Vesak 2569, Ribuan Orang Hadiri Festival Lentera Lotus di Seoul
Bhagavant.com,
Seoul, Korea Selatan – Ribuan umat Buddha dan pengunjung festival tumpah ruah di pusat kota Seoul pada Senin (26/4/2025) untuk merayakan Yeon deung hoe (연등회 – Yeondeunghoe).

Yeondeunghoe (연등회), adalah Festival Lentera Lotus tahunan Korea yang diselenggarakan untuk memperingati kelahiran Buddha Gotama atau disebut dengan Vesak (Waisak). Para peserta yang hadir, termasuk banyak yang mengenakan hanbok tradisional Korea, membawa lentera berbentuk bunga lotus berwarna-warni melintasi jalanan kota, menciptakan pemandangan malam yang meriah.
Meski awalnya berakar dari tradisi keagamaan Buddha, Yeondeunghoe kini telah berkembang menjadi peristiwa budaya besar yang menarik banyak peserta dan penonton dari seluruh Korea Selatan dan mancanegara.
Menurut Organisasi Pariwisata Korea, lebih dari 300.000 orang biasanya turut serta dalam perayaan ini setiap tahunnya. Popularitas festival ini menunjukkan pengaruh Agama Buddha yang masih kuat di Korea Selatan, di mana sekitar 16 persen penduduknya mengidentifikasi diri sebagai umat Buddha, berdasarkan survei pemerintah tahun 2020.
Festival Lentera Lotus ini memiliki sejarah lebih dari 1.200 tahun, berawal dari masa Kerajaan Silla (57 SM–935 M). Pada tahun 2020, Yeondeunghoe diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia, dan juga telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Nasional Korea. Tujuan festival ini, sebagaimana dijelaskan di situs Visit Korea, adalah untuk “menerangi dunia dengan cahaya pencerahan Buddha.”
Parade tahun ini dimulai dari Gerbang Dongdaemun (Heunginjimun) dan menyusuri jalur yang melewati empat stasiun subway utama di Seoul, lalu berakhir di Vihara Jogye (Jogyesa), sentra Sangha Jogye, tradisi mayoritas Agama Buddha di Korea.
Lentera buatan tangan yang berasal dari vihara-vihara dan organisasi Buddhis di seluruh Korea menampilkan berbagai simbol tradisional seperti Buddha, naga, gajah, bunga lotus, dan burung phoenix.
Para bhiksu dan umat membawa lentera kecil secara manual, sementara lentera berukuran besar yang bertema khusus diangkut menggunakan kendaraan. Jalanan dipenuhi barisan tempat duduk penonton, dan lalu lintas ditutup sementara untuk memberikan ruang bagi prosesi.
Selain parade, lentera juga menerangi Vihara Jogye di Seoul, vihara-vihara lain di seluruh negeri, serta sepanjang aliran Sungai Cheonggyecheon, tempat pengunjung menikmati instalasi lentera kertas yang artistik.
Salah satu acara utama adalah Daedong Hanmadang, perayaan pasca-parade yang digelar di bawah langit malam. Acara ini menampilkan kegiatan tradisional Korea, seperti tarian lingkaran Ganggangsullae, serta menyediakan berbagai pengalaman budaya seperti membuat lentera dan mencicipi makanan vihara, yang bertujuan memperkenalkan budaya Buddhis kepada generasi muda dan pengunjung dari berbagai latar belakang.
Penyelenggara festival menekankan bahwa siapa pun dapat berpartisipasi dalam Yeondeunghoe, tanpa memandang latar belakang agama. Dalam materi promosi, situs Visit Korea menyatakan: “Anda tidak perlu menjadi seorang Buddhis untuk menikmati Yeondeunghoe. Ini adalah festival di mana siapa pun dapat bersatu, tanpa memandang kepercayaan, gender, atau kewarganegaraan.”[Bhagavant, 3/5/25, Sum]
Kategori: Korea Selatan,Tradisi dan Budaya
Kata kunci: Gema Waisak, Vesak 2569 EB, Waisak
Penulis: