Buddhis Sri Lanka Rayakan Poson Poya di Tengah Lockdown
Bhagavant.com,
Kolombo, Sri Lanka – Umat Buddhis Sri Lanka merayakan Hari Raya Poson Poya pada Kamis (24/6/2021) di tengah penerapan lockdown di negara pulau di Asia Selatan tersebut.

Setiap tahun, Chathurika Dasanayake biasanya naik bus bersama ketiga anaknya dan tetangganya untuk melakukan perjalanan ke “tempat lahirnya Agama Buddha” di Sri Lanka pada Hari Raya Poson Poya di Mihintale, Anuradhapura.
Ribuan umat Buddhis berjubah putih berduyun-duyun ke vihara-vihara desa di seluruh negeri, meskipun acara utama berlangsung di Mihintale, Anuradhapura.
Dasanayake dan tetangganya ikut serta dalam melaksanakan attasila (delapan sila), meditasi dan menyiapkan lentera, pandal (bangunan puja sementara dengan ornamen pertunjukan kehidupan Buddha) dan dansala (sumbangan makanan, minuman, dan permen untuk para peziarah).
Seorang bhikkhu kepala vihara di desa tersebut melantunkan delapan sila di pagi hari. Dengan menjalankan sila, para peziarah bertekad untuk menumbuhkan perilaku yang baik dan mengembangkan disiplin diri.
Itu semua merupakan tradisi bagi umat Buddhis dan umat beragama lainnya untuk berziarah sebagai keluarga dan teman untuk menonton pandal, lentera, dan dansala pada Hari Raya Poson Poya.
Hari Raya Poson Poya adalah hari raya penting kedua setelah Vesak bagi umat Buddhis Sri Lanka, merupakan hari untuk memperingati diperkenalkannya Agama Buddha ke Sri Lanka oleh Y.M. Mahinda Thera, seorang bhikkhu dhammaduta yang sekaligus merupakan putra dari Kaisar Asoka pada abad ketiga SM.
Y.M. Mahinda Thera bertemu Raja Devanampiyatissa di puncak bukit Mihintale di Anuradhapura dan menyampaikan khotbah pertamanya. Inilah sebabnya mengapa Anuradhapura sering disebut sebagai “tempat lahirnya Agama Buddha” di negara ini.
Pandemi COVID-19 membatasi perayaan Hari Poson Poya tahun ini. Umat Buddhis telah melewatkan semua aktivitas komunitas dan puja mereka. Mereka berpartisipasi dalam program live online dan rekaman selama perayaan ini berlangsung pada 24 Juni 2021.
Pemerintah Sri Lanka telah memberlakukan pembatasan perjalanan yang ketat di seluruh negeri tertsebut untuk mengendalikan penyebaran gelombang ketiga pandemi. Sri Lanka telah mengalami lonjakan besar dalam jumlah infeksi COVID-19.
Ketika Dasanayake mendengarkan khotbah para bhikkhu pada Hari Raya Poson Poya, dia melihat jalan-jalan utama yang kosong, sangat berbeda dengan jalan-jalan yang ramai tahun-tahun sebelumnya.
Nuwangi Udayangani, seorang guru dari Kuliyapitiya timur laut ibukota Kolombo, sangat sedih karena semua kesempatan untuk bekerja sama sebagai sebuah komunitas telah hilang karena pandemi.
“Meskipun kita semua tidak berdaya karena virus corona, kita tetap saling membantu sebagai masyarakat,” kata Udayangani.
Para bhikkhu meminta para umat untuk melaksanakan ibadah keagamaan dari rumah mereka pada Hari Raya Poson Poya.
Kepala Maha Vihara Mihintale, Y.M. Walawahengunawewe Dhammarathana Thera mengorganisir pengucaran Ratana Sutta selama seminggu untuk berkah bagi negara dan dunia.
Semua toko minuman keras dan toko daging tutup selama minggu perayaan Hari Poson Poya setiap tahunnya.
Y.M. Dimbulkumbure Sri Wimaladhamma Maha Thera, Wakil Ketua Sangha Siam Nikaya Malwatta mengatakan semua orang harus menghadapi pandemi dengan sangat hati-hati. “Kali ini kita tidak akan bisa mempersembahkan dansala dan persembahan di acara pertemuan,” katanya.
Sementara itu perayaan Hari Raya Poson Poya Nasional di Mihintale dihadiri oleh Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa dengan protokol kesehatan. Presiden yang tiba di Mihintale dan melakukan puja terhadap relikui suci di sana.
Tema Hari Raya Poson Poya yang tahun ini genap 2329 tahun sejak kedatangan Y.M. Mahinda Thera ke Sri Lanka adalah “Semoga semua makhluk berbahagia.” Sejumlah acara keagamaan dan perbuatan kebajikan termasuk pengucaran Ratana Sutta, khotbah Dhamma dan diskusi tentang Dhamma diadakan di Mihintale selama minggu Poson dari tanggal 21 hingga 27 Juni 2021.[Bhagavant, 26/6/21, Sum]
Kategori: Seremonial,Sri Lanka
Kata kunci: poson poya
Penulis: