Warga Laos Tolak Pendirian Rupaka Buddha yang Beda Gaya dan Tradisi

Bhagavant.com,
Vientiane, Laos – Warga Laos menolak rencana pembangunan rupaka Buddha yang beda gaya dan tradisi di ibu kota Vientiane yang akan dibangun oleh sebuah perusahaan perumahan asal Tiongkok.

Warga Laos Tolak Rupaka Buddha Bergaya Tionghoa
Rupaka Buddha tradisi Laos di Vihara Si Saket. Foto: YouTube

Rencana sebuah perusahaan perumahan untuk membangun rupaka Buddha setinggi 100 meter di zona ekonomi khusus Tiongkok di ibu kota Laos telah memicu tentangan dari para bhikkhu dan warga yang melihatnya sebagai perambahan budaya dari negara tetangga raksasa mereka.

Keluhan warga tentang rupaka yang akan dibangun tersebut menyoroti mengenai perbedaan gaya antara dua tradisi utama Agama Buddha. Rupaka yang akan didirikan adalah rupaka Buddha bergaya Mahayana Tiongkok yang mengenakan jubah berlengan panjang dan dalam posisi berdiri, alih-alih rupaka Buddha bergaya Theravada Laos yang dalam posisi duduk bermeditasi.

“Jika mereka membangunnya dengan gaya Tionghoa, itu akan menarik banyak reaksi negatif dari masyarakat,” kata seorang warga ibu kota Vientiane, yang menolak menyebutkan namanya, seperti yang dilansir RFA, Selasa (14/9/2021). “Dengan (rupaka) Buddha ala Tionghoa, Laos akan kehilangan citra dan identitasnya. Rupaka Buddha seharusnya (bergaya) Laos karena (berada) di Laos.”

Perusahaan perumahan asal Tiongkok, Shanghai Wan Feng Real Estate berencana untuk membangun rupaka Buddha di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) That Luang Marsh di Vientiane untuk menarik wisatawan domestik dan asing, menurut media pemerintah Laos dan Tiongkok.

Media pemerintah Laos pertama kali melaporkan pada November 2016 bahwa pemilik perusahaan Wan Feng berencana menginvestasikan 80 juta dolar AS untuk membangun taman hiburan air, termasuk rupaka Buddha raksasa, di KEK sebagai objek wisata. Pengembang perumahan tersebut telah memiliki sewa 99 tahun di KEK seluas 365 hektar sejak 2012, kata laporan media.

Menurut media pemerintah Laos, KEK tersebut dimaksudkan untuk menjadi model untuk pengembangan kawasan ekonomi di Laos dan untuk menarik investasi asing ke negara kecil yang terkurung daratan berpenduduk sekitar 7 juta orang tersebut. Tiongkok adalah investor asing terbesar di Laos, dengan investasi senilai 16 miliar dolar AS dan rencana ambisius untuk ekspansi.

Jika selesai, KEK akan mencakup gedung apartemen, perkantoran, taman umum dan ruang terbuka hijau, danau, rumah sakit, pusat pendidikan, restoran, kompleks olahraga, pusat perbelanjaan, hotel, tempat ibadah, dan bank.

“Pemerintah harus mempertimbangkan opini publik sebelum mengizinkan pembangunan (rupaka) Buddha yang diusulkan,” kata penduduk ibu kota lainnya.

“Mereka harus membangun (rupaka) Buddha Lao, atau jika mereka ingin membangunnya sebagai simbol kerja sama antara dua negara, maka mereka dapat membangun dua rupaka Buddha — satu (bergaya) Tionghoa dan satu (bergaya) Laos, berdampingan,” katanya.

“Mereka tidak bisa hanya membangun yang (bergaya) Tionghoa saja. Laos akan kehilangan citra atau wajahnya.”

Seorang bhikkhu di Vientiane berkata, “Secara pribadi, saya tidak ingin melihat rupaka Buddha (bergaya) Tionghoa di KEK di jantung ibu kota Vientiane.”

Warga Laos di daerah lain di negara itu juga telah mempertimbangkan masalah ini. Seorang warga provinsi Luang Prabang mengatakan rupaka itu harus dibangun dengan gaya asli Laos.

“Identitas Laos harus dipertahankan,” katanya. “Tidak pantas membangun (rupaka) Buddha gaya Tionghoa. Saya tidak mengerti mengapa mereka ingin membangun (rupaka) Buddha (bergaya) Tionghoa.”

“Banyak bhikkhu di tingkat yang lebih tinggi dari komunitas Buddhis Lao mengatakan bahwa tidak pantas membangun rupaka Buddha seperti ini (bergaya Tionghoa) di negara ini,” kata penduduk setempat. “Mereka harus membangun (rupaka) Buddha Lao yang sedang duduk dalam posisi meditasi.”

Ketika komite pengarah nasional untuk pembangunan rupaka itu bertemu pada 31 Agustus, Wakil Perdana Menteri Laos Kikeo Khaykhamphithoun mengatakan proyek tersebut harus mempromosikan budaya, sejarah, tradisi, agama, arsitektur, dan bisnis Laos, termasuk pariwisata di KEK, menurut Special Kantor Promosi dan Manajemen Kawasan Ekonomi di Vientiane.

Usai pertemuan, wakil perdana menteri dan peserta pertemuan lainnya mengunjungi lokasi di mana rupaka Buddha tersebut akan dibangun dan melihat model patung yang direncanakan.

Seorang pejabat di Departemen Informasi, Kebudayaan dan Pariwisata Vientiane mengatakan bahwa dia tidak dapat mengomentari proyek tersebut karena tidak ada seorang pun di sana yang menghadiri pertemuan tersebut.

Seorang karyawan di KEK That Luang Marsh mengatakan bahwa para manajer di sana sedang mendiskusikan masalah ini.[Bhagavant, 17/9/21, Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Laos,Seni dan Budaya
Kata kunci:
Penulis: