Arkeolog Temukan 2 “Takhta Intan” yang Hilang di Bodh Gaya

Bhagavant.com,
Bihar, India – Seorang pakar dari Badan Survei Arkeologi India (ASI) mengklaim telah menemukan kembali dua Vajrasana atau Takhta Intan Sri Buddha yang hilang dari Bodh Gaya.

Arkeolog Temukan 2 "Takhta Intan" yang Hilang di Bodh Gaya
Vajrasana (Takhta Intan) yang didirikan oleh Kaisar Ashoka di Mahavihara Mahabodhi, Bodh Gaya, India. Foto: wikipedia.

Kaisar dan raja yang berbeda di India selama berabad-abad mendirikan tiga “Takhta Intan” atau Tahkta Pencerahan, yaitu lempengan batu dengan ukiran rumit yang diletakkan di bawah pohon Bodhi di Bodhgaya sebagai penanda Bodhimaṇḍa (tempat pencapaian Pencerahan) Sri Buddha di tempat itu.

Ketiga takhta ini diperlakukan sebagai relikui simbolis Sri Buddha dan ketiganya membentuk titik fokus untuk melakukan puja.

Saat ini, hanya takhta yang pertama yang dibangun oleh Kaisar Ashoka sekitar 260 SM, yang dipasang di sana sementara dua lainnya telah hilang selama lebih dari satu abad.

Kekaisaran Kushana diyakini telah memasang takhta kedua pada abad pertama atau kedua Masehi sementara ada beberapa perselisihan tentang siapa yang membangun tahta ketiga, yang dipasang pada abad ketujuh Masehi.

Pada saat Alexander Cunningham, direktur jenderal pertama ASI, memulai penggalian di Mahavihara Mahabodhi pada tahun 1880-81, ketiganya telah hilang dari bawah pohon Bodhi.

Cunningham menemukan mereka di bawah tanah selama penggaliannya dan memasang kembali vajrasana yang dibangun Ashoka di bawah pohon Bodhi. Apa yang terjadi pada dua vajrasana lainnya tetap menjadi misteri sampai Shanker Sharma, asisten arkeolog pengawas ASI yang bertanggung jawab atas museum arkeologi di Bodh Gaya, mengklaim telah menemukan mereka.

Vajrasana periode Kushana, seperti yang diklaim oleh pakar ASI Shanker Sharma, di kuil Vageshwari Devi di Bodh Gaya. Foto:telegraphindia.com

Sharma mengatakan, seperti yang dilansir The Telegraph pada Jumat (10/9/2021), bahwa ia telah menemukan apa yang ia yakini sebagai dua takhta yang hilang pada Februari tahun ini, tetapi gelombang kedua pandemi segera menutup vihara dan mencegah verifikasi oleh para ahli independen.

Setelah pembukaan kembali Mahavihara Mahabodhi pada akhir Agustus, Sharma telah mengirimkan undangan kepada para arkeolog dan sejarawan yang mengkhususkan diri dalam masalah-masalah Buddhis untuk datang dan melihat dua vajrasana yang diklaim telah ditemukannya itu.

Ia juga sedang mempersiapkan laporan untuk senior ASI-nya dan akan mempresentasikan temuannya pada konferensi tahunan Indian Society for Buddhist Studies ke-20 yang akan diadakan dari 1 Oktober hingga 3 Oktober di Nalanda.

“Saya sedang memeriksa catatan penggalian Cunningham. Saat ia menemukan ketiga vajrasana dan memasang kembali satu yang berasal dari masa Ashoka, dua lainnya hilang begitu saja dari radar dan dilupakan,” kata Sharma . “Ini membuat saya berpikir tentang keberadaan mereka.”

Sharma telah berkonsultasi dengan catatan penggalian Cunningham, teks-teks Buddhis dan catatan perjalanan peziarah Tiongkok Fa Hien atau Faxian (399-414 M) dan Hiuen Tsang atau Xuanzang (637) untuk deskripsi takhta dan mulai mencari mereka di dalam dan sekitar Mahavihara Mahabodhi.

Ia mengatakan dirinya menemukan takhta era Kushana di kuil Vageshwari Devi (Saraswati), kuil Hindu yang terletak di sebelah timur Mahavihara Mahabodhi.

“(Vajrasana) itu dipuja oleh umat Hindu dan cocok dengan deskripsi yang ditemukan dalam catatan penggalian dan catatan perjalanan,” kata Sharma.

“(Vajrasana) Itu diukir dari batu abu-abu dan sebagian besar utuh dengan beberapa tanda pelapukan dan kemungkinan tanda vandalisme. Bentuknya melingkar, dengan diameter 173cm dan tebal 21cm.”

Sharma mengklaim telah menemukan Vajrasana yang rusak ini dari abad ketujuh Masehi di bawah pohon di kompleks Mahavihara Mahabodhi. Foto:telegraphindia.com

Vajrasana ketiga juga terbuat dari batu abu-abu. Sharma mengatakan ia menemukannya ditinggalkan di bawah pohon di dalam kompleks Mahavihara Mahabodhi, dengan tanda-tanda vandalisme dan terkena kekuatan alam yang telah melenyapkan desain rumit di atasnya. “Hampir setengahnya rusak. Bagian yang tersisa adalah panjang 146cm, lebar 68cm, dan tebal 16cm,” kata Sharma.

Ukiran pada takhta kedua dan ketiga termasuk kelopak bunga teratai, bunga lainnya, tanaman merambat, vajra (petir), binatang serta bentuk geometris, karangan bunga konsentris, gulungan dan pilar. Semua ini memiliki tradisi yang digunakan dalam seni dan arsitektur Buddhis.

Takhta yang dipasang Ashoka berbentuk persegi panjang yang terbuat dari batu pasir merah dan diukir dengan desain geometris termasuk bentuk berlian. Panjangnya 7 kaki dan 6 inci, dan lebarnya 4 kaki dan 10 inci.

“Mereka adalah salah satu objek pemujaan paling suci dalam Agama Buddha. Jika mereka dicuri atau rusak, itu akan menjadi kerugian besar bagi negara,” kata Sharma, seraya menambahkan bahwa mereka harus “segera dipindahkan ke tempat yang aman”.

Kepala Mahavihara Mahabodhi, Y.M. Bhikkhu Chalinda mengatakan vajrasana yang dibangun Ashoka sudah ada sebelum vihara dan merupakan pusat daya tarik bagi para peziarah.

“Para arkeolog mengatakan ini. Salah satunya berada di kuil terdekat, yang tidak berada di bawah otoritas kami. Yang lainnya berada di bawah pohon di dalam kompleks vihara kami. Kami akan memutuskan dalam beberapa hari apa yang harus dilakukan dengan itu,” kata Y.M. Bhikkhu Chalinda saat ditanya mengenai penemuan dua vajrasana lainnya.

Ia mengatakan belum ada keputusan untuk mengambil takhta lainnya dari kuil Hindu.

“Penemuan dua vajrasana sangat penting. Sekarang Shanker Sharma telah mengungkapnya, akan ada diskusi dan penelitian lebih lanjut tentang mereka,” kata Anant Singh, seorang profesor di Sekolah Studi Buddhis, Universitas Nalanda.[Bhagavant, 19/9/21, sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Arkeologi
Kata kunci:
Penulis: