Atasi Bhiksu Palsu, Tiongkok Luncurkan Sistem Penyelidikan
Bhagavant.com,
Beijing, Tiongkok – Pemerintah Tiongkok meluncurkan sebuah sistem untuk melakukan penyelidikan terhadap personel pemuka agama Buddha dan Tao.

Sistem penyelidikan informasi terbaru tiongkok untuk personel pemuka Agama Buddha dan Tao diluncurkan pada hari Rabu (22/2/2023) untuk mengatur manajemen personel pemuka agama dan memerangi kasus penipuan terkait personel tokoh agama palsu.
Sebuah upacara peluncuran sistem penyelidikan diadakan di Vihara Guangji di Beijing, di mana Asosiasi Buddhis Tiongkok berdomisili. Sistem ini memberikan informasi personil pemuka Agama Buddha dan Tao yang diidentifikasi dan didaftarkan sesuai dengan undang-undang kepada publik melalui internet.
Informasi personel pemuka agama termasuk nama, jenis kelamin, foto, gelar agama, tradisi agama, identitas pemuka agama dan nomor ID pemuka agama akan tersedia untuk umum dan informasi tersebut akan diperbarui secara tepat waktu oleh asosiasi untuk memastikan akurasi dan kredibilitas.
Peluncuran sistem tersebut merupakan upaya penting bagi asosiasi Buddhis dan Tao Tiongkok untuk mempromosikan keterbukaan dalam urusan agama dan mengatur manajemen identifikasi personil pemuka agama.
Kantor Berita Xinhua melaporkan bahwa kasus penipuan yang melibatkan pemuka agama palsu telah terjadi dari waktu ke waktu dalam beberapa tahun terakhir, yang sangat mencoreng citra kalangan agama, mengganggu ketertiban sosial dan masyarakat, menyebabkan kerugian ekonomi dan harta benda bagi masyarakat, serta meninggalkan dampak sosial yang sangat buruk.
Pada tahun 2021, Wang Xingfu di Jinan, Provinsi Shandong, Tiongkok Timur, dijatuhi hukuman 25 tahun penjara setelah dia secara ilegal mengumpulkan hampir 200 juta yuan (438 miliar rupiah) dan memperkosa atau menganiaya beberapa murid perempuan dengan memalsukan identitas sebagai “Buddha Hidup” dari Agama Buddha Tibet.
Pada tahun 2022, sebuah klip video yang memperlihatkan sekelompok orang berpakaian biksu dan biksuni membagikan uang saat berpesta dan makan-makan memicu diskusi panas di dunia maya. Sekelompok orang tersebut digambarkan dalam video sebagai personel pemuka agama dari Asosiasi Buddhis Wutaishan, yang kemudian dibantah oleh asosiasi tersebut.
Sistem baru ini diharapkan dapat mengekang situasi kisruh penimbunan kekayaan atas nama agama oleh oknum ulama palsu, dan mempertahankan tatanan keagamaan yang normal serta memastikan warisan yang sehat dari Agama Buddha dan Taoisme.
Sementara itu, sistem ini juga diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mengidentifikasi pemuka agama palsu, serta melindungi kepentingan umum dan hak-hak yang sah.
Dikabarkan bahwa sistem penyelidikan informasi bagi para pemuka agama Islam, Katolik, Protestan akan segera diluncurkan dalam waktu dekat.[Bhagavant, 26/2/23, sum]