Berpakaian Bhiksu, DJ Korea Selatan Tuai Kritik Buddhis Malaysia

Bhagavant.com,
Kuala Lumpur, Malaysia – Komedian sekaligus DJ asal Korea Selatan menuai kritik dari komunitas Buddhis di Malaysia karena berpakaian seperti bhiksu saat melakukan pertunjukannya.

DJ Yoon Seong-ho ( New Jeans Nim) berpakaian bhiksu dalam pertunjukannya. Foto: mk.co.kr

Yoon Seong-ho dengan nama panggung New Jeans Nim, seorang pramuirama (Disc Jockey/DJ) sekaligus komedian asal Korea Selatan mendapat kritikan dan penolakan dari komunitas Buddhis Malaysia karena performanya yang dinilai tidak sesuai dengan norma-norma Buddhis.

Kritikan tersebut muncul setelah DJ tersebut tampil pada tanggal 3 Mei di sebuah klub dansa di Kuala Lumpur dengan berpakaian seperti bhiksu.

Asosiasi Pemuda Buddhis Malaysia (Young Buddhist Association of Malaysia – YBAM) mengatakan kepada wartawan bahwa mereka telah menerima keluhan dari umat Buddha, yang mengatakan bahwa pakaian DJ tersebut “merugikan dan tidak menghormati” cara hidup umat Buddha.

“[YBAM] berpendapat bahwa peniruan identitas anggota sangha, salah satu komponen Tiga Permata, dalam pertunjukan di tempat hiburan seperti ruang dansa adalah tidak pantas,” kata Sekretaris Jenderal YBAM Eow Shiang Yen dalam sebuah pernyataan seperti yang dikutip dari Free Malaysia Today, Rabu (8/5/2024).

Eow juga menyebut klub dansa sebagai tempat yang problematis bagi umat Buddha karena adanya alkohol dan perilaku gaduh.

“Aksi seperti itu tidak hanya akan memengaruhi kekhidmatan Agama Buddha tetapi juga dapat membingungkan masyarakat tentang makna sebenarnya dari ritual Agama Buddha, seperti melantunkan sutra dan merangkapkan tangan (beranjali),” tambah Eow.

Ia mengimbau semua pihak menghindari penyalahgunaan unsur agama untuk hiburan, memperingatkan kepekaan terkait 3R (race, religion and royalty).

Anggota parlemen Malaysia, Wee Ka Siong, sependapat dengan komunitas Buddhis Malaysia ketika DJ tersebut “menyamarkan” dirinya sebagai seorang bhiksu dan tampil di klub, hal ini memberikan persepsi yang salah terhadap nilai dan ajaran Buddha.

“Saya setuju dengan Young Buddhis Association Malaysia (YBAM) dan Fo Guang Shan Malaysia yang menyerukan tindakan yang harus diambil oleh pihak berwenang untuk melarang DJ asal Korea tersebut tampil lagi di klub dansa di Kuala Lumpur,” ujarnya dalam sebuah pernyataan seperti yang dilansir The Star Rabu (8/5/2024).

“Jika DJ tersebut tidak menyamar sebagai bhiksu selama penampilannya dan memicu kepekaan agama serta menimbulkan kontroversi yang tidak perlu, komunitas Buddhis tidak akan memiliki niat untuk menghalangi penampilan artis mana pun,” tambah Wee.

Pada tanggal 11, Yoon Seong-ho merilis video penampilan DJ-nya di Malaysia dengan penjelasan, “Reaksi lokal New Jin terhadap penampilan Malaysia.”

Video yang dirilis tersebut memperlihatkan DJ tersebut tampil penuh semangat di Malaysia di tengah sambutan antusias penonton. Tidak diketahui apakah DJ tersebut memahami kondisi masyarakat Malaysia yang mayoritas non-Buddhis, dan tidak ada penjelasan dalam video tersebut apakah mereka yang hadir pada klub dansa tersebut adalah Buddhis atau bukan.

Sementara itu, Nikaya Jogye, tradisi Agama Buddha di Korea justru menyambut hangat DJ tersebut, mengakui perannya dalam memajukan “tunas Agama Buddha.” Y.M. Jinwoo, ketua Nikaya Jogye, memberikan penghargaan kepada DJ New Jeans Nim dengan mala puja (tasbih) dan headset di Pameran Buddha Internasional Seoul pada tanggal 30 Maret 2024, mendesaknya untuk berkolaborasi dalam mempromosikan evolusi Agama Buddha.

Hal tersebut terkait menurunnya minat masyarakat Korea Selatan terhadap kehidupan beragama. Dewasa ini masyarakat Korea Selatan cenderung hidup sekuler. Menurut jajak pendapat Gallup Korea tahun 2021, 50% masyarakat Korea Selatan mengidentifikasi diri mereka tidak beragama, 17% menganut Agama Buddha, 16% menganut Protestan, 6% menganut Katolik, dan 1% menganut agama lain.

Dengan menurunnya minat masyarakat terhadap agama termasuk terhadap Agama Buddha, komunitas Buddhis di Korea Selatan berupaya untuk memasyarakatkan Agama Buddha ke dalam kehidupan sehari-hari khususnya kepada kaum muda. Salah satu implementasinya adalahnya melalui musik khususnya jenis musik yang digemari oleh kaum muda.

Meskipun demikian, tidak semua Buddhis (khususnya Asia Tenggara) dapat menerima penerapan simbol-simbol Buddhis ke dalam pertunjukkan musik yang ingar bingar apalagi disajikan di dalam tempat yang kontroversi seperti di klub atau bar.

Bagi umat Buddha yang menjalankan ajaran secara ketat, mereka akan selalu mewaspadai kehadiran musik atau lagu meskipun berisikan lirik mengenai nasihat dan ajaran agama. Alih-alih memahami apa yang disampaikan dalam lagu, justru seseorang berpotensi akan lebih menikmati alunan musik dan iramanya, dan hal ini dapat memanjakan indranya dan membuatnya melekat pada alunan tersebut. Dan dalam ajaran Agama Buddha melekat pada sesuatu adalah hal yang perlu dihindari karena akan berakhir pada munculnya penderitaan (dukkha).[Bhagavant, 12/5/24, Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Asia Tenggara,Malaysia
Kata kunci:
Penulis: