Peninggalan Budaya Buddhis Afghanistan Berpotensi Terancam Bahaya

Bhagavant.com,
Kabul, Afghanistan – Jatuhnya Afghanistan ke dalam tangan Taliban, kelompok Muslim radikal meningkatkan potensi ancaman bahaya terhadap peninggalan budaya Buddhis di Afghanistan.

Peninggalan Budaya Buddhis Afghanistan Berpotensi Terancam Bahaya
Rupaka Buddha, salah satu peninggalan budaya Buddhis hasil penggalian di Mes Aynak, Provinsi Logar, Afghanistan (2015). Foto: YouTube

Pendudukan Afghanistan yang cepat dan tiba-tiba oleh Taliban setelah penarikan mundur tentara Amerika Serikat membuat kurator museum dan arkeolog di negara itu tanpa penjagaan. Mereka bergegas untuk mengamankan situs dan artefak yang masih berada di bawah kendali mereka. Kondisi terakhir situs dan artefak yang berada di wilayah yang dikuasai Taliban masih belum pasti.

“Kami tidak menyangka ini terjadi begitu cepat,” kata Noor Agha Noori, yang memimpin Institut Arkeologi Afghanistan di Kabul, seperti yang dilansir National Geographic, Sabtu (14/8/2021).

Para petugas tersebut bermaksud untuk mengangkut artefak-artefak dari kota-kota seperti Herat dan Kandahar untuk diamankan, tetapi runtuhnya perlawanan pemerintah Afghanistan yang tiba-tiba dalam beberapa hari terakhir mencegah tindakan tersebut.

Sekarang, dengan pasukan Taliban menduduki Kabul, koleksi lebih dari 80.000 artefak termasuk peninggalan budaya Buddhis di Museum Nasional Afghanistan rentan terhadap penjarahan bahkan penghancuran. “Kami sangat mengkhawatirkan keselamatan staf dan koleksi kami,” kata Mohammad Fahim Rahimi, direktur museum tersebut.

Taliban merupakan kelompok Islam radikal (sejumlah negara memasukkannya ke dalam kelompok teroris) yang berpaham menolak semua perwujudan manusia dan hewan dan memandang curiga pada masa lalu pra-Islam, menjadi ancaman bagi keberlangsungan peninggalan budaya khususnya budaya Buddhis yang menghasilkan budaya berupa arca-arca citra Buddha dan makhluk hidup lainnya.

Meskipun berberapa waktu lalu para pemimpin Taliban menginstruksikan pengikut mereka untuk “dengan kuat melindungi, memantau dan melestarikan” peninggalan, menghentikan penggalian ilegal, dan menjaga “semua situs bersejarah,” namun banyak para pakar warisan budaya Afghanistan bersikap skeptis akan hal itu.

“Mereka telah menutupi citra mereka, tetapi mereka masih merupakan kelompok yang sangat ideologis dan radikal,” kata Omar Sharifi, seorang profesor ilmu sosial di American University of Afghanistan.

Omar yang telah melarikan diri dari Kabul ke Delhi kemarin, mengatakan dia telah menerima ancaman langsung dari anggota Taliban. Sumber Afghanistan lainnya menambahkan bahwa staf warisan budaya di seluruh Afghanistan telah menerima teks dan panggilan telepon dari pejabat Taliban yang menuduh mereka bekerja dengan organisasi internasional.

Seperti diketahui, dunia menyaksikan penghancuran dua rupaka Buddha raksasa di Bamiyan yang terkenal dari abad ke-6 serta sejumlah benda dan arca di museum di Kota Kabul oleh Taliban pada tahun 2001.

Saat ini Taliban sudah memegang kendali penuh atas Mes Aynak, salah satu vihara kuno terbesar di Asia Tengah yang terletak tepat di luar ibu kota Kabul. Bersama dengan banyak sekali stupa dan rupaka, terdapat total 10.000 artefak yang digali dari situs tersebut, termasuk lebih dari 2.500 koin. Kelompok radikal ini sekarang juga mengawasi museum baru di benteng Herat, serta museum dan koleksi yang lebih kecil di Kandahar, Ghazni, dan Balkh.

Afghanistan adalah rumah bagi banyak situs arkeologi; wilayah ini adalah tempat lahirnya peradaban Buddhis kuno sekitar 2.000 tahun yang lalu dan warisannya sudah ada ribuan tahun sebelumnya.

Sebagai persimpangan penting selama ribuan tahun, Afghanistan memiliki warisan yang luar biasa kaya. Di Afghanistan, Agama Buddha menyebar dari Tiongkok jauh sebelum kedatangan Islam, sementara Zoroastrianisme, Kristen, Yudaisme, dan Hindu berkembang sebelum dan sesudah kedatangan Islam pada abad ketujuh Masehi.

Sebagai arteri utama di Jalur Sutra yang menghubungkan India dengan Iran dan Tiongkok, Afghanistan dirangkai dengan sisa-sisa kota kuno, vihara, dan karavan yang menampung para pelancong – termasuk Marco Polo dalam perjalanannya ke istana Kubilai Khan.

Agama Buddha pertama kali tiba di Afghanistan pada 305 SM ketika Kekaisaran Seleukia Yunani membuat aliansi dengan Kekaisaran Maurya India. Agama Buddha-Yunani yang dihasilkan berkembang di bawah Kerajaan Baktria-Yunani (250 SM-125 SM) dan kemudian Kerajaan Indo-Yunani (180 SM – 10 M) di Afghanistan utara. Agama Buddha-Yunani mencapai puncaknya di bawah Kekaisaran Kushan, yang menggunakan alfabet Yunani untuk menulis bahasa Baktrianya.[Bhagavant, 22/8/21, Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Afghanistan,Arkeologi,Seni dan Budaya
Kata kunci:
Penulis: