Buddhis Asia Peringati 10 Tahun Tsunami 2004
Bhagavant.com,
Kolombo, Sri Lanka – Sekitar 227 ribu orang diperkirakan tewas dan puluhan ribu lainnya hilang setelah gempa dengan kekuatan Mw 9,1–9,3 yang menghasilkan gelombang tsunami setinggi 30 meter terjadi di pantai barat Sumatera, di Samudra Hindia pada 26 Desember 2004 dan menerjang kawasan di sekitarnya termasuk di kawasan negara-negara berpenduduk mayoritas Buddhis seperti Sri Lanka, Thailand, dan Birma (Myanmar).

Setelah Indonesia dan di atas India, Sri Lanka merupakan negara kedua yang menderita terparah dari terjangan tsunami dan menjadi negara berpenduduk mayoritas Buddhis yang menderita terparah dengan perkiraan korban tewas sebesar 35.322 orang dan diikuti oleh Thailand dengan jumlah korban sekitar 5.000 orang dan Birma (Myanmar) sekitar 400 orang.
Di Sri Lanka, peringatan 10 tahun tsunami 2004 difokuskan pelaksanaannya di Distrik Hambantota, Provinsi Selatan Sri Lanka, bersamaan dengan peringatan Hari Keselamatan Nasional 2014 yamg diselenggarakan oleh Kementerian Manajemen Bencana. Selama 2 menit antara pukul 9.25-9.27 waktu setempat, masyarakat diajak untuk melaksanakan momen hening sejenak untuk mengenang para korban. Demikian yang di lansir Newsfirst, Jumat (26/12/2014).
Daerah terparah terkena dampak tsunami di Sri Lanka berada di Distrik Ampara dengan jumlah korban lebih dari 5.000 orang. Dalam peristiwa tersebut, tsunami juga menerjang kereta api “Samudradevi” (Dewi Samudra) yang penuh dengan penumpang di Desa Peraliya dekat kota Hikkaduwa di Distrik Galle dan menewaskan lebih dari 1.700 orang. Hal tersebut menjadi peristiwa bencana kereta api terburuk di dunia. Untuk mengenang peristiwa tersebut, pada tahun 2006 telah didirikan sebuah monumen berupa rupaka Buddha di Vihara Honganji Tsunami yang dikenal dengan rupaka Buddha Peraliya yang bentuknya merupakan replika rupaka Buddha Bamiyan di Afghanistan. Dan kereta “Samudradevi” kini menjadi simbol dari tragedi tersebut. Umat Buddhis di Peraliya memperingati peristiwa tersebut dengan menyalakan pelita.
Peringatan 10 tahun tsunami juga dilaksanakan oleh masyarakat Thailand dengan melakukan beberapa rangkaian puja bakti sepanjang hari.

Di Ban Nam Khem, sebuah desa nelayan kecil sebelah utara Khao Lak di provinsi Phang Nga, masyarakat menaruh bunga di sebuah dinding memorial yang bertuliskan nama-nama korban. Desa tersebut merupakan salah satu wilayah yang terparah dari dampak tsunami. Ban Nam Khem merupakan rumah bagi komunitas besar kaum migran. Di sana, banyak kapal-kapal nelayan yang terdampar telah ditinggalkan di daratan, dan monumen berbentuk gelombang tsunami juga telah didirikan.
Sedangkan area pantai resor Khao Lak yang merupakan kawasan yang terkenal dan ramai dengan turis asing, menjadi daerah terparah di Thailand, dengan sekitar 3.000 orang tewas termasuk warga asing. Seperti yang dilaporkan AFP, Jumat (26/12/2014), Perdana Menteri Thailand, Prayut Chan-O-Cha memimpin upacara nasional peringatan 10 tahun tsunami yang dihadiri sekitar 500 orang dan menampilkan orkestra dari Bangkok.

Sehari sebelumnya, Kamis (25/12/2014), peringatan 10 tahun tsunami 2004 dilakukan oleh umat Buddhis di Aceh dengan melakukan puja bakti di kuburan massal di Banda Aceh. Dalam kegiatan tersebut mereka membacakan sutra dan mantra, menyalakan lilin dan membakar dupa yang kemudian ditancapkan ke tanah.
Banda Aceh merupakan wilayah Indonesia yang terkena dampak paling parah dari bencana tsunami 2004. Sekitar 31.000 orang diperkirakan tewas dan di antaranya adalah Buddhis yang merupakan kelompok minoritas di wilayah tersebut.[Bhagavant, 26/12/14, Sum]
Kategori: Asia Oseania,Seremonial
Kata kunci: bencana alam, tsunami
Penulis: