Kapelan Tentara AS Ini Dulunya Mantan Bhikkhu Thailand

Bhagavant.com,
New York, Amerika Serikat – Menyebarkan Dhamma, ajaran Buddha, tidak hanya dapat dilakukan dari tembok vihara dan berstatus bhikkhu.

Kapelan Tentara AS Ini Dulunya Mantan Bhikkhu Thailand
Kapten Songkran Waiyaka, seorang kapelan Buddhis di kesatuan Angkatan Darat Amerika Serikat. Foto: army.mil dan stripes.com

Seorang kapelan tentara Angkatan Darat Amerika Serikat dengan pangkat kapten, merupakan mantan seorang bhikkhu asal Thailand. Kapelan sendiri adalah agamawan yang bertugas untuk kelompok khusus seperti di universitas, tentara, dan penjara. Istilah ini berasal dari istilah dalam kekristenan, namun kini di dunia Barat istilah ini mengacu pada semua agamawan dari semua agama.

Songkran Waiyaka telah mengabdi selama 13 tahun sebagai salah satu dari hanya 10 umat Buddha di antara lebih dari 3.000 pemimpin agama di Angkatan Darat AS. Baru-baru ini, ia kembali ke negara asalnya, Thailand, untuk mengikuti latihan militer gabungan antara Thailand dengan AS.

Lahir dan dibesarkan di keluarga petani di Provinsi Chiang Rai bagian utara Thailand, Songkran ditahbiskan sebagai samanera pada tahun 1985 pada usia 13 tahun. Pada tahun 1991, ia ditahbiskan sepenuhnya di Vihara Rajanaddaram di Bangkok, di mana ia bertempat tinggal selama 12 tahun.

Saat melakukan latihan militer gabungan yang berlangsung pada 27 Februari hingga 10 Maret 2024, Songkran membagikan kisahnya saat ia menjadi bagian dari tentara AD Amerika Serikat.

Setelah berada di Bangkok, Songkran pindah ke Amerika Serikat, di mana ia mengabdi di sejumlah komunitas Buddhis, termasuk Vihara Buddhanusorn di Fremont, California, dan komunitas lainnya di kawasan Teluk San Francisco. Saat berada di sana, ia memikirkan secara mendalam tentang langkah hidupnya selanjutnya.

“Jika Anda terus menempatkan seorang bhikkhu di vihara, bagaimana mereka akan menyebarkan ajaran Buddha kepada dunia?” kata Songkran seperti yang dilansir situs US Army, Senin (4/3/2024).

“Pada dasarnya, saya baru saja pensiun,” kata Songkran tentang keputusannya untuk lepas jubah pada usia 35 tahun. “Saya ingin mencoba sesuatu yang berbeda dan dapat meneruskan pengalaman saya tanpa mengubah identitas saya.”

Setelah meninggalkan kehidupan vihara, Songkran melanjutkan studinya, mendapatkan gelar di bidang pendidikan dan teknologi informasi. Setelah itu, ia mengikuti program pelatihan yang dipimpin oleh International Order of Buddhis Ministers, bergabung dengan program calon kapelan Angkatan Darat AS pada tahun 2011. Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia bergabung dengan program Magister Kekapelanan Buddhis di University of the West.

Songkran sekarang menjabat sebagai seorang kapelan batalion untuk Batalion Transportasi ke-53 di Pangkalan Gabungan Lewis-McChord Washington. Di sana, ia bertanggung jawab untuk menjaga kesejahteraan spiritual dan moral prajurit dan keluarganya; sebuah misi yang ia terima dengan kekhidmatan yang sama seperti saat dia mengucapkan sumpah kebhikkhuannya.

Filosofi di balik tujuannya tersebut diambil dari Jalan Arya Berunsur Delapan, ringkasan praktik Buddhis yang diyakini mengarah pada pembebasan spiritual, yang diwakili oleh roda berjari delapan.

Ia yakin semua praktik Jalan Arya Berunsur Delapan ini dapat diterapkan pada apa yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari; yang terpenting adalah pola pikir yang benar.

“Jika Anda mempunyai pola pikir yang salah, segalanya akan menjadi salah,” kata Songkran.

Ia mengatakan bahwa, ada banyak fokus pada aspek kesehatan fisik, namun aspek mental, emosional, dan spiritual sama pentingnya. Pandangannya mengenai hal ini selaras dengan doktrin Kesehatan dan Kebugaran Holistik Angkatan Darat yang mencakup kesiapan fisik, spiritual, mental, tidur, dan gizi.

Songkran menjelaskan, ia di sana tidak untuk mengubah siapa pun menjadi Buddhis, tetapi hanya menawarkan cara lain menuju kesejahteraan holistik.

“Anda tidak harus menjadi orang Thailand untuk menikmati makanan Thailand. Anda tidak harus menjadi orang Jepang untuk menikmati sushi,” katanya.

“Ini semua tentang mencoba dan menerima apa yang cocok untuk Anda.”

Waiyaka menjalankan perintahnya dengan menyediakan berbagai program dan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan semua aspek kesehatan tersebut, antara lain: “Yoga Muay Thai;” pelatihan fisik kesadaran; konseling pastoral; dan layanan serta upacara keagamaan, seperti pernikahan dan upacara avamangala.[Bhagavant, 9/3/24, Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Amerika,Amerika Serikat
Penulis: