Konferensi Buddhis Internasional Ke-2 Tentang Warisan Odisha
Bhagavant.com,
Bhubaneswar, India – Konferensi Buddhis Internasional Ke-2 mengenai Warisan Buddhis Odisha yang berlangsung selama tiga hari dari 1 hingga 3 Februari 2014 sukses digelar di Udayagiri, Odisha, India.
Konferensi tersebut dihadiri oleh 14 delegasi Internasional terdiri dari operator tur dan para cendekiawan dari 6 negara seperti Thailand, Sri Lanka, Australia, Polandia, Nepal dan Perancis; 21 delegasi Nasional dari Negara Bagian yang berbeda dan 75 delegasi dan cendekiawan lokal.
Para delegasi menyajikan makalah pada pokok bahasan seperti status dan tantangan terhadap Buddhisme, tradisi Buddhis, perdamaian dunia, konservasi situs-situs Buddhis Buddha di Odisha dan di bagian lain dari dunia, serta pariwisata.
Pada hari terakhir, para delegasi termasuk beberapa peneliti dan operator tur dari Thailand, Malaysia, Nepal, Perancis dan Polandia serta dari seluruh negara, mengunjungi Museum Maritim Negara Bagian Odisha di Jobra di distrik Cuttack untuk memahami peran budaya maritim Kalinga kuno dalam mempopulerkan Buddhisme di sana.
Pada awal pagi harinya, konferensi di Udayagiri mmengadakan diskusi panel di mana para anggota departemen pariwisata negara bagian dan para pakar studi Asia Tenggara dari Odisha berinteraksi dengan para operator tur tamu.
“Selama acara tiga hari tersebut, kami memberitahukan para operator tur dan para cendekiawan yang berkunjung mengenai temuan terbaru dari penggalian yang dilakukan oleh para arkeolog dari Odishan Institut Studi Maritim dan Asia Tenggara. Kami menemukan bukti-bukti yang berkaitan dengan keberadaan pemukiman perkotaan di Radhanagar yang muncul lagi di bawah distrik Jajpur, yang menampung banyak situs-situs Buddhis bersejarah seperti Langudi, Kayama, Tarapur, Deuli, Neulapur dan Vajragiri,” kata Dr. Sunil Patnaik, sekretaris institut tersebut seperti yang dilaporkan The Telegraph India, Selasa (4/2/2014). Penggalian di Radhanagar terswebut dilakukan antara tahun 2011 dan 2013.
Dr. Patnail mengatakan bahwa peninggalan situs di Radhanagar tersebut signifikan bagi arkeologi, karena merupakan satu-satunya situs Odisha yang seperti itu setelah pemukiman berbenteng Sisupalgarh. Kawasan ini mungkin telah berkembang dari 400 SEU (Sebelum Era Umum / Masehi) hingga 100 SEU dan kemudian mengalami kemerosotan menuju 500 EU.
Para operator tur dan pengunjung dari negara lain juga mengajukan ide-ide dan saran-saran mereka di konferensi tersebut. Sementara beberapa mengatakan bahwa meskipun budaya Buddhis Odisha demikian kaya, namun tidak dikenal di luar, yang lain menyatakan pandangan mereka bahwa ada para peziarah dan pariwisata yang antusias dan yang ingin datang ke sana tapi tidak tahu caranya.
“Kawasan ini sangat damai dan indah. (Kawasan) ini mempertahankan semangat Buddhisme bahkan saat ini. Keluarga saya akan senang berada di sini. Tapi kembali ke rumah, kami mengetahui situs-situs di Bihar dan bukan mengenai situs-situs di Odisha,” kata Ajay Bajracharya, seorang mahasiswa dari Nepal.
“Diperlukan sebuah peta jalan (roadmap) yang layak untuk menarik peziarah dan wisatawan Buddhis. Tidak banyak yang berubah sejak konferensi terakhir di tahun 2013,” kata Benjamin Simon, presiden Asosiasi Agen Perjalanan Odisha.
Hari penutupan Konferensi Buddhis Internasional Ke-2 mengenai Warisan Buddhis dimulai dengan tanda penuh harapan dengan penyalaan pelita oleh tokoh kebudayaan, pariwisata dan bhikkhu/bhiksu di hadapan semua para hadirin.
Konferensi Buddhis Internasional tersebut diselenggarakan dengan tujuan untuk mempromosikan potensi pariwisata negara bagian Odisha pada umumnya dan khususnya pariwisata Buddhis di seluruh dunia pada khususnya.[Bhagavant, 6/2/14, Sum]
Kategori: Arkeologi,Bodhi Yātrā,India
Kata kunci: situs Buddhis
Penulis: