 1000 bhikkhu di Rangoon melakukan aksi jalan dan dalam waktu singkat menduduki Pagoda Sule di pusat kota, setelah dihalangi menuju Pagoda Shwedagon.

Hari demi hari, kami mengikuti secara dekat berita ini dari Birma. Demonstrasi tanpa-kekerasan yang dilakukan oleh para rohaniawan Buddhis ini merupakan ekspresi belas kasih serentak ketika bangsa yang miskin dikejutkan oleh keputusan pemerintah menaikan harga. Para bhikkhu Birma memiliki sejarah menggunakan teknik tanpa-kekerasan dalam menentang penindasan.

Mereka memulai perlawanan sipil menentang kolonial Inggris. Mereka adalah nyata dan penting dalam pergerakan pada tahun 1988. Pada tahun 1990, sangha mendeklarasikan patam nikkujjana kamma dan pemerintah melawannya sehingga lebih dari 130 vihara dirazia, dan setidaknya 300 orang bhikkhu dipaksa menanggalkan jubah, ditangkap, dipenjarakan, dan disiksa. Sebagai engaged Buddhis sejati, para bhikkhu Birma menerima kepercayaan dan penghormatan dari bangsa mereka. Sekarang, mereka memimpin jalan menuju demokrasi dan hak-hak asasi manusia.

Win Min, seorang analisis Birma asal Thailand, mengatakan bahwa para jenderal berhati-hati terhadap reaksi keras masyarakat jika mereka bertindak melawan rohaniwan. ”Ini merupakan sebuah dilema bagi dewan pemerintah. Jika mereka mematahkan protes-protes yang dilakukan oleh para bhikkhu, maka lebih banyak orang yang akan bergabung dalam protes tersebut. Tetapi jika mereka melakukannya, ini bisa memicu perlawanan masyarakat secara besar-besaran terhadap pemerintah,” katanya.

Kami menyerukan kepada seluruh sahabat dalam komunitas Buddhist Internasional untuk mendukung para bhikkhu Birma dalam aksi yang mereka lakukan untuk pembebasan dan mengakhiri pemerintahan militer di tanah yang menderita ini. Kami mendesak para pemimpin Birma untuk menemui para bhikkhu dan jutaan orang yang merindukan kemerdekaan, dengan mata dan telinga yang terbuka dan dengan menyimpan semua senjata. Dengan demikian Birma akan kembali menemukan tempat yang sebenarnya sebagai mercu suar kemerdekaan dan Dhamma di dunia.

20 September 2007,

Atas nama komunitas Buddhist Peace Fellowship

Earthlyn Manuel
(Direktur Eksekutif)

dan

Rev. Hozan Alan Senauke
(Direktur Asosiasi)

Rekomendasikan:

Kategori: Amerika,Amerika Serikat,Amerika Utara,Asia Tenggara,Birma,Gerakan Buddhis,Perdamaian,Solidaritas Buddhis
Kata kunci: , , , ,
Penulis: