Simposium Internasional Dialog Antar Bhiksuni dan Suster Katolik Pertama di Taiwan
Bhagavant,com
Taipei, Taiwan – Sebuah simposium internasional dialog antara bhiksuni dan suster Katolik, untuk pertama kalinya diadakan di Kaohsiung,Taiwan.
Simposium bertema: Active Contemplation and Contemplative Action: Buddhist and Christian Nuns in Dialogue, diadakan di Vihara Fo Guang Shan, Distrik Dashu, Kaohsiung, Taiwan, pada 13-20 Oktober 2018.
Simposium tersebut diselenggarakan berkat kerja sama antara Vihara Fo Guang Shan, Komite Vatikan Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama, grup dialog agama kebiaraan, Asosiasi Wanita Katolik Taiwan, dan Universitas Bahasa Ursulin Wenzao.
Dialog yang dilakukan untuk melihat benang merah dan memahami konsep kehidupan para bhiksuni/bhikkhuni dan suster Katolik, dihadiri lebih dari 60 tokoh perwakilan dari 16 negara. Ada 50 biarawati yang diundang untuk berpartisipasi dalam simposium tersebut: 25 viharawati yang terdiri dari 10 perwakilan internasional dan 15 dari vihara di Taiwan, 25 biarawati Katolik.
Seperti yang dilansir situs halaman berita Fo Guang Shan (fgsbmc.org.tw), Senin (15/10/2018), simposium tersebut merupakan simposium pertama mengenai dialog antara bhiksuni dan suster Katolik, dan merupakan konferensi kedua antara Agama Buddha dan Katolik setelah sebelumnya diadakan pada tahun 1995 di Vihara Fo Guang Shan.
Pembukaan simposium internasional tersebut dilaksanakan di Ruang Konferensi Roda Dharma di Pondok Taman Bambu, Vihara Fo Guang Shan, pada Minggu (14/10/2018)
Dalam sambutannya, Y.M. Hsin Pao, kepala Vihara Fo Guang Shan, menyebutkan adanya persahabatan yang mendalam antara Y.M. Master Hsing Yun dengan Kardinal Paul Shan Kuo-Hsi,S.J., dan hubungan mereka lebih dari sekadar harmonisasi beragama.
Y.M. Hsin Pao mengutip perkataan Y.M. Master Hsing Yun dengan mengatakan bahwa dunia ini membutuhkan banyak beragam agama, sama seperti departemen bacaan, memilih apa yang Anda inginkan, dan membiarkan lebih banyak orang tahu bahwa ada keharmonian di antara orang-orang.
Sementara, Uskup Miguel Ángel Ayuso Guixot, Sekretaris Jenderal Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama, mengatakan bahwa upacara pembukaan simposium tersebut bertepatan dengan malam peringatan wanita pertama dalam sejarah yang dianugerahi gelar “Doktor Gereja” sehingga memiliki arti yang sangat penting.
Ia juga menjelaskan bahwa dialog mengenai “aksi” dan “pengalaman religius” tersebut merupakan dialog dari hati ke hati, mengilhami pemikiran ulang tentang persamaan dan perbedaan antara Agama Buddha dan Kristen, dan mencari tindakan dan cara untuk mengubah dunia.[Bhagavant, 17/10/18, Sum]
Kategori: Taiwan,Wanita Buddhis
Kata kunci: Konferensi Internasional, lintas agama
Penulis: