6 Fakta Agama Buddha di Tiongkok
Bhagavant.com,
Beijing, Tiongkok – Meskipun negara Tiongkok berpaham komunis dan pernah melakukan persekusi, Agama Buddha dapat bertahan dan menjadi akar dari kehidupan sosial sebagian masyarakat Tiongkok.
Agama Buddha muncul sekitar abad keenam/kelima Sebelum Masehi di India, namun saat ini, lebih banyak umat Buddha yang tinggal di Tiongkok dibandingkan di India. Agama Buddha Han, cabang Agama Buddha yang dominan di Tiongkok, telah bercampur dengan sistem kepercayaan lokal termasuk Taoisme dan Konfusianisme selama berabad-abad dan kini dipandang sebagai bagian dari budaya tradisional Tiongkok.
Berikut enam fakta tentang Agama Buddha di Tiongkok, berdasarkan laporan terbaru Pew Research Center, yang berjudul “Mengukur Agama di Tiongkok.” Laporan ini menganalisis survei yang dilakukan oleh kelompok akademis di Tiongkok dan data pemerintah Tiongkok mengenai vihara yang terdaftar.
1. Agama Buddha adalah identitas agama yang paling umum di Tiongkok.
Agama Buddha adalah identitas agama yang paling umum di Tiongkok, namun hanya sedikit orang yang mengidentifikasi diri sebagai Buddhis. Menurut Survei Sosial Umum Tiongkok tahun 2018, hanya 4% orang dewasa Tiongkok – atau 42 juta orang – yang secara resmi menganut Agama Buddha dan hanya 10% yang menganut agama-agama yang lain.
Namun, afiliasi formal tidak sepenuhnya mencerminkan keyakinan dan praktik Buddhis. Di Tiongkok, banyak orang yang menganut kepercayaan dan praktik Agama Buddha tidak mengidentifikasi diri mereka sebagai umat Buddha – karena tiiga alasan. Pertama, mereka menganut Agama Buddha bersamaan dengan Taoisme atau agama rakyat. Kedua, karena mereka yakin hanya bhiksu atau bhiksuni yang berhak menyebut diri mereka sebagai penganut Buddha, Dan ketiga, karena Agama Buddha tidak memerlukan persyaratan formal untuk berafiliasi.
2. Sepertiga orang dewasa Tiongkok percaya pada Buddha dan/atau bodhisattva.
Menurut survei China Family Panel Studies (CFPS) tahun 2018, sepertiga orang dewasa Tiongkok percaya pada Buddha dan/atau bodhisattva. Dalam Agama Buddha Mahayana (yang mayoritas dianut Buddhis Tiongkok), bodhisattva adalah makhluk tercerahkan yang memilih untuk tetap berhubungan dengan dunia fana untuk membantu orang lain.
Menurut survei CFPS, kelompok ini mencakup 17% orang dewasa Tiongkok yang percaya pada Buddha dan/atau bodhisattva bersama dewa-dewa lain seperti “para makhluk abadi” dalam Tao, Yesus Kristus, Allah atau Tianzhu (kata yang digunakan umat Katolik Tiongkok untuk Tuhan). Hanya 16% orang dewasa Tiongkok yang percaya secara eksklusif pada Buddha dan/atau bodhisattva.
Namun, kata “percaya” dalam bahasa Mandarin yang digunakan dalam pertanyaan ini – xiangxin – tidak selalu berarti melakukan pemujaan, jadi responden mungkin hanya mengatakan bahwa mereka percaya pada konsep Buddha (atau dewa lainnya).
3. Banyak masyarakat Tionghoa yang mengaku percaya pada dewa-dewa Buddhis mungkin juga percaya pada bentuk agama rakyat tradisional.
Di Tiongkok, percampuran kepercayaan adalah hal biasa, terutama antar agama rakyat tradisional. Misalnya, bodhisattva Guanyin (dikenal dalam bahasa Sansekerta sebagai Avalokiteśvara) dipuja di Tiongkok baik sebagai bodhisattva maupun sebagai dewi agama rakyat yang mengabulkan permohonan untuk berbagai hal seperti kesehatan, kekayaan, dan melahirkan seorang putra.
4. Agama Buddha sangat terkait dengan Taoisme, agama rakyat Tiongkok, dan Konfusianisme.
Menurut survei CFPS tahun 2016 misalnya, 35% orang dewasa di Tiongkok membakar dupa untuk menghormati Buddha atau dewa lainnya setidaknya setahun sekali, dan 11% melakukannya setidaknya sebulan sekali, Meskipun pertanyaan ini secara khusus menyebutkan Buddha, pertanyaan ini dipahami merujuk pada pembakaran dupa untuk memberi penghormatan kepada sejumlah dewa, termasuk para dewa abadi Taoisme dan dewa rakyat seperti Mazu dan Guan Gong (Kwan Kong).
Umat Buddha juga umumnya mendukung cita-cita Konfusianisme tentang rasa bakti anak dan telah mengadopsi praktik yang sejalan dengan tradisi pemujaan leluhur Konfusianisme, seperti puja untuk kesejahteraan leluhur yang telah meninggal.
5. Mayoritas umat Buddha Tiongkok menganut Agama Buddha Han.
Agama Buddha Han adalah sebuah cabang Buddha Mahayana yang telah bercampur dengan sistem kepercayaan Tiongkok lainnya selama berabad-abad. Agama Buddha Han dipromosikan oleh banyak kaisar, terutama pada masa Dinasti Tang (618-907), yang membantu penyebarannya ke seluruh negeri. Saat ini, lebih dari delapan dari sepuluh vihara yang terdaftar di Tiongkok adalah vihara Buddhis Han.
Agama Buddha Tibet dan Theravada dipraktikkan terutama oleh etnis minoritas di daerah terpencil di barat daya Tiongkok. Seperti Agama Buddha Han, mereka menggabungkan kepercayaan dan praktik yang terkait dengan wilayah dan etnis tersebut. Agama Buddha Tibet menggabungkan aspek Bon, agama tradisional Tibet. Sebagian besar komunitas penganut Buddha Theravada juga meyakini hutan sebagai rumah sakral para dewa dan roh leluhur.
Praktik pemujaan di masing-masing dari tiga cabang Buddhis di antaranya memberikan persembahan seperti dupa, makanan dan bunga; melantunkan sutra; dan meditasi.
6. Salah satu dari lima agama resmi
Agama Buddha adalah salah satu dari lima agama yang diakui secara resmi oleh pemerintah Tiongkok, bersama dengan Protestan, Katolik, Islam, dan Tao. Selama Revolusi Kebudayaan (1966-1976), semua agama dilarang, termasuk semua cabang Agama Buddha. Saat ini, pemerintah Tiongkok memberlakukan kebijakan “Sinifikasi” – yang antara lain mengharuskan agama asing untuk beradaptasi dengan budaya dan tradisi Tiongkok. Pemerintah memuji Agama Buddha Han karena telah mengintegrasikan kepercayaan dan praktik Konfusianisme, Tao, dan tradisional Tiongkok lainnya.
Namun, pemerintah juga mengawasi banyak umat Buddhis, khususnya umat Buddhis Tibet. Pihak berwenang Tiongkok dituduh melakukan kampanye “pendidikan ulang politik” yang dimaksudkan untuk memaksakan kesetiaan kepada Presiden Xi Jinping dan mencegah kesetiaan kepada Dalai Lama Ke-14 yang diasingkan. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Tiongkok dikritik karena merobohkan monumen-monumen Buddhis Tibet, termasuk vihara dan rupang.[Bhagavant, 7/10/23, Sum]
Kategori: Tiongkok
Kata kunci: fakta
Penulis: