Agama Buddha di Brazil Berkembang Secara Informal

Bhagavant.com,
São Paulo, Brasil – Agama Buddha di Brazil berkembang secara informal, menarik banyak pencari ketenangan ke Vihara Zu Lai, vihara terbesar di Amerika Selatan dan pusat spiritual yang memadukan budaya dan ajaran Buddha.

Agama Buddha di Brazil Berkembang Secara Informal
Vihara Zu Lai, Cotia, Brasil. Foto: wikimedia.org

Vihara Zu Lai, vihara terbesar di Amerika Selatan, terletak di Cotia, hanya 18 mil dari pusat kota São Paulo, Brasil.

Bangunan dengan gaya arsitektur khas Tionghoa ​​dengan luas lebih dari 9,2 ribu meter persegi — terletak di puncak bukit dan dikelilingi oleh taman bambu yang indah dan sebuah danau. Di dalamnya, terdapat dinding putih dan pilar hitam serta dihiasi dengan ratusan lentera merah.

“Jika bangunannya tidak indah, apakah Anda akan mengunjunginya?” tanya Y.M. Bhiksuni Miao You, kepala Vihara Zu Lai, seperti yang dilansir The Word, Rabu (19/2/2025)

“Orang-orang datang ke sini dan mereka jatuh cinta. Atau terkadang, mereka datang sambil menangis dan pergi sambil tersenyum. Bangunan ini memiliki fungsi; menenangkan pikiran,” katanya.

Vihara Zu Lai merupakan objek wisata utama di Cotia dengan sebanyak 15.000 orang mengunjunginya setiap bulan. Vihara ini dibuka pada tahun 1992 dan mengalami perluasan besar pada tahun 2003. Vihara ini merupakan vihara pertama di wilayah tersebut dari nikaya (ordo) Fo Guang Shan di Taiwan. Sekarang ada delapan vihara di Amerika Latin.

Nikaya ini didirikan oleh Y.M. Hsing Yün asal Tiongkok pada tahun 1967. Fo Guang Shan mempraktikkan ajaran Buddha humanis.

“Lakukan hal-hal baik, ucapkan kata-kata baik, miliki pikiran yang baik. Itulah ajaran Buddha humanis secara singkat,” kata Y.M. You.

Y.M. You berasal dari Malaysia dan telah memegang posisinya sekarang selama 19 tahun. Ia mengatakan sebagian besar anggota sangha dalam nikaya tersebut adalah wanita, dan mereka menjalani hidup selibat.

“Hal itu ada hubungannya dengan latar belakang budaya Tionghoa,” katanya. “Pria memiliki lebih banyak tanggung jawab, jadi lebih mungkin untuk wanita menjadi anggota sangha.”

Menurut Y.M. You, Vihara Zu Lai bukan hanya tempat beribadah. “Kami menyebarkan ajaran Buddha melalui acara-acara budaya. Kami mengembangkan bakat melalui pendidikan. Kami memberi manfaat bagi masyarakat melalui program-program sosial. Dan kami memurnikan pikiran melalui praktik keagamaan,” katanya.

“Kami tidak hanya menawarkan mi, tetapi juga jamuan makan.”

Ada sekitar 250.000 umat Buddha di Brasil, ini jumlah yang sangat sedikit untuk negara dengan lebih dari 220 juta penduduk.

Frank Usarski, seorang profesor agama di Pontifícia Universidade Católica di São Paulo, menjelaskan bahwa Agama Buddha belum berkembang pesat sebagai agama formal di negara tersebut, tetapi banyak warga Brasil mempraktikkannya secara informal.

“Mereka melakukannya untuk memperkaya kehidupan pribadi mereka. Ini seperti spa spiritual,” katanya. “Itu berarti Agama Buddha jauh lebih kuat di sini daripada yang ditunjukkan oleh statistik resmi.”

Márcia Cuba, yang bekerja di bidang ritel, baru-baru ini mengunjungi Vihara Zu Lai untuk pertama kalinya atas undangan teman-temannya. Dia berusia 56 tahun dan beragama Katolik, tetapi mengatakan bahwa dia juga menganut beberapa praktik Agama Buddha.

“Saya tidak terlalu mendalaminya, tetapi saya menyukai Agama Buddha, saya memiliki dua rupaka di rumah, saya merasa itu membawa keberuntungan,” katanya sambil tertawa.

Insinyur lingkungan Lucas Chagas, 35 tahun, juga dibesarkan sebagai penganut Katolik, tetapi ia beralih ke Agama Buddha sekitar 10 tahun yang lalu. Ia mengatakan bahwa Agama Buddha menarik baginya karena meskipun rumit, Agama Buddha juga sangat sederhana.

“Agama Buddha berbicara tentang hakikat kehidupan. Kita banyak hidup berdasarkan penampilan, dan Agama Buddha memanggil kita untuk melihat realitas berbagai hal,” katanya.

Usarski mengatakan bangunan Vihara Zu Lai yang mengesankan telah membantu menarik orang-orang ke Agama Buddha.

“Jika Anda melihat Tripadvisor, Anda akan menemukan Vihara Zu Lai. Bangunan raksasa yang mengesankan itu dapat meyakinkan orang-orang yang, misalnya, ingin mempraktikkan Agama Buddha sebagai instrumen untuk berhasil di dunia saat ini,” katanya.

Y.M. You mengakui bahwa, awalnya, ia tidak nyaman dengan banyaknya wisatawan.

“Awalnya, itu sedikit mengganggu saya. Saya pikir vihara ini bukan objek wisata, ini adalah tempat suci keagamaan,” katanya. “Tetapi kemudian saya menyadari, tidak buruk menjadi tujuan wisata.”

Sejak ia memulai pekerjaannya, jumlah anggotanya telah berlipat ganda, menjadi sekitar 1.000 orang.

Dan ada kalanya vihara itu terasa kecil, kata Y.M. You.

“Anda pikir vihara itu besar, tetapi ketika kami menyelenggarakan acara besar, kami kehabisan tempat,” katanya.[Bhagavant, 22/2/25, Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Amerika Selatan
Kata kunci: ,
Penulis: