Bantuan Internasional untuk Bencana Banjir di Myanmar

Bhagavant.com,
Rangoon, Birma – Saat sejumlah wilayah di Indonesia mengalami bencana kekeringan yang disebabkan oleh gejala alam El Nino dan gelombang panas menerjang Mesir, sebaliknya lebih dari separuh negara bagian di Birma atau Myanmar mengalami bencana banjir sejak pertengahan Juli.

Sebuah stupa di vihara di Kabupaten Salingyi, wilayah Sagaing, Birma, Minggu (2/8/2015) terendam banjir.
Sebuah stupa di vihara di Kabupaten Salingyi, wilayah Sagaing, Birma, Minggu (2/8/2015) terendam banjir. Foto: xinhuanet.com (news.cn)

Sejak berita ini diturunkan (12/8/2015), setidaknya lebih dari 100 orang meninggal dan sekitar lebih kurang 1 juta orang terkena dampaknya, di antaranya mengungsi ke tempat-tempat yang lebih aman. Dua belas dari 14 negara bagian di Birma terkena bencana banjir yang disebabkan oleh hujan muson barat daya yang deras, dua di antaranya yaitu negara bagian Chin dan Rakhine.

Hujan muson yang tidak biasa derasnya tersebut telah menghancurkan lahan pertanian, jalan-jalan, rel-rel kereta api, jembatan dan rumah-rumah khususnya di pedesaan dan membanjiri sejumlah vihara sejak 16 Juli. Sejumlah stupa kuno seperti stupa-stupa Mrauk-U di bagian utara Rakhine juga tidak luput dari bencana ini.

Bantuan internasional telah dikirimkan untuk membantu bencana banjir di Myanmar (Birma). Pada Jumat (7/8/2015) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan akan memberikan kontribusi sebesar 9 juta dolar AS dari Central Emergency Response Fund untuk membantu lembaga-lembaga bantuan menyediakan bantuan di wilayah tersebut.

“Dana ini akan membantu menyediakan orang-orang tempat tinggal darurat, pasokan air bersih, sanitasi, makanan, perawatan kesehatan kritis, dan layanan lainnya pada saat mereka membutuhkan,” kata pernyataan PBB seperti yang dilansir VOA, Sabtu (8/8/2015).

Badan dunia tersebut memperkirakan setidaknya diperlukan 47 juta dolar AS untuk memberikan bantuan darurat yang memadai.

Sekitar 6,2 juta orang tinggal di wilayah terdampak banjir, di daerah tempat Sungai Irrawaddy dan cabang sungai lainnya mengalir menuju laut. Empat daerah telah dinyatakan sebagai zona bencana, yaitu negara bagian Chin dan Rakhine, serta wilayah Sagaing dan Magway.

Meskipun Myanmar atau Burma berpenduduk mayoritas Buddhis, dampak dari bencana banjir tersebut juga dialami dan dirasakan oleh penduduk beragama lainnya di daerah zona bencana seperti umat Kristen yang banyak tinggal di negara bagian Chin dan umat Muslim yang banyak tinggal di Rakhine.

Awal pekan lalu, Washington mengatakan akan memberikan 600 ribu dolar AS untuk membantu korban banjir. Jepang telah berjanji membantu 150 ribu dolar AS, Komisi Eropa memberikan bantuan sebesar 606 ribu dolar As, sedangkan Vietnam menyediakan air bersih senilai 20 ribu dolar AS.

Warga setempat, para bhikkhu, vihara-vihara, klinik, dan para pejabat distrik di Birma ikut melakukan sumbangan kepada para korban. Juga tidak ketinggalan para relawan dari Yayasan Buddha Tzu Chi Birma (Myanmar) juga telah bergerak sejak 5 Agustus 2015 melakukan survei bencana dan memberikan bantuan kepada warga di daerah-daerah yang terkena bencana.

Menurut Bhikkhu Ba Danda Wa Thay HTA dari Ananda Myitta Clinic, seperti yang dilansir Karen News, Selasa (11/8/2015), mengatakan bahwa prioritas bantuan yang diperlukan adalah obat-obatan seperti obat tetes mata, krim kulit antiseptik, tablet atau bubuk rehidrasi oral (oralit), cairan IV (infus), larutan salin dan glukosa normal, parasetamol dan antibiotik.

Peraih Nobel Perdamaian, Aung San Suu Kyi, dalam laman Facebook-nya menyerukan dunia internasional untuk membantu rehabilitasi jangka panjang untuk korban banjir di Myanmar (Birma).

“Kebutuhan untuk rehabilitasi akan dibutuhkan di banyak daerah yang terdampak. Saya ingin mengajukan permohonan kepada masyarakat internasional untuk membantu kami secara murah hati dan secara terkoordinasi,” kata Suu Kyi.

Dalam upaya membantu warga Myanmar yang mengalami musibah karena bencana banjir, Ehipassiko Foundation, salah satu yayasan sosial nirlaba berbasis Buddhis di Indonesia yang bergerak dalam bidang studi, aksi, dan meditasi, juga turut melakukan penggalangan dana.

Seperti yang dilansir dalam laman Facebook-nya, Ehipassiko Foundation mengetuk hati masyarakat Indonesia khususnya Buddhis untuk menyalurkan dana berapa pun melalui BCA 4900333833 atas nama YAYASAN EHIPASSIKO.* (Gunakan angka 8 sebagai digit terakhir dana untuk memudahkan pendataan, contoh: Rp123.008. Sms nama & dana ke 081807111239.) Penggalangan dana diharapkan dapat terkumpul sampai dengan 17 Agustus 2015.[Bhagavant, 12/8/15, Sum]

*Bhagavant.com mendorong para dermawan untuk membaca info dan memeriksa ulang kebenaran info yayasan atau badan amal di atas sebelum berdana.

Rekomendasikan:

Kategori: Birma,Solidaritas Buddhis
Kata kunci:
Penulis: