Rupaka Buddha Berbaring Terbesar di India Dibangun di Bodh Gaya

Bhagavant.com,
Bihar, India – Rupaka Buddha berbaring terbesar di India dengan panjang sekitar 30 meter dan dibuat Kolkata akan dipasang di Vihara Buddha International Welfare Mission (BIWM) di Bodh Gaya, Bihar, dalam beberapa bulan ke depan.

Rupaka Buddha Berbaring Terbesar di India Dibangun di Bodh Gaya
Foto: indiablooms.com

Menurut pendiri BIWM Yang Mulia Bhikkhu Ariyapala, rupaka tersebut awalnya dimaksudkan untuk dipasang saat Hari Vesak atau yang dikenal di India sebagai Buddha Purnima, yang tahun ini jatuh pada 26 Mei 2021, tetapi upacara peresmian ditunda karena pembatasan COVID-19.

Mintu Pal, seorang pemahat dari Kolkata dan timnya yang terdiri dari 22 pengrajin ditugaskan untuk membuat rupaka di lapangan Nainan Bandhab Samiti di Ghoshpara Baranaga di pinggiran Kolkata. Rupaka, yang seluruhnya dibuat dari fiberglass yang diresapi dengan pigmen emas, dibuat dalam beberapa bagian. Setiap bagian rupaka sekarang berada di Vihara BIMW, di mana akhirnya akan dirakit. Pondasi beton dan struktur berbasis besi dan baja telah dibuat di tempat di mana rupaka itu akan dipasang secara permanen.

“Saya senang melihat karya Mintu Pal,” kata Y.M. Ariyapala aseperti yang dilansir Buddhistdoor Global, Jumat pekan lalu. “Kami memiliki rupaka Buddha setinggi 14 meter di Rajchandrapur di pinggiran Kolkata, di mana BIMW kami memiliki cabang lain. Saya percaya rupaka Buddha berbaring ini akan membuat semua orang terkesan.”

Menurut laporan media, Mintu Pal mulai membuat rupaka itu pada Maret 2019, tetapi pekerjaannya ditangguhkan karena lockdown COVID-19. Para seniman kembali berkarya pada November tahun lalu.

Banyak orang awam salah mengartikan dan memberi nama rupaka Buddha berbaring sebagai rupaka “Buddha tidur”, padahal posisi rupaka tersebut mewakili posisi saat kewafatan mutlak (Pali: Mahaparinibbāna; Skt: Mahaparinirvāṇa) Sri Buddha.

Y.M. Ariyapala menjelaskan bahwa sebelum mencapai Mahaparinirvana di Kushinagar (Kusinara), Uttar Pradesh, Sri Buddha mengucapkan kata-kata terakhirNya sambil berbaring di atas sebuah takhta. Sebagai hasilnya, umat Buddhis sangat menempatkan rupaka Buddha berbaring di tempat terhormat.

“Buddha berbaring berasal dari momen terakhir kehidupan Sri Buddha yang direkam dengan sangat baik, itulah sebabnya Ia dapat diciptakan kembali secara visual dengan detail yang berbeda dalam rupang dan lukisan,” kata Dr. Vruttant Manwatkar, asisten profesor di KC College Mumbai seperti yang dilansir The Indian Express, akhir Mei lalu. “Ini (rupaka Buddha berbaring) juga menandakan pemberian penahbisan terakhir Sri Buddha — bahkan saat di ranjang kewafatanNya, Beliau membawa seorang pengikut ke dalam kelompoknya (sangha).”

Y.M. Ariyapala juga mencatat bahwa ada rupaka Buddha berdiri setinggi 24 meter di Saranath, Uttar Pradesh, dan rupaka Buddha 24 meter di Bodh Gaya dalam posisi duduk bermeditasi.

“Rupaka Buddha berbaring kami juga 80 kaki [24 meter],” kata Y.M. Ariyapala, menambahkan bahwa rupaka itu bisa dibuat lebih besar, tetapi karena Buddha hidup 80 tahun, maka panjang rupaka itu diputuskan sesuai dengan usiaNya. Namun, dengan tambahan sebuah altar, panjang keseluruhan rupaka mencapai sekitar 30 meter. Ini akan menjadi rupaka berbaring terbesar di negara ini, tambahnya.

Pemahat Mintu Pal senang menjadi bagian dari sejarah, ia memperhatikan bahwa para viharawan, peziarah, dan turis dari seluruh dunia mengunjungi Bodh Gaya: “Bagus untuk berpikir bahwa setiap orang akan melihat rupaka emas ini. Rupaka fiberglass ini mungkin akan tetap ada selama ribuan tahun bahkan setelah kita meninggalkan Bumi ini.”

Sosok Buddha berbaring pertama kali digambarkan dalam seni Gandharan antara 50 SM dan 75 M, memuncak selama periode Kushan antara abad pertama dan kelima Masehi. Rupaka Buddha berbaring menunjukkan Sri Buddha berbaring di sisi kananNya, dengan kepala bersandar pada bantal atau siku kananNya. Perumpamaan tersebut mengungkapkan pesan bahwa semua makhluk hidup memiliki potensi untuk tercerahkan dan terbebas dari siklus kematian dan kelahiran kembali.[Bhagavant, 19/6/21, Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: India,Seni dan Budaya
Kata kunci:
Penulis: