Lirik Gending Sriwijaya Lagu Daerah Bernuansa Buddhis yang Jarang Diketahui

Bhagavant.com,
Sumatera Selatan, Indonesia – Anda mungkin sudah tahu mengenai Tari Gending Sriwijaya. Tapi, tahukah Anda lirik Gending Sriwijaya yang mengiringi musik tarian tersebut?

Penari Gending Sriwijaya.
Penari Gending Sriwijaya. Foto: Youtube

Selain pempek Palembang, Sumatera Selatan juga terkenal dengan Tari Gending Sriwijaya yang menawan. Tari Gending Sriwijaya adalah suatu tarian yang melukiskan kegembiraan gadis-gadis Palembang saat menerima tamu yang diagungkan. Tari Gending Sriwijaya tidak lepas dengan lagu dan musik pengiringnya yang berjudul sama.

Gending Sriwijaya sendiri berarti Lagu Sriwijaya. Sesuai dengan namanya, lagu Gending Sriwijaya menggambarkan seseorang yang menyanyikan sebuah lagu mengenai kebesaran dan keluhuran zaman Kerajaan Buddhis Sriwijaya.

Sejarah

Dalam sejarahnya, seperti dilansir situs web Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, musik Gending Sriwijaya diciptakan pada Oktober hingga Desember 1943 oleh A. Dahlan Mahibat, seorang komposer juga violis dari grup Bangsawan Bintang Berlian di Palembang.

Sedangkan lirik lagunya diciptakan oleh sebuah tim yang terdiri dari Nungcik A.R (seorang wartawan) sebagai ketua, dan Salam Astrokesumo dan M.J. Suud sebagai anggotanya, dan mendapat masukan dari R.H.M. Akib, seorang pengamat dan pencinta sejarah di Palembang.

Tari Gending Sriwijaya sendiri diciptakan oleh Tina Haji Gong dan Sukainan A. Rozak, setelah musik dan lagunya selesai. Tarian tersebut selesai diciptakan pada tahun 1944.

Tujuan awal dari diciptakan tari dan lagu Gending Sriwijaya adalah untuk memenuhi permintaan pemerintah pendudukan Jepang kepada Jawatan Penerangan (Hodohan) untuk menciptakan sebuah tarian dan lagu untuk menyambut tamu yang datang berkunjung Keresidenan Palembang (sekarang Provinsi Sumatera Selatan).

Dalam buku “Musical Journeys in Sumatra” karya Margaret Kartomi, Gending Sriwijaya terutama lagunya sempat dilarang dipentaskan pada masa Orde Baru karena Nungcik A.R, sang penciptanya, dituduh bergabung dengan partai Komunis.

Namun, para pejabat Palembang menginginkan Gending Sriwijaya untuk tetap sebagai simbol provinsi, dan akhirnya pada tahun 1970 tari dan lagu Gending Sriwijaya dipulihkan.

Lirik Gending Sriwijaya

Dalam perkembangannya lagu Gending Sriwijaya memiliki beberapa aransemen yang juga berdampak pada perubahan sedikit liriknya.

Berikut salah satu versi lirik Gending Sriwijaya.

Di kala ku merindukan keluhuran dulu kala,
kutembangkan nyanyi dari lagu Gending Sriwijaya.
Dalam seni kunikmati lagi zaman bahagia,
kuciptakan kembali dari kandungan Maha Kala.

Sriwijaya dengan Asrama Agung Sang Maha Guru,
tutur sabda Dharmapala Sakyakirti Dharmakirti.
Berkumandang dari puncaknya Siguntang Mahameru
menaburkan tuntunan suci Gautama Buddha sakti.

Borobudur candi pusaka di zaman Sriwijaya,
saksi luhur berdiri teguh kokoh sepanjang masa.
Memasyurkan Indonesia di daratan se-Asia,
melambangkan keagungan sejarah Nusa dan Bangsa.

Taman sari berjengjangkan emas perlak Sri Ksetra,
dengan kalam pualam bagai di Surga Indralaya.
Taman puji keturunan Maharaja Syailendra,
Mendengarkan iramanya lagu Gending Sriwijaya.

Makna lirik Gending Sriwijaya

Secara garis besar lirik Gending Sriwijaya menyiratkan seseorang yang menyanyikan lagu Gending Sriwijaya yang menggambarkan Kerajaan Buddhis Sriwijaya pada masa itu. Dalam nyanyian tersebut ia menguraikan kondisi pada masa Kerajaan Sriwijaya.

Seperti yang disebutkan dalam lirik, di Kerajaan Sriwijaya pernah memiliki mahaguru Buddhis yaitu Dharmapala, Sakyakirti dan Dharmakirti. Ketiganya mengajarkan dan menyebarkan Agama Buddha, serta dihormati hingga di Nalanda, universitas Buddhis terkemuka yang ada di India. Berbagai penemuan arkeolog seperti stupa-stupa, inskripsi batu dan peninggalan lain, mengindikasikan bahwa ibu kota Kerajaan Sriwijaya berada di sekiat Bukit Seguntang (Siguntang) seperti yang disebutkan dalam lirik bait ke-2.

Pada bait ke-3, menyiratkan kondisi Candi Borobudur pada masa Kerajaan Sriwijaya yang kokoh dan terkenal se-Asia. Sedangkan pada bait terakhir, menyiratkan keberadaan taman bernama Sri Ksetra yang dikuatkan dengan penemuan Prasasti Talang Tuo (684). Taman Sri Ksetra adalah taman yang dibuat oleh Dapunta Hyang Sri Jayanasa, Maharaja pertama Sriwijaya.

Lagu Gending Sriwijaya bisa dikatakan sebagai satu-satunya lagu daerah atau lagu tradisional klasik di Indosesia yang bernuansa Buddhis. Sangat disayangkan jika lagu daerah ini tidak dilestarikan bahkan tidak diketahui oleh umat Buddhis Indonesia sendiri.[Bhagavant, 10/11/18, Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Kesenian
Kata kunci:
Penulis: