Antara Hari Magha Puja dan Cap Go Meh

Bhagavant.com,
Jakarta, Indonesia – Tahukah Anda bahwa saat masyarakat etnis Tionghoa merayakan Cap Go Meh, umat Buddha juga menyambut Hari Raya Magha Puja?

Magha Puja
Magha Puja

Sudah tradisi, perayaan Tahun Baru Imlek bagi masyarakat etnis Tionghoa ditutup dengan perayaan Cap Go Meh (malam ke-15) saat bulan purnama. Namun, pada momen Bulan Purnama yang sama, umat Buddha memperingati Hari Raya Magha Puja (Pali: Māgha Pūjā), salah satu hari raya penting dalam Agama Buddha.

Hari Raya Magha Puja diperingati oleh umat Buddha seluruh dunia khususnya di Asia Tenggara pada hari Bulan Purnama di sekitar bulan Februari atau Maret. Nama dari perayaan ini diambil dari nama bulan dalam kalender Buddhis (diadopsi dari penanggalan India kuno), yaitu bulan Magha (Māgha), yang merupakan bulan kesebelas dalam penanggalan yang berdasarkan pada perhitungan peredaran bulan dan matahari (Lunisolar/Suryacandra).

Adanya kesamaan dalam melihat Bulan dan Matahari sebagai patokan penentu hari, membuat kedua tradisi ini (Tionghoa dan Buddhis) memiliki hal yang tidak jauh berbeda dalam penanggalan, sehingga memungkinkan adanya perayaan yang jatuh pada hari purnama yang sama meskipun keduanya tidak ada hubungan sejarah.

Demikian pula Cap Go Meh dan Hari Raya Magha Puja yang setiap tahunnya dirayakan dalam waktu yang bisa dikatakan bersamaan (minimal berbeda 1 hari) tergantung perhitungan penanggalan dan pada letak geografis suatu negara.

Seperti halnya tahun ini, di Indonesia dan sejumlah negara Asia, Hari Raya Magha Puja diperingati pada Selasa, 24 Februari 2024, bersamaan saat Cap Go Meh. Jika berdasarkan pengamatan astronomi modern, penampakan Bulan Purnama di bulan Februari 2024, memang terjadi pada 24 Februari pukul 19.30 WIB.

Hari Raya Magha Puja sendiri merupakan salah satu dari 4 hari besar yang penting dalam Agama Buddha selain Vesak, Asadha, dan Kathina. Ada dua peristiwa penting yang diperingati oleh umat Buddha pada Hari Magha Puja.

Pertama, berkumpulnya 1.250 orang Arahant (orang yang mencapai tingkat kesempurnaan batin tertinggi) tanpa diundang, berkumpul untuk menemui Sri Buddha di Vihara Veluvana (Hutan Bambu), di Rajagaha, Magadha, dan Sri Buddha membabarkan Nasihat Menuju Pembebasan (Pali: Ovāda Pāṭimokkha; Sanskerta: Avavāda Prātimokṣa) yang isinya merupakan prinsip-prinsip ajaran para Buddha. Peristiwa ini terjadi setelah masa vassa (retret musim hujan) pertama yang dilakukan Sri Buddha.[Baca juga: 4 dan 1 Hal Ini yang Membuat Hari Magha Puja Istimewa]

Kedua, peristiwa saat Sri Buddha memutuskan untuk wafat secara mutlak (parinibbana) 3 bulan kemudian sejak keputusan-Nya itu. Peristiwa tersebut terjadi saat Sri Buddha berada di Cetiya Capala di Vesali, Vajji. Dan sesuai dengan penanggalan, 3 bulan setelah bulan Magha adalah bulan Vesak (Vesākha) yaitu bulan yang sekarang diperingati dan dirayakan oleh umat Buddha sebagai hari Trisuci yang salah satu di antaranya yaitu memperingati parinibbana Sri Buddha.

Selamat Hari Raya Magha Puja dan Cap Go Meh![Bhagavant, 23/2/24, Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Asia Tenggara,Indonesia
Kata kunci:
Penulis: