Meditasi Bantu 12 Anak Thailand Bertahan Saat Terjebak dalam Gua

Bhagavant.com,
Bangkok, Thailand – Kedua belas anak laki-laki dan pelatih sepak bolanya selamat setelah terjebak selama 17 hari di dalam gua Tham Luang, Chiang Rai, Thailand.

12 anak tim sepak bola yang terjebak di dalam gua di Thailand selamat berkat meditasi.
12 anak tim sepak bola yang terjebak di dalam gua di Thailand selamat berkat meditasi. Foto: japantimes.co.jp

Insiden yang terjadi pada mereka mendapat perhatian dunia setelah para penyelam berhasil membawa mereka keluar dari kompleks gua yang banjir itu sejak mereka menjelajahinya pada 23 Juni 2018.

Tapi sebelum mereka ditemukan, kelompok itu harus bertahan hidup selama sembilan hari dalam kegelapan tanpa menyadari upaya pencarian yang masif.

Lalu apa yang membuat mereka bisa bertahan selama itu?

Selain makanan ringan dan tetesan air, mereka juga melakukan meditasi yang membantu menjaga mental mereka sehingga tetap hidup sampai regu penyelamat akhirnya menemukan mereka.

Tim yang terdiri dari anak berusia 11-16 tahun tersebut kala itu mendapatkan bimbingan meditasi dari pelatih mereka, Ekapol Chanthawong (25) yang pernah mengenyam kehidupan sebagai samanera.

Ekapol yang memiliki nama sebutan “Ek” menggunakan teknik meditasi untuk menenangkan anak-anak didiknya.

Y.M. Prayuth Jetiyanukarn, kepala Vihara Prathat Doi Wao di perbatasan Thailand-Myanmar menghargai tindakan dari Ekapol tersebut.

Y.M. Prayuth mengatakan bahwa dia percaya Ekapol mengajarkan teknik agar anak-anak tetap tenang yang membantu mereka bertahan hidup selama sembilan hari tanpa makanan, berjejal di kegelapan, tempat yang berlumpur, dan dalam ketidakpastian apakah seseorang menyelamatkan mereka atau tidak.

“Anak-anak akan menangis, menangis untuk orang tua dan rumah mereka,” kata Y.M. Prayuth memperkirakan jika Ekapol tidak membimbing anak-anak itu meditasi.

“Bahkan menangis secara fisik dapat membuat Anda lelah dan membuat Anda dehidrasi,” katanya seperti yang dilansir ABC Jumat (13/7/2018).

“Mereka mungkin sehat dan kuat tetapi mereka hanya anak-anak. Mereka masih muda, mereka tidak memiliki pengalaman.”

Laksamana Muda Arpakorn Yuukongkaew, kepala Angkatan Laut Thailand membenarkan bahwa Ekapol menggunakan meditasi untuk menenangkan anak-anak.

Ekapol sendiri secara efektif tinggal di vihara tersebut, tidak jauh dari gua, ketika ia tidak tinggal bersama neneknya di seberang perbatasan.

Kebanyakan ia bekerja sebagai pembersih tetapi sebelumnya dilatih sebagai seorang samanera dan masih membantu orang-orang untuk bermeditasi sehingga mereka dapat fokus pada apa yang penting dalam kehidupan.

Y.M. Prayuth menggambarkan Ekapol sebagai seorang pria dengan rasa tanggung jawab yang kuat, yang menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk melakukan dan memberi kepada orang lain.

Ia tidak minum minuman keras, merokok atau pergi ke bar karaoke seperti pemuda lain seusianya.

Sebaliknya ia telah mencurahkan banyak waktu luangnya untuk melatih para pemain sepak bola muda baik secara fisik maupun mental.

“Bahkan orang tua anak-anak menyayanginya,” kata Y.M. Prayuth.

“Setelah latihan sepakbola, pelatih Ek secara pribadi akan membawa mereka pulang, dan ia akan melakukan itu sampai ia selesai, kemudian kembali ke vihara.”

Ekapol ditemukan dalam kondisi yang lebih lemah daripada anak-anak karena ia telah menyerahkan sejumlah kecil makanan jatahnya yang telah dibawa tim tersebut ke dalam gua.

Pelatih dan 12 anak laki-laki tersebut dirawat di bangsal karantina di rumah sakit selama seminggu sampai hasil tes darah datang kembali untuk menunjukkan apakah mereka telah terinfeksi atau terkena penyakit berbahaya.

Setelahnya , 11 dari 12 anak tersebut berencana untuk mengikuti program samanera sementara sebagai tanda syukur atas keselamatan mereka dan sebagai penghormatan kepada Saman Kunan, seorang regu penyelamat dari AL Thailand yang gugur saat proses evakuasi.[Bhagavant, 22/7/18, Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Meditasi,Thailand
Penulis: