Komunitas Buddhis di Pakistan Terancam Punah

Bhagavant.com,
Islamabad, Pakistan – Komunitas Buddhis terakhir yang masih ada menghadapi kepunahan karena tidak tersedianya tempat ibadah, ajaran agama dan perlindungan pemerintah.

Komunitas Buddhis di Pakistan Terancam Punah
Tokoh Buddhis Pakistan melakukan puja. Foto: Tangkapan layar YouTube BBC News

Lima orang dari sebuah kelompok praktisi Buddhis di Naushahro Feroze di Sindh, Pakistan mengunjungi pameran Gandhara yang sedang berlangsung, bertema: “Roots or routes: exploring Pakistan’s Buddhist and Jain histories” (Akar atau rute: menjelajahi sejarah Buddhis dan Jain Pakistan).

Seperti yang dilansir Dawn pekan lalu (10/10/2021), mereka mengatakan bahwa Taxila adalah tempat paling suci dalam agama Buddha karena abu Sri Buddha dikuburkan dan relikui gigi-Nya dilindungi di sana.

“Kami senang bisa mengunjungi tempat ini berkat penyelenggara pameran. Meskipun kami menikmati kebebasan beragama sepenuhnya dan tidak ada larangan dalam menjalankan ritual keagamaan kami, Agama Buddha di Pakistan berada di ambang kepunahan karena berbagai alasan,” kata Lala Muneer, yang memimpin delegasi tersebut.

Pria itu mengatakan meskipun jumlah pasti umat Buddha tidak diketahui, ada sekitar 650 keluarga Buddhis di berbagai distrik pedesaan Sindh, termasuk Ghotki, Sanghar, Khairpur, Nawabshah dan Naushahro Feroze. Tidak ada vihara atau stupa bagi mereka untuk mempersembahkan puja keagamaan mereka.

“Kami melakukan ritual, acara, dan perayaan agama di rumah kami,” tambahnya.

Wanita-wanita Buddhis Pakistan. Foto: Bodhi TV

Buddhis lainnya bernama Juman mengatakan bahwa mereka menjalankan ibadah mereka sesuai dengan kisah-kisah, kebiasaan lama dan buku-buku terbatas yang tersedia dalam bahasa Sindhi karena tidak ada bhikkhu yang mengajar dan mengubah ajaran dan praktik keagamaan kepada generasi mendatang. “Agama Buddha menghadapi kepunahan karena kami adalah pengikut terakhir yang bertahan.”

Ia mengatakan pemerintah seharusnya mendirikan sebuah vihara untuk mereka dan menghadirkan seorang bhikkhu dari negara Buddhis mana pun untuk mengajari mereka tentang Agama Buddha. Ia mengatakan sebagian besar pemeluk Agama Buddha tidak pernah mengunjungi Taxila dan tempat-tempat keagamaan Buddhis lainnya di Khyber Pakhtunkhwa, terutama Takhtbai, karena kurangnya sumber daya finansial.

Vitrant Raj, yang berusia18, yang mengunjungi sisa-sisa kuno Taxila, sangat senang dengan ziarah itu.

“Saya datang ke Taxila untuk pertama kalinya dan mendapatkan Darshan (pengalaman visual) dari Sri Buddha untuk pertama kalinya seperti yang saya lihat sebelumnya dalam gambar-gambar.”

Ia berkata bahwa dirinya merasa sangat bangga melihat tempat dari mana Agama Buddha dapat berkembang di seluruh dunia.

Dr. Nadeem Omar Tarar, direktur eksekutif Center for Culture and Development (CCD), mengatakan terlepas dari kenyataan bahwa Agama Buddha telah berkembang di Taxila, pergeseran demografis pada saat kemerdekaan menyebabkan gerhana warisan agama komunitas dunia yang pernah berkembang pesat di sini.

Ia mengatakan komunitas yang merupakan penjaga warisan Buddhis Pakistan tidak menyadari pentingnya warisan mulia yang perlu diakui dan dirayakan.

Pada tahun 2017, sensus dilakukan di provinsi Sindh dan Punjab di Pakistan, dan hanya 1.884 orang yang terdaftar sebagai umat Buddha.[Bhagavant, 17/10/21, Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Asia Oseania,Pakistan
Kata kunci:
Penulis: