Saat Vihara di Jepang Rangkap Peran Jadi “Gym” Pokemon Go

Bhagavant.com,
Kansai, Jepang – Tren permainan Pokemon Go di sejumlah negara termasuk Jepang, memiliki dampak dan tanggapan yang beragam dari sejumlah tempat umum. Salah satunya membuat sebuah vihara merangkap sebagai Pokémon Go Gym (Gym Pokemon Go).

Ilustrasi Pokemon Go Gym
Ilustrasi Pokemon Go Gym

Vihara Kaigen (Kaigen-ji) di Fukuchiyama, Kyoto, Kansai, menjadi pemberitaan setelah mengumumkan bahwa vihara tersebut baru saja menjadi sebuah gym (gimnasium) dalam dunia realitas tertambah (augmented reality) permainan Pokemon Go di telepon pintar.

Yang benar-benar menjadi perbincangan orang-orang, seperti yang dilansir Rocketnews24 dari Itmedia, Rabu (27/7/2016), adalah kebaikan yang ditunjukkan oleh para staf vihara di sana yang tidak hanya senang untuk bergabung dengan dunia permainan tersebut, tapi juga membantu para pengunjung memiliki kemungkinan pengalaman terbaik saat memperjuangkan Pokemon mereka di gym mereka yang telah dirancang.

Pertama, staf vihara mengeluarkan sebuah pesan dalam akun media sosial mereka pada pekan lalu, agar masyarakat mengetahui vihara tersebut menjadi sebuah gym Pokemon Go dan siap menyambut para pemain level 5 di sana.

Vihara Kaigen tersebut menyuguhkan kemudahan untuk para pemain dengan fasilitas kamar kecil dan persediaan air minum di lokasi tersebut. Untuk melengkapi itu semua, vihara juga menyuguhkan penggunaan gratis pengisi baterai (charger) ponsel dalam kotak berlogo poke ball (bola poke), yang telah ditempatkan di tangga depan bangunan utama.

Vihara Kaigen (Kaigen-ji) di Fukuchiyama, Kyoto, Jepang, yang merangkap menjadi Gym Pokemon Go, menyediakan penggunaan gratis pengisi baterai (charger) ponsel, yang telah ditempatkan di tangga depan bangunan utama.
Vihara Kaigen (Kaigen-ji) di Fukuchiyama, Kyoto, Jepang, yang merangkap menjadi Gym Pokemon Go, menyediakan penggunaan gratis pengisi baterai (charger) ponsel, yang telah ditempatkan di tangga depan bangunan utama. Foto: Twitter @shiba3

Sejak pihak vihara tersebut mengirimkan tweet rincian layanan mereka, mereka telah menerima ribuan “like” dan “retweet” di akun Twitter-nya. Beberapa nitizen berkomentar mengenai hal itu, seperti: “Ini luar biasa!“, “Ide yang bagus! Pertama Anda dapat berdoa di vihara untuk datangnya Pokemon langka sebelum melakukan permainan!“, “Jenis dukungan ini benar-benar menunjukkan belas kasih yang mendalam.“, “Ada dupa (incense) sungguhan di sini, seperti dalam permainan!“, “Terima kasih untuk mempertunjukkan toleransi yang indah.

Menurut staf, vihara tersebut aslinya dirancang sebagai suaka untuk masyarakat pada saat bencana, sehingga memiliki kemampuan yang teruji dalam hal listrik dan fasilitas yang dapat membantu mereka. Ini adalah contoh yang indah dari orang-orang dalam sebuah komunitas yang datang bersama-sama untuk saling membantu mencapai tujuan mereka.

Meskipun demikian, tidak semua vihara di Jepang mengizinkan para pengunjung untuk bermain Pokemon Go di areanya. Seperti misalnya di Vihara Nishi Hongan (Nishi Hongan-ji) di Kyoto, telah menempatkan di pintu gerbangnya sebuah papan peringatan yang bertuliskan larangan bermain Pokemon Go di kompleksnya. Hal tersebut kemungkinan terjadi karena menyangkut keamanan dan kelestariannya mengingat vihara berusia ratusan tahun itu merupakan salah satu Monumen Bersejarah Kyoto Kuno yang menjadi Warisan Dunia UNESCO.

Vihara Nishi Hongan (Nishi Hongan-ji) di Kyoto, menempatkan papan peringatan yang melarang penggunaan permainan Pokemon Go di kompleksnya .
Vihara Nishi Hongan (Nishi Hongan-ji) di Kyoto, menempatkan papan peringatan di gerbangnya yang melarang penggunaan permainan Pokemon Go di kompleksnya . Foto: asahi.com

Permainan Pokemon Go sama seperti benda-benda lainnya memiliki sifat yang netral yang bisa memiliki dampak baik atau pun buruk, semuanya tergantung dari siapa dan tujuan penggunaannya. Melarang atau mengizinkan pemainan ini di suatu tempat juga tergantung situasi dan kondisinya.

Tapi yang terpenting adalah para pemain Pokemon Go perlu untuk tetap sadar pada lingkungan sekitarnya saat bermain, sehingga jangan sampai kehadiran mereka ke tempat-tempat umum seperti tempat ibadah, museum, cagar alam dan budaya, dan sebagainya, justru mengganggu atau bahkan merusak isi dari tempat-tempat tersebut.[Bhagavant, 29/7/16, Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Jepang,Sosial,Teknologi
Kata kunci:
Penulis: