Imlek Menjelang, 7 Vihara di China Disebut Kelenteng
Bhagavant.com,
Jakarta, Indonesia – Tahun Baru China atau Imlek tahun 2565 / 2014 akan segera tiba. Nuansa menyambut penggantian musim tersebut dimanfaatkan oleh beberapa awak media berita untuk menarik para pembaca dengan membuat artikel berita mengenai hal-hal yang berkaitan dengan tradisi Tionghoa.
Namun sayangnya, usaha pemberitaan yang dilakukan oleh awak media untuk membahas hal-hal yang berkaitan dengan tradisi Tionghoa kadang tidak diimbangi dengan pengetahuan yang cukup, sehingga memberikan informasi yang keliru.
Seperti halnya yang dilakukan oleh situs Detik Travel yang berusaha membanjiri pemberitaannya dengan informasi yang berkaitan dengan tradisi Tionghoa dengan membahas mengenai 7 Kelenteng Paling Terkenal di China, yang dilansir pada Kamis (23/1/2014), justru memberikan informasi yang cukup menyesatkan.
Pasalnya, alih-alih menampilkan 7 kelenteng di China, artikel yang disampaikan oleh tersebut justru menampilkan 7 vihara di China.
Ketujuh vihara yang salah disebut sebagai kelenteng oleh Detik Travel adalah:
1. Vihara Nanshan (China: 南山寺; pinyin: Nánshānsì; Vihara Gunung Selatan) di Sanya, Provinsi Hainan.
2. Vihara Yonghe / Vihara Lama (China: 雍和宮, pinyin: Yōng hé gōng, Istana Kedamaian dan Harmoni) di Beijing.
3. Vihara Daxiangguo (China: 大相國寺, pinyin: Dà xiāng guó sì; Vihara Besar Negara) di Provinsi Henan.
4. Vihara Tanzhe (China: 潭柘寺; pinyin: Tán Zhè Sì; Vihara Kolam dan Pohon Zhe) di Beijing.
5. Vihara Shaolin (China: 少林寺; pinyin: Shàolín Sì; Vihara Hutan Kecil) di Provinsi Henan.
6. Vihara Famen (China: 法门寺; pinyin: Fǎmén Sì; Vihara Gerbang Dharma) di Provinsi Shaanxi.
7. Vihara Lingyin (China: 灵隐寺, pinyin: Língyǐn Sì; Vihara Penyembunyian Batin) di Provinsi Zhejiang.
Kesalahan tersebut terjadi karena kurangnya pemahaman yang benar mengenai perbedaan antara tempat ibadah umat Buddha yaitu vihara dengan kelenteng/klenteng/bio (China: 庙; Miào) yang merupakan tempat ibadah kepercayaan tradisional Tiongkok (Kong Hu Cu dan Shenisme) maupun kepercayaan campuran 3 Ajaran (China: Sān jiào; Hokkian: Sam Kaw; Sanskerta: Tridharma, yaitu Buddhisme, Taoisme, dan Kong Hu Cu).
Di Indonesia, kurangnya pemahaman mengenai perbedaan antara vihara dan kelenteng diperparah dengan adanya penggunaan label ”vihara” pada banyak kelenteng.
Penggunaan label ”vihara” pada banyak kelenteng di Indonesia merupakan dampak dari tindakan represif pemerintah rezim Orde Baru terhadap semua yang berkaitan dengan kebudayaan Tionghoa.
Sehingga untuk mempertahankan keberadaannya, banyak kelenteng atau bio yang sebelumnya menggunakan nama-nama Tionghoa, mengubah namanya menjadi nama-nama dalam bahasa Sanskerta atau Pali dan/atau melabelkannya sebagai ”vihara”, tempat ibadah agama Buddha yang telah diterima oleh pemerintah Orde Baru.
Vihara sendiri berasal dari bahasa Sanskerta dan Pali yang berarti tempat bernaung atau berdiam atau tinggal. Merupakan tempat untuk bernaung bagi para bhikkhu/bhiksu-bhikkhuni/bhiksuni pengelana saat musim penghujan.
Dari pengertian di atas, maka salah satu ciri untuk membedakan antara vihara dengan tempat ibadah kepercayaan lain adalah adanya tempat atau ruangan kecil atau bilik untuk dihuni oleh para bhikkhu/bhiksu-bhikkhuni/bhiksuni yang sering disebut dengan kuti.
Dan ketujuh situs di China yang salah disebut sebagai kelenteng oleh Detik Travel, secara jelas merupakan vihara karena memiliki bagian tempat untuk bernaung para bhiksu yang secara awam disebut biara (Inggris: monastery). Bahkan istilah ”biara” dalam bahasa Melayu dan Indonesia pun berasal dari kata ”vihara”.[Bhagavant, 23/1/14, Sum]
Kategori: Tradisi dan Budaya
Kata kunci: Tahun Baru Imlek, vihara
Penulis: