Relikui Buddhis Kembali ke Korsel Setelah 85 Tahun di AS
Bhagavant.com,
Seoul, Korea Selatan – Relikui Buddha dari abad ke-14 diperlihatkan kepada media pada hari Jumat (19/4/2024), satu hari setelah kembalinya relikui bersejarah tersebut ke Korea Selatan setelah 85 tahun di Amerika Serikat.
Nikaya Jogye, tradisi Agama Buddha terbesar di Korea Selatan, memamerkan relikui tersebut setelah mengadakan puja bakti di museumnya di pusat kota Seoul.
Disimpan dalam sebuah replika relikuarium untuk perlindungan, relikui tubuh “sarira” berbentuk manik dari para bhiksu tersebut berukuran sangat kecil sehingga beberapa memerlukan pembesaran agar dapat dilihat jelas sepenuhnya.
Relikui sarira ini berasal dari Buddha sendiri dan dua biksu Buddha terkemuka, Y.M. Dhyānabhadra (juga dikenal sebagai Sunyadisya, Chi-Gong/Jigong dan Zhikong Chanxian) dan Y.M. Naong Hyegeun, dari Dinasti Goryeo abad ke-14 (918-1392). Beberapa fragmen relikui yang berhubungan dengan dua Buddha masa lampau juga disertakan.
Setelah disimpan selama 85 tahun oleh Museum of Fine Arts, Boston, Amerika Serikat, yang merupakan salah satu dari tiga museum seni paling bergengsi di AS, relikui tersebut dibawa pulang oleh delegasi Nikaya Jogye pada hari Kamis (18/4/2024). Pengembalian tersebut dilakukan berdasarkan kesepakatan penting yang dicapai pada bulan Februari, di mana museum setuju untuk menyumbangkan sarira tersebut kepada Nikaya Jogye dan meminjamkan relikuarium tersebut.
“Setelah sekitar satu abad terpisah, relikui Sri Buddha akhirnya kembali ke tempat tinggalnya yang semestinya,” kata Y.M. Hosan yang merupakan salah satu anggota delegasi seperti yang dilansir Korea Times, Jumat (19/4/2024).
Dia mengatakan sarira tersebut akan dipindahkan ke situs Vihara Heoam di Yangju, Provinsi Gyeonggi, tempat sarira tersebut diyakini awalnya disimpan.
Masyarakat Korea Selatan percaya bahwa sarira dan relikuariumnya dibawa secara ilegal ke luar negeri selama masa kolonial Jepang (1910-45) sebelum dijual ke museum pada tahun 1939.
Pemulangan ini dilakukan setelah 15 tahun upaya pemerintah Seoul dan komunitas Buddhis untuk mendapatkan kembali sarira dan relikuarium tersebut sebagai satu set.
Meskipun sarira tersebut memiliki makna religius yang besar, relikuarium berbentuk stupa bergaya Tibet terbuat dari perak berlapis emas dianggap sebagai mahakarya seni Buddhis di era Goryeo.
Pihak museum menolak mengembalikan relikui tersebut, dengan mengatakan bahwa relikui tersebut dibeli secara sah dari pedagang seni dan tidak ada indikasi relikui tersebut pernah dicuri, dijarah, atau dijual secara paksa.
Namun, baru-baru ini mereka menjadi lebih fleksibel mengenai masalah ini dan setuju untuk menyumbangkan sarira tersebut pada bulan Februari.[Bhagavant, 20/4/24, Sum]
Kategori: Korea Selatan
Kata kunci: relikui
Penulis: