Duka Bayangi Festival Lentera Lotus 2014 di Korea Selatan
Bhagavant.com,
Seoul, Korea Selatan – Festival lentera lotus (Yeondeunghoe) yang merupakan festival tradisi tahunan menyambut hari kelahiran Sri Buddha di Korea Selatan, tahun ini dibayangi dengan perasaan duka dari warga Korea Selatan yang telah mengalami musibah tenggelamnya kapal feri Sewol pada Rabu (16/4/2014).
Warga Korea dan warga asing, umat Buddhis dan non-Buddhis, bersama-sama bergandengan tangan dalam mengenang mereka yang meninggal dalam bencana tenggelamnya feri Sewol, pada festival lentera lotus yang diadakan di Seoul, pada Sabtu (26/4/2014).
Parade yang diselenggarakan untuk menghormati Hari Ulang Tahun Sri Buddha (Vesak) yang tahun ini jatuh pada tanggal 6 Mei 2014 (berdasarkan tradisi Mahayana), diadakan lebih dari satu malam dengan menampilkan berbagai lentera dan kendaraan hias.
“Dalam ajaran Buddha, hidup dan mati bukanlah terpisah tapi terhubung menjadi satu. Terlepas dari keyakinan agama, mereka yang pergi lebih awal akan kembali dalam kebaikan di dalam kehidupan berikutnya melalui kelahiran kembali,” kata Kim Soo-ho, 64, seorang pekerja industri perkapalan yang juga seorang Buddhis selama 20 tahun, seperti yang dilansir Korea Times, Minggu (27/4/2014).
“Dengan atau tanpa keyakinan, semua orang menjalani hidup melalui rasa sakit. Arti sebenarnya dari agama adalah untuk berbagi rasa sakit secara lintas agama yang berbeda. Ketegangan dan konflik merupakan produk dari manusia,” kata Jung Soo-young, 50, seorang ibu rumah tangga yang baru memeluk Agama Buddha.
Lawrence Moss, seorang pensiunan insinyur dari Bristol, Inggris mengatakan meskipun seorang Barat ia merasakan “rasa spiritual yang lebih tinggi” melalui keikutsertaan.
“Keluarga saya tidak merencanakan pergi ke Vihara Jogye tapi kami merasa entah bagaimana seolah-olah kami ditarik ke tempat tersebut. Para wanita membuat balon berwarna untuk feri yang tenggelam sangat menyentuh. Kami benar-benar duduk dan membantu bersama dengan para wanita tersebut mempersiapkan bunga dan lentera.”
Moss mengatakan saudaranya meninggal setahun yang lalu dan dia menaruh catatan harapan dalam lentera yang dibuatnya bersama keluarganya. “Ada banyak emosi positif terasa di sana,” katanya.
Jenny Saklar, 33, wanita asal Fresno, California, mengatakan acara tahun ini berbeda dari acara yang pernah diikutinya empat tahun lalu.
“Ketika kami datang empat tahun lalu menampilkan semangat dan cahaya yang begitu indah. Festival saat itu adalah peristiwa yang meriah dengan begitu banyak tarian dan perayaan, sangat penuh warna. Tapi tahun ini dengan negara yang sedang berkabung, semua orang mendukung para keluarga korban. “
Stephen Redeker dari New Jersey Amerika Serikat mengatakan bahwa meskipun orang-orang asing tidak mengetahui makna di balik upacara keagamaan, simbol dan gambar-gambar Buddhis tersebut seperti lentera, kelopak lotus, gajah, Buddha dan para bhiksu dalam jubah, semua itu merupakan hal yang eksotis dan memikat di mata orang-orang Barat.
Namun tahun ini karena berkaitan dengan pernyataan simpati turut berkabung, acara merasa “tenang, seperti pawai pemakaman.”
Acara festival lentera lotus tahun ini menawarkan kesempatan para pengunjung untuk membuat lentera mereka sendiri, mencicipi hidangan vihara, membuat cetakan dari berbagai desain Buddhis, dan banyak lagi.
Awal festival dimulai dengan upacara pencahayaan (Jeomdeungsik) di mana lentera berukuran besar menyala di Gwanghwamun Square pada tanggal 16 April. Festival ini dimulai pada tanggal 25 April dengan pameran lentera tradisional di Sungai Cheonggyecheon, Vihara Jogyesa dan Vihara Bongeunsa. Pada tanggal 26 April, parade lentera spektakuler berlangsung dengan menampilkan lebih dari 100.000 lentera besar yang menyala terang dalam bentuk bunga lotus, stupa, gajah, naga, dan banyak lagi.[Bhagavant, 3/5/14, Sum]
Kategori: Korea Selatan
Kata kunci: festival kebudayaan, Vesak 2558 EB
Penulis: