Di Balik Indahnya 34 Lukisan Digital Kisah Hidup Buddha (Bagian 1)

Bhagavant.com,
Bangkok, Thailand – Kisah kehidupan Sri Buddha (Sang Buddha) memberikan inspirasi bagi banyak orang di berbagai bidang termasuk dalam bidang seni digital yang merupakan sebuah karya atau praktik seni yang menggunakan teknologi digital (seperti komputer) sebagai bagian penting dari proses kreatif atau presentasinya.

Salah satu lukisan digital kehidupan Buddha yang tersebar di intenet. Gambar: Krishna Suriyagarn.
Salah satu lukisan digital kehidupan Buddha yang tersebar di intenet. Gambar: Krishna Suriyagarn.

Di antara gambar-gambar yang ditampilkan dari hasil pencarian gambar dengan kata kunci “buddha” menggunakan mesin pencari internet, seperti Google, Yahoo, dan Bing, kita akan menemukan satu atau dua lukisan seni digital yang jika ditelusuri merupakan bagian dari rangkaian 34 buah gambar kisah kehidupan Sri Buddha.

Ketiga puluh empat lukisan digital tersebut bagi banyak orang mungkin tidak asing lagi. Keindahan komposisi warna akrilik dan penggambaran yang detail membuat lukisan tersebut disukai banyak orang dan telah tersebar di seluruh dunia khususnya di dunia internet.

Namun sayangnya, sebagian besar keberadaan gambar-gambar tersebut di internet berstatus tanpa izin seniman yang menciptakannya, atau tanpa pencantuman nama penciptanya. Bahkan, banyak dari pengunggah gambar-gambar tersebut tidak mengetahui asal dan nama sang senimannya, dan mereka hanya melakukan salin-rekat (copy-paste) dari situs-situs lain. Hasilnya, gambar-gambar tersebut cepat tersebar dan dikenal di dunia internet tapi tidak dengan nama seniman yang menciptakannya.

Lalu, siapakah nama seniman yang menciptakan ketiga puluh empat gambar lukisan digital kehidupan Sri Buddha? Dari mana asalnya? Apa latar belakang ia menciptakan lukisan tersebut?

Bhagavant.com berusaha menelusuri nama dari seniman pencipta 34 lukisan digital kehidupan Buddha tersebut, namun baru akhir April 2014 lalu dapat memastikan nama pencipta lukisan tersebut dan secara singkat mewawancarainya.

Sepuluh tahun yang lalu, di awal tahun 2004, Krishna Suriyagarn (กฤษณะ สุริยกานต์) yang tahun 2000 telah meraih gelar Sarjana Seni Komersial dari Akademi Seni Universitas Teknologi Rajamangala Rattanakosin (Kampus Poh-Chang) di Wang Buraphaphirom, Distrik Phra Nakhon, Bangkok, Thailand, diminta oleh ayahnya, Anan Suriyagarn (อนันต์ สุริยกานต์), untuk melukis sejarah Sri Buddha.

Sebelumnya, Anan yang merupakan pensiunan pejabat pemerintah, melihat bahwa kebanyakan gambar-gambar Buddha yang menghiasi di banyak vihara di Thailand telah terlalu tua. Mengetahui bahwa putranya adalah seorang seniman lukisan potret dengan warna-warna akrilik, dan ia percaya jika putranya membaca sejarah Sri Buddha dan memahaminya dengan baik maka putranya tersebut akan dapat membayangkan dan mentransfernya menjadi gambar-gambar yang indah.

Krishna menyetujui pemikiran ayahnya, dan mulai membaca sejarah kehidupan Sri Buddha. Bersamaan dengan itu, ia mencoba untuk melakukan jasa baik dengan melakukan meditasi, melepaskan sapi dan ikan, memberikan dana makanan kepada para bhikkhu, dan juga menyumbangkan pakaian dan uang untuk manfaat masyarakat umum.

Krishna Suriyagarn (กฤษณะ สุริยกานต์), dari Thailand, seniman pencipta 34 Lukisan Digital Kehidupan Buddha. Foto: © thebuddhaartgallery.com
Krishna Suriyagarn (กฤษณะ สุริยกานต์), dari Thailand, seniman pencipta 34 Lukisan Digital Kehidupan Buddha. Foto: © thebuddhaartgallery.com

Beberapa bulan kemudian, di akhir tahun 2004, dengan komputernya, Krishna menyelesaikan gambar seni digital pertamanya mengenai kehidupan Sri Buddha. Selanjutnya, ia melukis satu gambar dalam satu bulan. Ia membutuhkan waktu 34 bulan untuk mengerjakan keseluruhan gambar yang berjumlah 34 buah. Gambar pertamanya selesai pada tahun 2006 dan satu set pertama lukisan kehidupan Sri Buddha tersebut selesai pada akhir 2007.

Pada tahun 2008, saat ia memiliki komputer baru, ia melakukan revisi kembali terhadap gambar-gambarnya. Dan beberapa bulan kemudian sebuah perusahaan percetakan swasta, Thammasapa, menawarkan menggunakan gambar-gambarnya untuk dicetak dalam sebuah buku berjudul Pathomsomphothikatha (Pali: Paṭhama Sambodhi Kathā; Thailand: ปฐมสมโพธิกถา) karya Somdet Phra Maha Samana Chao Kromma Phra Paramanujit Jinorasa Srisugatakhatiyavamsha (สมเด็จพระมหาสมณเจ้า กรมพระปรมานุชิตชิโนรส ศรีสุคตขัตติยวงศ์), Sangharaja Thailand Ke-7, yang berisi mengenai sejarah kehidupan Sri Buddha. Sekarang lebih dari 10.000 buku telah terjual.

“Setelah itu, semua gambar di buku tersebut telah disalin dan ditampilkan oleh orang-orang yang tak dikenal. Pada saat yang sama, ada beberapa bhikkhu, kepala vihara, dan umat awam yang melihat dan menyukai kreasi saya, begitu baik memesan gambar asli secara langsung dari saya dengan ukuran 24 x 36 dan 36 x 54 inci persegi. Mereka menghiasnya di vihara mereka,” kata Krishna melalui surat elektronik pertama kepada Bhagavant.com, Sabtu (26/4/2014).

Diperdagangkannya secara ilegal lukisan digital kisah Buddha karya Krishna, oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, membuat dirinya sempat merasa kecewa dan menghentikan pekerjananya.

“Saya seorang seniman baru dan tidak dikenal. Meskipun ada beberapa orang telah mengambil gambar-gambar saya untuk digunakan dalam tujuan mereka, tanpa perdagangan dan tanpa izin, saya pikir bahwa mereka melakukan kebaikan bagi saya. Tetapi beberapa orang di Thailand dan India membuat kesalahan luar biasa; mereka membuat bisnis (tanpa izin) dari gambar-gambar saya. Perilaku buruk seperti itu membuat saya kecewa dan menunda saya untuk melukis gambar baru. Apakah Anda tahu? Saya telah berhenti melukis karya-karya baru sudah selama 4 bulan. Saya tidak tahu kapan saya bisa memulai kembali. Namun, saya masih memiliki beberapa gambar yang tersisa di rumah saya di Sing Buri. Mereka sebenarnya 4 atau 5 kali lebih indah dari 34 gambar sebelumnya yang ditampilkan di internet karena saya melukis mereka dengan komputer kapasitas tinggi yang baru. Tidak ada yang bisa melihat mereka di mana pun di dunia,” tutur Krishna yang pernah bekerja sebagai pekebun di Bangkok.

Enam dari 34 lukisan seni digital kehidupan Sri Buddha karya Krishna Suriyagarn. Gambar: Krishna Suriyagarn.
Enam dari 34 lukisan seni digital kehidupan Sri Buddha karya Krishna Suriyagarn. Gambar: Krishna Suriyagarn.

Meskipun demikian, Krishna tidak berlama-lama dalam kekecewaaannya dan memilih untuk tidak mengikuti emosi frustasinya tersebut. Ia berencana untuk membuat kreas-kreasi baru untuk Buddhisme.

“Jika Anda dan staf Anda memiliki kesempatan untuk mengunjungi Thailand, Anda dipersilahkan untuk melihatnya di rumah saya. Lebih lanjut, Thammasapa yang mencetak buku Pathomsomphothikatha telah berinvestasi untuk membangun “Horsilp Putta” (หอศิลป์พุทธะ – Galeri Seni Buddha) yang memajang 34 gambar saya dalam ukuran besar. Galeri ini telah dibuka di Bangkok,” undang Krishna.

Krishna Suriyagarn yang lahir pada 5 Maret 1976, dan sekarang tinggal di Distrik Bangrachan, Provinsi Sing Buri, Thailand, merupakan anak pertama dari 2 orang putra pasangan Anan Suriyagarn (63 tahun) dengan Wannee (62 tahun). Adik lelakinya, Pissanu Suriyagarn, adalah seorang insinyur di sebuah perusahaan swasta di Bangkok.

Untuk memperkenalkan kegiatan Sri Buddha dalam gambar digital yang indah kepada semua umat Buddhis di dunia terutama kaum muda yang sekarang kebanyakan dipengaruhi dan terganggu oleh dokumen-dokumen internet, Krishna juga membangun sebuah situs web, thebuddhart.com, yang mulai tayang di internet tahun 2010. Situs web tersebut berisi mengenai ketiga puluh empat karyanya yang dapat dipesan secara dalam jaringan (online).

Apa yang menjadi referensi utama Krishna Suriyagarn dalam menciptakan ketiga puluh empat lukisan digital kisah kehidupan Sri Buddha? Pengalaman apa yang ia dapat dari keberadaan lukisan digitalnya tersebut?[Bhagavant, 8/5/14, Sum]

Bersambung…

Di Balik Indahnya 34 Lukisan Digital Kisah Hidup Buddha (Bagian 2)

Rekomendasikan:

Kategori: Kesenian,Thailand,Tokoh
Kata kunci:
Penulis: