Setelah Dibakar, Vihara di Bazar Cox Kembali Beroperasi
Bhagavant.com,
Chittagong, Bangladesh – Sembilan belas vihara yang dibakar ataupun dirusak oleh para fanatik agama di Ramu dan Ukhia, Cox’s Bazar (Bazar Cox) pada September tahun lalu telah direkonstruksi dan direnovasi.
Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina, saat meresmikan 12 vihara di Ramu yang telah direkonstruksi tersebut pada Selasa 3 September 2013, mengatakan bahwa peristiwa di Ramu tersebut merupakan hal yang memalukan bagi semua pihak. The Daily Star melaporkan, Rabu (4/9/13).
Para oknum Muslim fanatik menyerang rumah-rumah Buddhis dan vihara di Ramu dan Ukhia dalam kerusuhan selama dua hari pada 29-30 September 2013, setelah rancangan jahat dengan menggunakan posting-an Facebook palsu yang merendahkan Al-Quran.
Kerusuhan tersebut terjadi pada malam hari tanggal 29 September, setelah nama seorang pemuda Buddhis di-tag-kan pada sebuah foto hasil manipulasi di halaman Facebook.
Dalam penyelidikan yang dilakukan sendiri oleh The Daily Star, telah menemukan bahwa foto tersebut dicetak dan disebarkan di dalam dan di sekitar Ramu oleh empat orang untuk membantu mengumpulkan kerumuman besar dan menghasut kekerasan.
Korps Teknik dari Batalion 17 ECB Tentara Bangladesh di Bazar Cox telah melakukan rekonstruksi dan renovasi vihara-vihara tersebut sementara Penjaga Perbatasan Bangladesh delah membangun kembali rumah-rumah. Pekerjaan tersebut selesai pada bulan lalu.
Pekerjaan rekonstruksi vihara-vihara tersebut sendiri menelan biaya pemerintah sebesar 20 ribu crore (+/- 20 miliar rupiah), demikian kata AS Anwar Hossain, wakil komandan batalion tersebut.
Dalam proyek tersebut, tujuh vihara direkonstruksi dan lima diperbaiki berada di Ramu sementara lima vihara direkonstruksi dan dua vihara diperbaiki di Ukhia, tambah Anwar, yang mengawasi pekerjaan tersebut.
Arsitek terkenal Bishwajit Barua merancang vihara dan memberi dukungan teknis lainnya.
Meskipun vihara-vihara yang dibakar dan dirusak telah diperbaiki namun tidak bisa menggantikan benda-benda bersejarah yang ada di dalamnya.
”Tidak ada yang bisa menggantikan kerusakan dan pembakaran benda-benda bersejarah dan langka, Tipitaka dan buku-buku agama berharga lainnya,” kata Y. M. Bhikkhu Satya Priya Mahathera, mantan Sangharaja Bangladesh.
Mahathera yang telah banyak mewakili Bangladesh di banyak negara dan menerima penghargaan bergengsi dari pemerintah Birma tahun 2003 atas pengetahuannya mengenai Tipitaka juga meminta agar umat Buddha diberi keamanan.
Selain itu, hal yang menyakitkan warga Buddhis setempat adalah sebuah spanduk selamat datang di kawasan Gerbang Stadium Ramu untuk menyambut kedatangan Perdana Menteri Sheikh Hasina, menampilkan nama dan foto dua orang dari 12 orang yang oleh dua badan penyelidik terlibat dalam penyerangan terhadap umat Buddha pada tahun lalu.
”Sangat terlihat para pelaku utama berjalan bebas memicu ketakutan kami,” kata Tarun Barua, pemimpin komunitas Buddhis setempat dan sekretaris umum Vihara Sima Ramu kepada The Daily Star, Sabtu (31/8), hampir setahun setelah serangan tersebut.[Bhagavant, The Daily Star, 4/9/13, Sum]
Kategori: Bangladesh
Kata kunci: diskriminasi agama, kriminalitas
Penulis: