Keamanan Vihara di Indonesia Perlu Ditingkatkan

Buddhisme dan KriminalitasBhagavant.com,
Jakarta, Indonesia – Pelaku di balik pengeboman Vihara Ekayana Arama – Indonesia Buddhist Centre, belum dapat diungkap oleh pihak kepolisian sejak peristiwa meledaknya bom yang terjadi pada Minggu, 4 Agustus 2013.

Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Komisaris Jenderal Oegroseno, mengatakan bahwa hingga kini pelaku pengeboman Vihara Ekayana masih diselidiki. Meskipun telah ada rekaman CCTV, namun hingga kini polisi masih belum menemukan siapa pelaku dan jaringan pengeboman Vihara Ekayana tersebut. Tempo.co melaporkan, Senin 26 Agustus 2013.

“Pelaku pengeboman Vihara masih diselidiki. Rekaman CCTV-nya tidak begitu jelas,” kata Oegroseno saat ditemui pada sebuah acara Halal bi Halal di Nelayan Seafood Restaurant pada Minggu 25 Agustus 2013.

Meledaknya bom rakitan berdaya ledak rendah di Vihara Ekayana Arama yang melukai setidaknya satu orang luka lecet tersebut dikecam oleh banyak pihak dan dianggap salah alamat jika dikaitkan dengan konflik etnis di Myanmar yang melibatkan imigran ilegal asal Bangladesh (belakangan menyebut diri sebagai Rohingya) dengan penduduk lokal Rakhine di Arakan.

Sebelumnya, seminggu setelah ledakan, dalam sebuah acara bincang Dharma di Stasiun Radio Cakrawala, Jakarta, Sabtu 10 Agustus 2013, Sekretaris Jenderal Konferensi Agung Sangha Indonesia (KASI), Y. M. Bhikkhu Dhammakaro Thera mengisyaratkan agar vihara-vihara meningkatkan sistem keamanannya.

Beliau mengatakan bahwa vihara juga merupakan tempat umum yang dikunjungi oleh berbagai orang sehingga sistem pengamanannya perlu diperlakukan seperti tempat-tempat umum lainnya seperti di pusat-pusat belanja.

Peningkatan sistem keamanan di vihara-vihara bukan dimaksudkan untuk membuat tidak nyaman umat Buddha dalam menjalankan ibadah namun justru untuk keamanan dan kenyamanan bersama.

Kejahatan muncul karena ada kesempatan. Dengan sistem keamanan yang memadai seperti penggunaan CCTV dan alat deteksi logam (metal detector) khususnya, maka diharapkan dapat menghilangkan beberapa kesempatan yang dapat digunakan seseorang untuk melakukan kejahatan.

Dengan menghilangkan kesempatan untuk berbuat jahat tersebut diharapkan dapat mencegah seseorang melakukan perbuatan jahat. Dan usaha untuk mencegah seseorang untuk melakukan perbuatan jahat merupakan sebuah perbuatan baik.

Seperti pada umumnya, umat Buddha juga perlu melaporkan kepada pihak keamanan vihara atau setempat jika menemukan hal-hal yang dianggap mencurigakan.[Bhagavant, 28/8/13, Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Indonesia
Kata kunci:
Penulis: