Kamboja jadi Tuan Rumah KTT Islam tentang Hubungan dengan Agama Buddha

Bhagavant.com,
Phnom Penh, Kamboja – Kamboja menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Islam yang membahas mengenai hubungan antara Agama Buddha dan Islam, di Phnom Penh pada Kamis (27/2/2025) yang lalu.

Kamboja jadi Tuan Rumah KTT Islam tentang Hubungan dengan Agama Buddha
Foto: tangkapan layar YouTube

Untuk pertama kalinya Kamboja menjadi tuan rumah dari penyelenggaraan KTT Islam yang mengangkat tema: “Islam dan Buddhisme”. Ini menandai langkah penting dalam dialog mempromosikan kerukunan agama dan etnis di negara yang mayoritas beragama Buddha tersebut. Acara yang diselenggarakan oleh Liga Muslim Dunia ini mempertemukan 180 delegasi dari lebih dari 30 negara.

Hadir dalam pertemuan tersebut Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet, Sangharaja Kamboja Dhammayuttika Nikaya Y.M. Bour Kry, Plt. Sangharaja Kamboja tradisi Maha Nikaya Y.M. Am Limheng, Presiden Mahabodhi Society Sri Lanka Y.M. Banagala Upatissa Thera

Dalam pidato sambutannya, Perdana Menteri Kamboja, Hun Manet menyambut tokoh-tokoh Muslim di pertemuan puncak itu, dan menyampaikan penghargaan yang mendalam kepada Liga Muslim Dunia karena telah menyelenggarakan pertemuan puncak tersebut, dan menekankan signifikansi globalnya dalam konteks Islam.

“Ini adalah peristiwa penting bagi negara kita,” katanya, sambil menyoroti persatuan, toleransi, dan koeksistensi yang harmonis di Kamboja dari berbagai ras dan agama,” katanya seperti yang dilansir EAC News, Kamis (27/2/2025).

Perdana Menteri Hun Manet juga berbicara dengan penuh keyakinan tentang semboyan nasional Kamboja yaitu “Bangsa, Agama, Raja”— dan menegaskan kembali status Agama Buddha sebagai agama negara.

Ia mengatakan bahwa Liga Muslim Dunia mengakui kemajuan yang telah dicapai Kamboja dalam menjaga persatuan di antara rakyatnya, dan menggarisbawahi bahwa mempromosikan kerukunan beragama.

KTT Islam dengan mengangkat tema: “Islam dan Buddhisme” sejalan dengan upaya Kamboja yang lebih luas untuk memproyeksikan citra toleransi dan inklusivitas agama. Sementara pada saat yang sama memanfaatkan diplomasi antaragama untuk manfaat ekonomi melalui pariwisata.[Bhagavant, 8/3/25, Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Kamboja
Kata kunci:
Penulis: