Tradisi Umat Buddha di Sejumlah Negara Sambut Tahun Baru EU
Bhagavant.com,
Kyoto, Jepang – Ada berbagai tradisi dari umat Buddha di sejumlah negara dalam menyambut Tahun Baru Era Umum. Berikut di antaranya.

Jepang
Membunyikan genta atau lonceng besar yang menggantung di pelataran vihara telah menjadi kebiasaan banyak umat Buddha di Jepang untuk menyambut Tahun Baru.
Beberapa hari sebelumnya, menjelang tahun baru, para bhiksu di Vihara Chion-in di Kyoto melakukan uji coba membunyikan lonceng tahunan. Lonceng setinggi 3,3 meter dan berat 70 ton itu dibunyikan 108 kali pada Malam Tahun Baru, mulai pukul 22.40 waktu setempat.
Selain itu, untuk tahun ini vihara tetap membatasi pengunjung hanya untuk 1.000 orang sebagai tindakan pencegahan terhadap COVID-19, dan mereka menyiarkan langsung upacara tersebut di saluran YouTube mereka untuk dilihat semua orang.
Lonceng gantung yang dibuat pada tahun-tahun awal Zaman Edo (1603-1867) tersebut dipukul menggunakan tongkat kayu sepanjang 4,5 meter, yang diikatkan ke tali.
India
Di Bodh Gaya, India, sebagai bagian dari Festival Maha Puja tradisi Geluk, Geluk International Foundation mempersembahkan puja untuk umur panjang bagi Y.M. Dalai Lama pada tanggal 1 Januari. Lebih dari 16.000 bhiksu dan bhiksuni melantunkan puja untuk Y.M. Dalai Lama sebelum beliau berpidato di pertemuan itu.
Dalam acara puja bakti yang dihadiri pula oleh para pimpinan dari tradisi lain seperti dari tradisi Sakya dan Nyingma, Y.M. Dalai Lama menyampaikan bahwa beliau akan terus melayani Buddhadharma, khususnya tradisi Buddhis Tibet, hingga beliau berusia paling tidak 100 tahun.
Thailand
Puja bakti di vihara-vihara pada malam dan di hari pertama Tahun Baru menjadi tradisi umat Buddhis di Thailand. Namun salah satu tradisi unik dalam menyambut Tahun Baru ada di Vihara (Wat) Bang Na Nai di Bangkok.
Pada Minggu (1/1/2023), umat Buddha mengunjungi Vihara Bang Na Nai untuk menghadiri dan melakukan upacara kebangkitan. Umat yang berpartisipasi dalam upacara kebangkitan tersebut, berbaring di dalam peti mati dengan membawa kain putih dan mengenggam bunga di dada.
Kemudian, peti akan ditutup oleh kain putih saat seorang bhikkhu mulai mengucarkan paritta avamangala (kedukaan). Setelah selesai pembacaan paritta, peti mati dibuka kembali dan umat kembali banun kembali dari peti.
Umat yang melakukan tradisi ini menganggap hal ini sebagai simbol telah dilahirkan kembali untuk awal baru dalam hidup.
Vietnam
Di Vietnam, Tahun Baru adalah kesempatan untuk kemurahan hati. Dewan Eksekutif Sangha Vietnam di Trieu membantu memilih 250 keluarga kurang mampu yang akan menerima kebutuhan sehari-hari, termasuk selai, nasi, teh, dan minyak goreng di pasar lokal, serta 100.000 dong (sekitar 67 ribu rupiah).[Bhagavant, 8/1/23, Sum]
Kategori: Tradisi dan Budaya
Kata kunci: Tahun Baru
Penulis: