Peran Agama Buddha dalam Pandemi COVID-19 di Kamboja

Bhagavant.com,
Phnom Penh, Kamboja – Bagi semua warga Kamboja, 2020 adalah tahun yang sulit yang ditandai dengan pertempuran antara negara tersebut dengan COVID-19.

Peran Agama Buddha dalam Pandemi COVID-19 di Kamboja
Yang Mulia Samdech Khim Sorn, kepala bhikkhu Kota Phnom Penh. Foto: YouTube

Musuh yang tak terlihat yang hingga saat ini telah merenggut 1,81 juta nyawa di seluruh dunia tersebut menjadi hal yang mengganggu segala bidang termasuk bidang sosial-ekonomi dan keagamaan. Pada tahun itu Kamboja menghadapi salah satu bencana sosial-ekonomi terburuk dalam sejarahnya, dengan jutaan orang menderita.

Dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Khmer Times yang dilansir Jumat (1/1/2021), Yang Mulia Samdech Khim Sorn, kepala bhikkhu Kota Phnom Penh, mengatakan bahwa Agama Buddha, agama yang dianut oleh 90 persen populasi Kamboja, dapat membantu Kerajaan tersebut dan rakyatnya melewati masa sulit ini.

KT: Secara keseluruhan, apa dampak pandemi COVID-19 terhadap Agama Buddha di Kamboja, termasuk terhadap para bhikkhu dan vihara di Kerajaan?

Y.M. Sorn: Sangat jelas, virus corona telah menyebabkan krisis keuangan yang mengerikan bagi warga Kamboja, yang sebagian besar adalah penganut Agama Buddha dan pendukung vihara-vihara setempat dan itu berarti para bhikkhu juga terkena dampak yang parah. Sementara itu, pertemuan-pertemuan besar di stupa untuk puja bakti dan festival Buddhis telah dilarang hampir sepanjang tahun, sesuai dengan pedoman Kementerian Kesehatan. Para bhikkhu di seluruh negeri juga hidup dalam ketakutan karena mereka harus pergi keluar untuk ber-pindapata atau memberikan khotbah pada upacara seperti pemakaman.

Namun, kami sebagai siswa Buddha telah melakukan apa pun yang kami bisa untuk membantu negara dan masyarakat melewati masa sulit ini. Misalnya pada bulan Maret tahun ini (2020), semua stupa di seluruh Kerajaan pada bulan Maret mengadakan upacara serentak untuk puja bakti memohon berkat dan perlindungan saat negara-negara secara global bergulat dengan pandemi virus corona.

KT: Bagaimana pendapat Anda tentang langkah-langkah pemerintah untuk mencegah penyebaran COVID-19 di tanah air, khususnya Kementerian Kesehatan dan Kementerian Agama dan Agama?

Y.M. Sorn: Saya pikir Kementerian telah melakukan pekerjaan yang sangat baik dalam menahan virus di Kamboja, karena tidak ada kematian di sini atau tidak ada wabah yang berasal dari situs-situs keagamaan seperti stupa.

Menurut penjelasan dalam Agama Buddha, virus adalah salah satu penderitaan yang harus kita hadapi sebagai manusia. Buddha berkata, “Hidup adalah dukkha”, dan oleh karena itu orang harus belajar memahami bahwa ini adalah bagian dari siklus kehidupan.

KT: Pandemi tidak hanya memengaruhi mata pencaharian dan kesejahteraan masyarakat tetapi juga kesehatan mental mereka karena banyak yang kehilangan pekerjaan dan bisnis sementara yang lain harus dipisahkan dari keluarga mereka. Apakah Agama Buddha menawarkan metode apa pun bagi mereka untuk meringankan beban mental ini?

Y.M. Sorn: Buddha berkata, “Tidak ada yang bertahan selamanya.” Beliau juga mengatakan bahwa “Terlalu banyak berpikir adalah penyebab terbesar ketidakbahagiaan.” Mereka seharusnya tidak terus menyesali apa yang sudah hilang atau panik karena hidup selalu berubah dan mereka tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di depan mereka. Sebaliknya, mereka harus tetap tenang dan melindungi diri sendiri karena suatu saat ini akan hilang, sama seperti krisis lainnya di masa lalu. Selama mereka masih hidup dan sehat, mereka selalu dapat memulai kembali untuk mengembalikan apa yang telah hilang.

KT: Menurut Anda, peran apa yang harus dimainkan para bhikkhu untuk membantu masyarakat di komunitas mereka di tengah pandemi?

Y.M. Sorn: Sebagai siswa dari Yang Tercerahkan, para bhikkhu, yang mahir dalam ajaran Buddha, memiliki peran yang sangat penting untuk dimainkan dalam membantu masyarakat di komunitas mereka untuk melewati masa sulit ini. Mereka harus mendidik masyarakat tentang jalan yang benar yang dibimbing oleh Buddha agar mereka dapat menjaga kesehatan fisik dan mental mereka. Selain itu, sebagai individu yang berpengaruh dalam komunitas mereka, para bhikkhu harus memasukkan pendidikan tentang kebersihan yang baik dan tindakan pencegahan lainnya dalam khotbah mereka untuk menginstruksikan dan mengingatkan orang-orang untuk melindungi diri mereka sendiri dan orang lain dari virus mematikan tersebut. Mereka juga harus memimpin gerakan amal untuk membantu orang-orang yang kurang mampu, yang harus bertahan hidup selama masa sulit ini. Buddha ingin orang menjadi baik dan membantu satu sama lain.

KT: Pesan apa yang ingin Anda berikan kepada para pembaca kami karena seluruh dunia sedang merayakan tibanya tahun baru?

Y.M. Sorn: Atas nama Sangharaja Kamboja dan semua bhikkhu di Kamboja, saya ingin mengucapkan Selamat Tahun Baru yang akan datang kepada semua orang, penuh keberuntungan, kesehatan yang baik, dan kemakmuran.

Kepercayaan tradisional kita menyatakan Buddha memberkati orang dengan kebahagiaan dan Beliau akan melindungi kita dari penyakit tertular, terutama virus corona, yang saat ini menyebabkan kesengsaraan di seluruh dunia. Tetapi, Beliau hanya membantu mereka yang menolong dirinya sendiri terlebih dahulu, sehingga inilah mengapa seseorang harus selalu melindungi dirinya sendiri seraya mengandalkan Buddha untuk dukungan spiritualnya.

Kasus pertama pandemi penyakit virus corona 2019 (COVID-19) dikonfirmasi di Kamboja pada 27 Januari 2020. Hingga berita ini diturunkan, ada 366 kasus infeksi virus corona di Kamboja dengan 361 pasien yang sembuh dan tidak ada kematian karena COVID-19.[Bhagavant, 2/1/21/Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Buddhisme dan Kesehatan,Kamboja
Kata kunci:
Penulis: