Dalai Lama: Masalah Dunia Tak Bisa Diselesaikan Segelintir Individu

Bhagavant.com,
Roma, Italia – Kesenjangan sosial merupakan salah satu dari permasalahan-permasalahan yang ada di dunia. Dan permasalahan-permasalahan dunia tersebut tidak bisa diselesaikan hanya oleh segelintir individu, demikian yang disampaikan Yang Mulia (Y.M.) Dalai Lama Ke-14 dalam pesannya pada sesi terakhir Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Dunia Penerima Nobel Perdamaian Ke-14 di Roma, Italia, pada Minggu (14/12/2014).

Y.M. Dalai Lama Ke-14 dalam konferensi pers di akhir KTT Dunia Penerima Penghargaan Nobel Perdamaian Ke-14 di Aula Julius Caesar, Roma, Italia, Minggu (14/12/2014).
Y.M. Dalai Lama Ke-14 dalam konferensi pers di akhir KTT Dunia Penerima Penghargaan Nobel Perdamaian Ke-14 di Aula Julius Caesar, Roma, Italia, Minggu (14/12/2014). Foto: dalailama.com/Olivier Adam

“Kesenjangan antara kaya dan miskin tidak hanya salah secara moral, bahkan dari sudut pandang praktis hal itu adalah sumber masalah. Kita menemukannya di India, tapi kita juga menemukannya di Amerika Serikat, negara yang paling maju di dunia. Kaum miskin perlu bekerja keras dengan kepercayaan diri untuk memperbaiki nasib mereka, sementara kaum yang lebih berada perlu memberikan dukungan dan menyediakan fasilitas-fasilitas,” kata Y.M. Dalai Lama di Aula Julius Caesar di Campidoglio (Capitoline Hill – Bukit Capitolino), Roma.

“Permasalahan-permasalahan dunia tidak bisa diselesaikan oleh tindakan oleh segelintir individu, meskipun mereka adalah Penerima Nobel Perdamaian. Tujuh miliar orang di dunia harus bekerja semuanya untuk memciptakan sebuah dunia lebih seimbang dan bahagia. Masing-masing dari kita pada tingkat individu memiliki sebuah tanggung jawab untuk bekerja bagi dunia yang lebih baik di mana pun kita berada,” lanjut Y.M. Dalai Lama yang menerima Penghargaan Nobel Perdamaian pada tahun 1989.

Pada KTT yang diselenggarakan pada 12-14 Desember 2014 dan bertema “Peace. Living it!” tersebut, para Penerima Penghargaan Nobel Perdamaian menyoroti berbagai permasalahan yang sedang di hadapi dunia saat ini dari wabah ebola, pemerintah yang diktator, berbagai konflik, terorisme yang mengatasnamakan agama, hingga perubahan iklim.

Mereka juga mengeluarkan deklarasi 14th World Summit of Nobel Peace Laureates yang isinya mengenai perlindungan terhadap iklim, pengentasan kemiskinan dan pembangunan yang berkelanjutan, pelucutan senjata nuklir, dukungan terhadap larangan pembuatan senjata otomatis (senjata yang bekerja tanpa campur tangan manusia – robot pembunuh), serta menyerukan kepada para agamawan, pebisnis, pimpinan sipil, parlemen, dan semua orang dengan kehendak baik untuk bekerja bersama mereka untuk mewujudkan prinsip-prinsip dan kebijakan tesebut.

Y.M. Dalai Lama Ke-14 bersama dengan para tokoh Penerima Penghargaan Nobel Perdamaian dalam pertemuan dengan pers di akhir KTT Dunia Penerima Penghargaan Nobel Perdamaian Ke-14 di Roma, Italia. Foto: dalailama.com/Paolo Tosti

Para tokoh Penerima Penghargaan Nobel Perdamaian yang hadir dalam KTT tersebut antara lain Y.M Dalai Lama Ke-14, Shirin Ebadi, Leymah Gbowee, Tawakkol Karman, Mairead Maguire, José Ramos-Horta, William David Trimble, Betty Williams, dan Jody Williams.

Pada akhir KTT yang juga diselenggarakan untuk menghormati mendiang Nelson Mandela, Y.M. Dalai Lama dan Tawakkol Karman memberikan Peace Summit Award (Penghargaan KTT Perdamaian) kepada sutradara film Italia, Bernardo Bertolucci, atas perannya dalam perdamaian melalui budaya dan hiburan.

KTT Dunia Penerima Penghargaan Nobel Perdamaian Ke-14 yang awalnya akan diselenggarakan di Cape Town, Afrika Selatan pada 13-15 Oktober 2014, diundur dan dipindahkan pelaksanaannya ke Roma, Italia setelah pemerintah Afrika Selatan yang dibayang-bayangi tekanan dari Tiongkok, tidak mengeluarkan visa bagi Y.M. Dalai Lama. Sikap Pemerintah Afrika tersebut menuai kritikan dari berbagai tokoh penggiat perdamaian termasuk dari Uskup Agung Emeritus Cape Town, Desmond Tutu, penerima Nobel Perdamaian tahun 1984.

Sayangnya, tekanan Tiongkok juga membayangi KTT yang diselenggarakan di Roma, Italia, khususnya terhadap Vatikan yang merupakan sebuah enklave yang berada di dalam wilayah kota Roma di Italia. Hal ini tercermin dari sikap Paus Fransiskus sebagai pemimpin tertinggi Gereja Katolik dan juga sebagai kepala negara Vatikan, yang menolak bertemu dengan Y.M. Dalai Lama dalam KTT perdamaian tersebut. Sikap Paus ini tentu saja juga menuai kritikan karena dianggap tidak sesuai dengan semangat perdamaian yang selama ini ia bangun.

Sejak mengasingkan diri ke India akibat invasi Tiongkok terhadap Tibet pada tahun 1950, Y.M. Dalai Lama yang terus berjuang secara damai untuk otonomi khusus bagi Tibet dianggap sebagai pemberontak oleh Tiongkok. Ancaman tekanan politik oleh Tiongkok membuat negara-negara yang lebih lemah harus tunduk dengan kemauan Tiongkok untuk menjauhi Dalai Lama.[Bhagavant, 17/12/14,Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Eropa,Perdamaian
Kata kunci: ,
Penulis: