Secara Buddhis, David Bowie Ingin Abunya Dilarung di Bali
Bhagavant.com,
New York, Amerika Serikat – Legenda musik rock asal Inggris, David Bowie, yang meninggal awal Januari lalu, dalam surat wasiatnya menginginkan jenazahnya dikremasi secara Buddhis di Bali, Indonesia.

Dalam surat wasiat yang dibuatnya pada tahun 2004, dan dibacakan di pengadilan Manhattan, New York, seperti yang dilansir The New York Times, Jumat (29/1/2016), David Bowie menginginkan jenazahnya diterbangkan dan dikremasi di Bali sesuai dengan upacara Buddhis. Namun, ia menambahkan bahwa jika prosesi kremasi di Bali tidak memungkinkan, ia tetap ingin abunya dilarung di Bali.
Keinginan agar abu jenazahnya dikremasi dengan upacara Buddhis tidaklah begitu mengherankan mengingat semasa hidupnya Bowie memang telah mengenal dan dekat dengan Agama Buddha.
Semenjak remaja, David Bowie telah mengembangkan minatnya dalam Agama Buddha. Pada tahun 1967, ketertarikannya pada Agama Buddha terus tumbuh hingga ia mengunjungi Tibet House di London dan mendatanginya secara rutin empat kali sepekan serta bertemu dengan seorang lama Tibet, Riponche Chime Yong Dong yang kemudian menjadi gurunya untuk beberapa bulan.
Dalam buku “The Complete David Bowie” oleh Nicholas Pegg, disebutkan bahwa Bowie hampir mencukur rambut kepalanya dan mengambil sumpah untuk menjadi seorang viharawan saat sebelum gurunya memberikan nasihat bahwa ia sebaiknya mengikuti jalur musik.
Sebagai bentuk penghormatan kepada Rinpoche Chime, Bowie kemudian menulis lagu berjudul “Silly Boy Blue” yang terdapat di dalam debut albumnya bertajuk David Bowie pada tahun 1967.
Pada tahun 1969, bersama dengan Leonard Cohen, ia belajar Agama Buddha di Vihara Samye Ling di Dumfriesshire (sekarang Dumfries dan Galloway), Skotlandia.
“Saya mengagumi alam semesta, tapi saya tak harus percaya bahwa ada sebuah kecerdasan atau agen di belakangnya. Saya memiliki sebuah hasrat yang kuat terhadap ritual keagamaan secara visual, walaupun ritual itu sama sekali tak bermakna dan tanpa substansi apa pun. Dupa sangat kuat dan provokatif, apakah itu dalam upacara Agama Buddha atau Katolik,” demikian ungkap Bowie dalam sebuah wawancara yang dilansir majalah Esquire edisi Maret 2004 berjudul “What I’ve Learned”.
Dalam buku “David Bowie – The Man Who Changed the World” oleh Wim Hendrikse, Bowie mengingat bagaimana gurunya, Riponche Chime, memberikan nasihat mengenai kebahagiaan seseorang.
“Cobalah untuk membuat satu kebahagiaan dalam setiap momen dari kehidupan seseorang, jika tidak, cobalah untuk cari tahu mengapa. Sahabat Tibet saya, Riponche Chime Yong Dong, mengatakan demikian,” ingat Bowie.
David Bowie yang terlahir dengan nama David Robert Jones pada 8 Januari 1947 di Brixton, selatan London, Inggris, meninggal dunia pada 10 Januari 2016 di Manhattan, New York, Amerika serikat, setelah merilis album terakhirnya “Blackstar“. Delapan belas bulan sebelum meninggal, ia didiagnosa menderita kanker hati.
Dalam rilis video di Youtube, Senin (11/1/2016), Riponche Chime mengungkapkan kesedihannya atas meninggalnya Bowie dan berharap di kehidupan mendatang ia dapat bertemu kembali dengan Bowie di kehidupan yang lebih baik dan lebih bahagia. Dalam video tersebut nampak komunitas dari Riponche Chime melakukan puja bakti untuk David Bowie
Berbeda dengan wasiatnya yang ingin dikremasi di Bali, jenazah David Bowie telah dikremasi di New Jersey pada 12 Januari 2016, seperti yang tertera di sertifikat kematiannya. Hingga saat berita ini diturunkan, belum diketahui apakah abu jenazahnya benar-benar dilarung di Bali.[Bhagavant, 2/2/2016, Sum]
Kategori: Amerika Serikat,Tokoh
Kata kunci: Wartamerta
Penulis: