Lintas Agama di Jepang Ajukan Petisi Perihal Reaktor Nuklir
Bhagavant.com,
Fukui, Jepang – Sekitar 100 anggota dari Forum Lintas Agama untuk Peninjauan Ulang Kebijakan Nuklir Nasional, berkumpul di kantor pemerintah prefektur di Fukui pada 30 Mei 2012.
Para pemimpin agama dari Buddhisme, Kristiani, dan keyakinan lainnya menghimbau pejabat berwenang bergabung bersama mereka berkampanye menentang dibangkitkannya kembali reaktor di pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Oi yang dioperasikan oleh Kansai Electric Power Co.
Seperti yang dilaporkan oleh Rie Yamada dari The Asahi Shimbun, para pemimpin agama tersebut mengajukan sebuah petisi kepada Gubernur Fukui, Issei Nishikawa, agar ia tidak menyetujui penjalanan kembali reaktor yang didorong oleh pihak pemerintah administrasi Noda sebelum pertengahan musim panas.
“Kami ingin berpikir bersama mengenai bagaimana membuat sebuah prefektur yang tidak bergantung pada kekuatan nuklir,” kata Bhiksu Tetsuen Nakajima, kepala Bhiksu di Vihara Myotsuji di Obama, Prefektur Fukui.
Pejabat pemerintah prefektur Fukui, Mikio Iwanaga, yang menerima petisi tersebut, mengatakan,”Kami ingin meminta pemerintah pusat untuk memastikan keamanan pada pembangkit listrik tenaga nuklir.
Dalam petisi tersebut, para pemimpin agama mengkritisi para pemimpin pemerintahan karena hanya berpikir mengenai pekerjaan, kebutuhan akan tenaga listrik dan mereka mengkritisi keamanan dari sebuah aspek teknologi saat reaktor-reaktor tersebut kembali bekerja.
Mereka juga meminta pemerintah prefektur Fukui memaparkan beberapa kesulitan akibat bencana di PLTN No.1 Fukushima dan menyadarkan “kebodohan” dari pengoperasian reaktor-reaktor nuklir tersebut, yang dijalankan meskipun mengetahui bahwa para penduduk dan pekerja akan terkena radiasi.
Salah satu dari 100 pemimpin agama tersebut adalah pandita Tokuun Tanaka, 37 tahun, seorang pandita di vihara Dokeji di Minami-Soma, Prefektur Fukushima, yang dievakuasi ke Sakai di Prefektur Fukui setelah bencana di PLTN No.1 Fukushima pada Maret 2011.
Pandita Tanaka mengevakuasi diri ke Prefektur Fukui bersama dengan keluarganya saat sebelumnya ia menerima pelatihan keviharaan di Vihara Eiheji di Eiheiji yang juga berada di Prefektur Fukui.
Sejak datang ke Prefektur Fukui, Pandita Tanaka sering kembali ke Prefektur Fukushima dimana banyak banyak umatnya di vihara Dokeiji masih tinggal disana. Ia berbincang-bincang dengan mereka dan menanyakan kesulitan apa yang mereka hadapi.
“Beberapa kota di Prefektur Fukushima mungkin menjadi makmur berkat PLTN disana. Namun sekarang banyak orang disana menyesalinya. Mereka menyesali peristiwa yang telah terjadi tersebut tidak bisa dihindari,” kata pandita tersebut.
Saat ia mengevakuasi diri ke Prefektur Fukui, ia memiliki kekhawatiran karena prefektur tersebut merupakan rumah bagi sejumlah besar reaktor nuklir di Jepang.
“Di Prefektur Fukushima, kami berpura-pura untuk mempercayai mitos keselamatan (dari PLTN). Kami dininabobokan. Namun kami telah tersadarkan secara paksa. Prefektur Fukui masih tertidur. Diperlukan sebuah langkah maju sebelum penderitaan seperti di Fukushima terjadi,” kata Pandita Tanaka.
Masyarakat Jepang mengalami bencana bahaya nuklir setelah reaktor nuklirnya yang berada di Prefektur Fukushima rusak dan mengalami kebocoran akibat bencana gempa dan tsunami yang menimpa wilayah tersebut pada 11 Maret 2011.[Bhagavant, 7/6/12, Sum]
Kategori: Asia Timur,Jepang
Kata kunci: lintas agama
Penulis: