Buddhis Thailand Persingkat Upacara Duka untuk Kematian COVID-19
Bhagavant.com,
Nonthaburi, Thailand – Upacara duka tradisi Buddhis di Thailand dipersingkat secara dramatis akibat negara itu menghadapi gelombang infeksi COVID-19 ketiga dan terbesar.

Saat Thailand bergulat dengan wabah COVID-19, proses upacara duka yang cepat menjadi sebuah penyimpangan tersendiri dari tradisi upacara duka di Thailand yang normalnya berjalan selama berhari-hari.
Bangkok, ibu kota Thailand, telah menjadi episentrum gelombang ketiga COVID-19 di negara itu, dengan pihak berwenang berjuang untuk menahan wabah sejak pertama kali terdeteksi di distrik kehidupan malam pada awal April.
Jumlah kasus yang diidentifikasi dalam satu bulan melampaui angka total Thailand pada awal April – melonjak dari sekitar 29.000 menjadi 74.900 pada Rabu (5/5/2021).
Bagi keluarga yang kehilangan orang yang dicintai karena COVID-19 tetapi tidak mampu membayar upacara duka, asosiasi relawan Siam-Nonthaburi Foundation, turun tangan untuk membantu – menawarkan layanan kremasi gratis berkoordinasi dengan Vihara Rat Prakong Tham, sebuah vihara di Nonthaburi, pinggiran kota Bangkok.
Tetapi karena risiko penanganan jenazah, layanan upacara duka harus dilakukan dengan cepat dan dengan melakukan banyak tindakan pencegahan keamanan, kata Pairat Soottoop, seorang petugas yayasan tersebut seperti yang dilansir AFP, Kamis (6/5/2021).
“Ini adalah pekerjaan yang berisiko, pekerjaan yang sangat sulit,” katanya, menambahkan bahwa mereka biasanya mengkremasi satu jenazah setiap hari, tetapi gelombang ketiga ini berarti mereka menangani empat upacara duka setiap hari.
Upacara duka Buddhis Thailand dapat berlangsung beberapa hari, dengan anggota keluarga dapat meletakkan bunga di tubuh mendiang sebelum dipindahkan ke dalam nyala api. Tetapi dengan adanya wabah penyakit COVID-19, semuanya telah berubah.
Pada Rabu sore, relawan kesehatan yang mengenakan perlengkapan APD lengkap membawa jenazah wanita berusia 59 tahun dalam peti mati berwarna emas-putih dari ambulans, dan segera memindahkannya ke titik masuk krematorium Vihara Rat Prakong Tham.
Anak perempuannya hanya dapat menyampaikan kata-kata terakhir secara singkat kepada mendiang ibunya dan mengucapkan selamat tinggal saat dia meletakkan beberapa jubah bhikkhu di atas altar. Segera setelah itu, dia harus keluar dari area krematorium menuju ke tempat para kerabatnya menunggu. Petugas kesehatan kemudian menyemprotkan persembahannya dengan disinfektan.
Saat para biksu menguncarkan paritta, pintu krematorium ditutup. Beberapa saat kemudian, asap mengepul dari atap bangunan.
Setelah melihat begitu banyak dari pemakaman yang berlangsung cepat ini dalam sebulan terakhir, satu-satunya nasihat dari Pairat adalah bagi mereka yang memiliki anggota keluarga yang lebih tua untuk mengambil tindakan pencegahan yang terbaik.
“Sebagian besar korban tewas yang dibawa ke sini adalah lansia,” katanya kepada AFP.
Sejak berita ini diturunkan, Thailand sejauh ini memiliki 315 kematian akibat COVID-19.
Para pejabat mengatakan penyebaran cepat gelombang ketiga disebabkan oleh virus varian Inggris, yang pertama kali terdeteksi bulan lalu.
Pada hari Rabu, pihak berwenang mengatakan mereka telah mencatat kasus pertama varian Brasil di karantina negara – yang dapat menginfeksi kembali orang-orang yang telah mengidap virus jenis awal.[Bhagavant, 15/5/21, Sum]
Kategori: Asia Tenggara,Thailand
Kata kunci: wabah penyakit
Penulis: