Buddhis Ladakh Serukan Perdamaian di Perbatasan India-Tiongkok
Bhagavant.com,
Ladakh, India – Umat Buddhis di Ladakh, India melakukan kampanye menyerukan perdamaian di daerah perbatasan antara India dan Tiongkok yang mengalami ketegangan.
Negara bagian pegunungan Himalaya, Ladakh, memiliki rasio umat Buddhis terbesar dari wilayah persatuan India mana pun. Beberapa waktu lalu mereka menggelar kampanye untuk resolusi damai atas konflik yang terjadi sejak bentrokan mematikan antara pasukan India dan Tiongkok pada Juni 2020 di perbatasan yang menewaskan 20 tentara India.
Dipimpin oleh Y.M. Sanghasena, seorang bhikkhu terkemuka, yang berbasis di ibu kota negara bagian Leh, mereka menyerukan solusi damai dan kerja sama daripada keterlibatan militer sebagai jalan menuju resolusi.
“Jika perang pecah, Ladakh yang menjadi perbatasan akan menjadi korban perang pertama,” katanya seperti yang dikutip IDN Sabtu (12/9/2020) pekan lalu dari Lotus News.
“Rakyat Ladakh akan paling menderita. Kami akan menjadi Kashmir atau Afghanistan yang lain,” tambahnya.
Ketika Ladakh dideklarasikan sebagai wilayah persatuan tahun lalu oleh pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi, umat Buddhis di Ladakh merasa senang. Hal ini karena, untuk pertama kalinya di India, umat Buddhis akan memiliki suara yang lebih besar dalam menjalankan sebuah negara bagian dalam sistem federal India.
Tetapi, Y.M. Sanghasena yang mengepalai Pusat Meditasi Internasional Mahabodhi di Leh, sebuah organisasi Buddhis besar dengan berbagai proyek pelayanan sosial untuk komunitas – menyesalkan bahwa para pemimpin spiritual di India telah diam tentang konflik yang sedang terjadi.
“Merupakan tugas setiap pemimpin spiritual untuk mempromosikan perdamaian,” katanya. “India adalah negeri dengan jutaan para Yogi, Resi (petapa), dan Muni (orang bijaksana) yang selalu mengucapkan ‘Ahimsa Paramo Dharma‘ (tugas tanpa-kekerasan paling atas). Jadi tanpa-kekerasan telah menjadi slogan pertama para guru India . Saya terkejut tidak ada guru yang datang untuk berbicara untuk solusi damai konflik perbatasan antara India dan Tiongkok.”
Pada 8 September 2020, di bawah panji “Work, Walk and Pray for Peace“, Y.M. Sanghasena memimpin prosesi pemimpin spiritual lokal di pusat kota Leh yang tidak hanya mencakup umat Buddhis tetapi juga Muslim, Hindu, Kristen, dan Sikh.
Para pemimpin spiritual setempat tersebut berpuja untuk menghilangkan begitu banyak kebencian, ketegangan, ketakutan dan ketidakstabilan yang melanda masyarakat. Dan pembicara dari masing-masing komunitas menyerukan kebijaksanaan untuk mengatasi ketidaktahuan, agar mereka dapat hidup damai dan harmonis.
Y.M. Sanghasena juga mengkritik para media yang justru mempromosikan kebencian, perang, dan kekerasan alih-alih solusi damai.
“Saya sangat kecewa dengan sebagian besar media India. Mereka mempromosikan kebencian, perang dan kekerasan, dan menyesatkan publik,” katanya. “Ini sangat menyedihkan; mereka kurang memiliki tanggung jawab moral terhadap bangsa.”
Y.M. Sanghasena menjelaskan bahwa ketika ia berbicara tentang solusi damai, ia tidak bermaksud mengompromikan integritas dan keamanan tanah airnya. Namun ia berpendapat, orang-orang spiritual “harus melampaui batas negara untuk mempromosikan perdamaian”.[Bhagavant, 20/9/20, Sum]
Kategori: Gerakan Buddhis,India,Perdamaian
Kata kunci: Ladakh
Penulis: