Rupaka Buddhis Kuno 600 Tahun Muncul di Sungai Yangtze
Bhagavant.com,
Beijing, Tiongkok – Tiga buah rupaka kuno muncul saat permukaan air Sungai Yangtze surut karena musim panas yang ekstrem di Tiongkok.
Rupaka yang salah satunya bernuansa Buddhis yang duduk di atas platform lotus tersebut muncul di dekat bagian selatan kota Chongqing. Rupaka-rupaka itu dipahat pada singkapan batu yang menonjol yang berada di atas Pulau Batu Karang Foyeliang, yang menurut sebuah laporan oleh kantor berita Reuters diperkirakan berusia 600 tahun dan berasal dari dinasti Ming dan Qing.
Sungai Yangtze, sungai terpanjang di Asia dan terpanjang ketiga di dunia, dilaporkan berada pada level terendah sepanjang tahun ini sejak pencatatan dimulai pada tahun 1865. Seluruh bagian dan lusinan anak sungai telah mengering, menutup sama sekali beberapa rute pelayaran penting. Sungai Yangtze, sumber air minum bagi lebih dari 400 juta warga Tiongkok, juga merupakan pendorong utama perekonomian negara itu dan mata rantai utama dalam rantai pasokan Tiongkok dengan dunia.
Rupaka bernuansa Buddhis yang berukuran 95 cm dan duduk di tengah di atas platform lotus mengambarkan figur seorang bhiksu, dan diduga adalah figur dari Bodhisattva Ksitigarbha (Dìzàng Pú sà) yang dikenal dalam Agama Buddha tradisi Mahayana.
Dalam ikonografinya, Bodhisattva Ksitigarbha biasanya dimanifestasikan dalam bentuk rupa seorang bhiksu dengan kepala yang tercukur, memakai jubah bhiksu sederhana. Kadang beliau digambarkan hanya memegang mutiara cintamani di pangkuannya dengan kedua tangan atau satu tangan. Dan kadang juga beliau digambarkan memegang khakkhara atau tongkat berderak pada tangan kanannya dan mutiara pada tangan kirinya.
Dua rupaka lain yang mendampingi di kiri dan dan kanannya berukuran lebih kecil, diduga merupakan gambaran dari para dewa penghuni neraka versi kepercayaan rakyat Tiongkok.
Di beberapa daerah, campuran agama tradisional telah menyebabkan Bodhisattva Ksitigarbha juga dianggap sebagai dewa dalam agama rakyat Tiongkok. Kuil Ksitigarbha (Dìzàng’ān) adalah kuil Tao yang biasanya menempatkan Ksitigarbha sebagai dewa utama, bersama dengan dewa-dewa lain yang biasanya terkait dengan dunia bawah (neraka) Tiongkok, seperti Yanluo Wang dan Heibai Wuchang.
Niu Yingbin, seorang peneliti asosiasi dari Chongqing Cultural Relics and Archaeology Research Institute, telah menilai rupaka-rupaka tersebut awal bulan ini. Ia mengatakan rupaka-rupaka tersebut dibangun untuk memberkati perahu-perahu yang lewat di Sungai Yangtze dan mereka memiliki nilai sejarah yang signifikan. Rupaka-rupaka itu terakhir kali terekspos oleh air yang surut pada tahun 2020, ketika mereka tertangkap kamera oleh fotografer drone.
Menurunnya level air Sungai Yangtze sehingga memunculkan rupaka tersebut, membuktikan juga keberadaan bencana pemanasan global yang sedang berlangsung dan menjadi peringatan penting bagi manusia untuk segera menghentikan perilaku-perilaku yang dapat meningkatkan pemanasan global, di antaranya penebangan hutan secara membabi-buta.[Bhagavant, 28/8/22, Sum]
Kategori: Arkeologi,Tiongkok
Penulis: