Rusuh di Tanjung Balai, 2 Vihara dan 8 Kelenteng Dibakar
Bhagavant.com,
Sumatera Utara, Indonesia – Kerusuhan di Tanjung Balai, Sumatera Utara pada Sabtu (30/7/2016) dini hari berujung pada dibakarnya 2 vihara, 8 kelenteng dan 1 yayasan sosial oleh massa.

Penyebab kerusuhan di Tanjung Balai tersebut hanya karena adanya seorang warga wanita meminta mengecilkan volume pengeras suara masjid di depan rumahnya. Massa menjadi terprovokasi terlebih-lebih oleh isu yang tidak benar yang diembuskan orang tidak bertanggung jawab di media sosial yang menuduh adanya pelarangan salat dan pelarangan menggunakan pengeras suara oleh wanita tersebut.
“Informasi di lapangan meluas, muncul provokator. Dikatakan wanita itu melempari masjid, imam diusir, menghentikan solat maghrib, itu semua tidak benar,” kata Pahala Zulfikar, Camat Tanjung Balai Selatan seperti yang dilansir CNN Indonesia, Sabtu (30/7/2016).
Kemudian pemerintah kota melakukan upaya untuk meredam amuk massa dengan cara menghubungi satu per satu para penyebar isu di media sosial.
“Kami minta kepada akun-akun itu agar posting dihapus. Kebetulan kami kenal dengan pemilik akun tersebut,” ujar Zulfikar.
Namun karena terprovokasi, massa yang marah tersebut sekitar pukul 00.45 WIB, bergerak merusak dan membakar vihara-vihara dan kelenteng-kelenteng yang ada di sekitar wilayah itu. Selain vihara ada juga sejumlah kendaraan yang dibakar dan rusak. Dalam kasus kekerasan tersebut tidak ada korban jiwa.
Saat ini situasi sudah kondusif dan untuk mengantisipasi kejadian serupa, saat ini setiap vihara dan kelenteng telah dijaga aparat TNI dan Polri.
Dari berbagai sumber, berikut daftar vihara dan kelenteng dan panti sosial yang menjadi korban kerusuhan Tanjung Balai:
1. Vihara Tri Ratna di Jalan Asahan, Kelurahan Indra Sakti, Kecamatan Tanjung Balai Selatan.
2. Vihara Avalokitesvara di Jalan Imam Bonjol, Kelurahan Indra Sakti, Kecamatan Tanjung Balai Selatan.
3. Kelenteng Dewi Samudra di Jalan Asahan, Kelurahan Indra Sakti, Kecamatan Tanjung Balai Selatan.
4. Kelenteng Ong Ya Kong di Jalan Asahan, Kelurahan Indra Sakti, Kecamatan Tanjung Balai Selatan.
5. Kelenteng Tua Pek Kong di Jalan Asahan, Kelurahan Indra Sakti, Kecamatan Tanjung Balai Selatan.
6. Kelenteng Tiau Hau Biao di Jalan Asahan, Kelurahan Indra Sakti, Kecamatan Tanjung Balai Selatan.
7. Kelenteng Depan Kantor Pengadaian di Jalan Sudirman, Kelurahan Perwira, Kecamatan Tanjung Balai Selatan.
8. Kelenteng di Jalan MT Haryono, Kelurahan Perwira, Kecamatan Tanjung Balai Selatan.
9. Kelenteng Huat Cu Keng di Jalan Juanda, Kelurahan TB Kota I, Kecamatan Tanjung Balai Selatan.
10. Kelenteng di Jalan Juanda, Kelurahan TB Kota I, Kecamatan Tanjung Balai Selatan.
11. Yayasan Sosial di Jalan Masjid, Kelurahan Indra Sakti, Kecamatan Tanjung Balai Selatan.
Gangguan terhadap vihara di Tanjung Balai bukan hanya untuk pertama kalinya. Pada November tahun 2010, Vihara Tri Ratna di Jalan Asahan, Kelurahan Indra Sakti, yang sekarang menjadi korban pembakaran, sempat diintimidasi untuk menurunkan rupang Buddha yang terdapat di atap bangunannya sendiri oleh salah satu organisasi agamis non-Buddhis.
Meskipun demikian umat Buddhis diharapkan tetap tenang dan tidak terprovokasi oleh ujaran-ujaran berbagai pihak yang tidak bertanggung jawab khususnya di media sosial, dan mendukung serta mendorong pihak berwenang untuk melaksanakan tugasnya berdasarkan hukum yang berlaku.[Bhagavant, 30/7/16, Sum]
Kategori: Asia Tenggara,Fokus,Indonesia,Sosial
Kata kunci: intoleran, kriminalitas
Penulis: