Myanmar Singkirkan Rupaka Buddha dengan Mudra yang Tidak Sesuai

Bhagavant.com,
Yangon, Myanmar – Kementerian Agama dan Kebudayaan Myanmar memerintahkan penyingkiran rupaka Buddha duduk yang disumbangkan oleh mantan anggota rezim militer negara itu.

Myanmar Singkirkan Rupaka Buddha dengan Mudra yang Tidak Sesuai
Rupaka Buddha dengan mudra yang tidak sesuai ditampilkan di Vihara Seindamuni di Pyinmana, Naypyitaw. Foto: Htet Naing Zaw / The Irrawaddy

Hal itu dilakukan karena rupaka batu tersebut dipahat berdasarkan praktik okultisme yang bertentangan dengan Agama Buddha.

Ke-66 rupaka dengan “mudra yang tidak biasa” terletak di kompleks Vihara Seindamuni di Gunung Min Wun di Kotapraja Pyinmana, Naypyitaw. Kompleks ini juga menampung sejumlah stupa kecil dengan judul-judul aneh seperti “Semoga kekuasaan berdiri lama” dan “Biarkan takhta berdiri lama.”

Para pendonor stupa-stupa tersebut termasuk keluarga mantan diktator Myanmar Senior Jenderal Than Shwe, dan U Thein Swe, seorang mantan jenderal utama yang menjabat sebagai menteri transportasi di bawah rezim militer dan merupakan menteri tenaga kerja, imigrasi dan kependudukan saat ini.

Di antara para pendonor rupaka-rupaka itu adalah jenderal yang menjadi politisi Thura Shwe Mann; anggota senior dari Partai Solidaritas dan Pembangunan (USDP) yang berkuasa di negara tersebut; komandan militer; dan pejabat tinggi pemerintah.

Rupaka-rupaka itu digambarkan memiliki “satu tangan ditekuk ke belakang punggung dan yang lainnya di depan dengan telapak tangan menghadap ke luar.”

Menurut Tampawaddy U Win Maung, seorang sarjana terkemuka desain dan arsitektur tradisional Myanmar, posisi dan gestur dari gambaran Buddha ini dimaksudkan untuk menandakan bahwa Sri Buddha melindungi para umat dari kemalangan baik dari belakang maupun dari depan, dan yang menyumbangkan atau menghormati rupaka itu akan memberi perlindungan seperti itu kepada umat.

“Tetapi apa yang Sri Buddha ajarkan kepada kita adalah mengikuti jalanNya, bukan membangun rupaka seperti itu dengan harapan bahwa menghormati mereka akan memenuhi keinginan kita,” katanya seperti yang dilansir The Irrawaddy, Selasa (7/7/2020).

Dengan kata lain, pembuatan rupaka dengan mudra yang tidak biasa tersebut adalah sebuah tindakan Yadaya – ritual Brahmanisme yang dilakukan untuk mencegah kemalangan atau mengamankan kekayaan dan kekuasaan di bawah bimbingan para peramal. Praktik ini sangat populer di kalangan pejabat Myanmar dan para jenderal kuat negara itu. Hal ini menjelaskan keberadaan stupa dengan judul-judul aneh seperti “Mendapatkan Promosi” di halaman Vihara Seindamuni.

Dalam pengumuman yang dirilis pada hari Selasa (7/7/2020), Kementerian Agama dan Kebudayaan mengatakan bahwa 66 rupaka di dalam kompleks Vihara Seindamuni, dibuat dengan mudra (gestur) yang tidak sah dan dengan tujuan astrologi untuk mengubah karma para donor untuk meningkatkan kekuatan dan kekayaan mereka, merupakan hal yang “tercela”.

Melalui otoritas sangha setempat, Sanga Maha Nayaka Naypyitaw, kementerian meminta kepala vihara untuk menyingkirkan semua rupaka tersebut pada Senin (13/7) pukul 4 malam. Dan beberapa rupaka disingkirkan pada hari Senin.

“Mudra itu tercela dan juga bertentangan dengan Agama Buddha Theravada. Karena itu, kami meminta agar mereka dipindahkan,” kata U Zarni Win, wakil sekretaris tetap kementerian.

“Jika mereka tidak mengikuti perintah, kami akan mengambil tindakan [legal],” katanya, Selasa.

Ditanya tindakan apa yang akan diambil oleh kementerian sehubungan dengan stupa-stupa dengan nama-nama aneh tersebut, U Aung San Win, direktur kementerian, mengatakan akan menindaklanjuti kasus ini dan memberi informasi kepada publik.

Mengenai beberapa rupaka yang disumbangkan dengan nama USDP, juru bicara partai tersebut Nanda Hla Myint mengatakan sumbangan itu dibuat oleh individu anggota partai, bukan partai itu sendiri.

“Itu bukan sumbangan partai atau kebijakan partai. [Sumbangan] tersebut dibuat oleh individu anggota partai berdasarkan keyakinan mereka sendiri,” katanya.

Tidak lama setelah perintah penyingkiran pemerintah, rupaka-rupaka tersebut dikirim ke beberapa bengkel tukang batu di Kyauk Sit Tan di Kotapraja Chanmyatharzi Mandalay untuk restorasi.[Bhagavant, 18/7/20, Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Birma,Seni dan Budaya
Kata kunci:
Penulis: