Singapura Buka Konferensi Buddhis
The Straits Times,
Singapura – Konferensi para sarjana Buddhis terbesar pertama di kawasan di mulai di Singapura pada Senin pagi, tidak dengan sebuah sensasi tetapi dengan sebuah permintaan maaf.
“Saya mohon maaf karena mengambil banyak waktu,” kata Mr. K. Kesavapany, kepala Institut Studi Asia Tenggara, dalam kata sambutannya.
“Sekarang, seperti peribahasa Buddhis mengatakan: Janganlah berbicara, kecuali berbicara bisa menambah kesunyian, saya akhiri sambutan ini.”
Sambutan singkat 10 menit Mr. Kessvapany merupakan tanda dimulainya konferensi yang akan berakhir pada hari Rabu (18/2).
Konferensi ini merupakan proyek dari Pusat Penelitian Buddhis Isea, yang disiapkan dari bulan lalu.
Sekitar 150 sarjana, profesor, para bhikkhu dan ahli teologi dari yang terjauh seperti Iran, Amerika Serikat dan Jerman hadir di sini.
Secara bersama mereka akan membawakan 56 karya asli yang membahas mengenai penyebaran lintas budaya Buddhisme di Asia Tenggara, dimana Mr. Kessvapany menggambarkannya sebagai “kedamaian yang menyeluruh”.
Ia menambahkan: “Dalam masa konflik sekarang di Timur Tengah, Afghanistan dan di tempat lain, pesan Buddhis akan cinta kasih, perdamaian dan tanpa kekerasan, yang juga ditemukan di agama-agama lain, sangatlah diperlukan.”
Ia juga menambahkan bahwa konferensi ini murni bersifat akademis dan ilmiah, dan tidak ada hubungannya dengan politik atau agama yang berlebihan atau masalah lainnya. Buku konferensi yang berisi makalah-makalah yang ada diharapkan akan di publikasikan tahun ini. (Yen Feng)
Kategori: Asia Oseania,Asia Tenggara,Pendidikan,Seni dan Budaya,Singapura,Tradisi dan Budaya
Kata kunci: konferensi, studi budaya
Penulis: