Peringatan Hari Berdirinya Sangha Bhikkhuni dan Purnama Madu

Bhagavant.com,
Kolombo, Sri Lanka – Setiap sekitar bulan September pada hari Bulan Purnama, umat Buddhis khususnya di Asia Selatan dan Tenggara, memperingati 2 peristiwa penting.

Ilustrasi. Permohonan Mahapajapati Gotami (kiri) dan persembahan Madu (kanan).

Kedua peristiwa bersejarah ini jatuh pada tanggal 15 di bulan Poṭṭhapāda (Skt: Bhādrapada), bulan dalam penanggalan India kuno. Dan kedua peristiwa ini terjadi pada masa kehidupan Sri Buddha Gotama.

Peristiwa pertama adalah peristiwa berdirinya Sangha Bhikkhuni, persaudaraan para bhikkhuni.

Peristiwa tersebut diawali dengan permohonan Mahapajapati Gotami, ibunda angkat Pangeran Siddhattha, kepada Sri Buddha untuk bergabung dalam kehidupan keviharaan dengan menjadi bhikkhuni.

Dan setelah menolak permohonan Mahapajapati Gotami sebanyak tiga kali dan memberikan syarat berupa Delapan Aturan Ketat (Pali: Aṭṭha garudhamma), akhirnya Sri Buddha mengizinkan kaum wanita untuk memasuki sangha, dan menahbiskan Mahapajapati Gotami menjadi bhikkhuni yang pertama. Peristiwa tersebut terjadi di Vesali pada masa vassa ke-5 bagi Sri Buddha setelah wafatnya Raja Suddhodana, ayahanda Pangeran Siddhattha.

Hari peringatan terbentuknya Sangha Bhikkhuni ini dikenal di Sri Lanka sebagai Binara Poya karena jatuh pada bulan Binara dalam penanggalan Sinhala.

Peristiwa kedua terjadi pada saat Sri Buddha melakukan vassa (retret musim hujan) yang ke-10 di Kosambi. Berbeda dengan masa vassa sebelumnya, kali ini hanya seorang diri Sri Buddha mengasingkan diri ke Hutan Rakkhita di dekat Desa Pārileyyaka. Hal tersebut terjadi setelah adanya pertengkaran di antara para bhikkhu dan mereka tidak mau mendengarkan Sri Buddha agar menghentikan pertengkaran tersebut.

Dalam pengasinganNya tersebut di Hutan Rakkhita, Sri Buddha mendapatkan pelayanan yang sangat baik dari seekor gajah bernama Pārileyyaka yang melakukan berbagai pekerjaan dari menyapu hingga membawakan makanan dan minuman.

Seekor kera di hutan itu, setelah melihat perilaku sang gajah, ia merasa tergugah untuk melakukan perbuatan baik kepada Sri Buddha. Ia mempersembahkan sarang madu yang tidak ada lagi lebahnya. Saat Sri Buddha menerima persembahan tersebut, sang kera merasa sangat senang sehingga menari dan berlompatan dari dahan pohon yang satu ke yang lain.

Tetapi karena tenggelam dalam kesenangannya, kera tersebut terjatuh dan ia mati karena tubuhnya tertusuk oleh sebatang tunggul. Namun, ia dilahirkan kembali sebagai Dewa Makkaṭa di Surga Tāvatiṃsa, karena rasa bakti kepada Sri Buddha.

Setelah menyadari kesalahan mereka, para bhikkhu yang berselisih akhirnya memohon maaf kepada Sri Buddha dan masyarakat.

Dari peristiwa persembahan madu oleh kera tersebut pada saat purnama maka peringatan hari itu disebut dengan nama Perayaan Purnama Madu (Skt: Madhu Purnima) yang dikenal di Asia Selatan dan Tenggara.

Dalam perayaan Purnama Madu tersebut, umat Buddhis di Asia Selatan dan Tenggara melakukan tradisi mempersembahkan madu kepada sangha bhikkhu sebagai salah satu kegiatan utama.

Pada tahun 2019 ini, kedua peringatan hari bersejarah ini jatuh pada 14 September 2019.[Bhagavant, 12/9/19, Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Asia Oseania,Seremonial
Kata kunci:
Penulis: