Upaya Meningkatkan Fungsi Vihara di Pedesaan
Bhagavant.com,
Jawa Tengah, Indonesia – Mungkin bagi sebagian umat Buddha memandang fungsi sebuah vihara hanya sebagai tempat melakukan puja bakti. Namun, fungsi vihara bisa lebih dari itu.
Selain sebagai tempat puja bakti, vihara juga dapat berfungsi sebagai tempat untuk belajar Dhamma, dan kegiatan pembelajaran lainnya seperti membaca, smart-parenting, motovasi, dll.
Namun tidak semua vihara di Indonesia, khususnya di pedesaan, memiliki fasilitas dan kapasitas untuk melakukan fungsi lain tersebut.
Upaya meningkatkan fungsi vihara di pedesaan, salah satunya dilakukan oleh Dasasila, sebuah organisasi Buddhis yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan dan kesetaraan umat Buddha di pedesaan, melalui penerapan Dhamma secara universal.
Dalam kegiatannya, Dasasila melakukan sebuah program yang disebut “Teman Dasasila’ yang telah digagas sejak tahun 2017. Dan pada 1-3 Juni 2019 yang lalu organisasi ini telah mengadakan kegiatan di 3 vihara dari 2 desa di Jawa Tengah.
Vihara-Vihara tersebut adalah, Vihara Vajra Bodhi Manggala dan Vihara Buddha Santi yang berlokasi di Desa Kutuk, Kudus; dan Vihara Dharmajati yang berlokasi di Desa Prigi, Grobogan, Jawa Tengah.
Berdasarkan rilis pers organisasi tersebut pada Senin (17/6/2019), dalam kegiatan tersebut tim Dasasila mendirikan Pojok Baca di vihara, termasuk di dalamnya mempersiapkan berbagai jenis buku serta permainan untuk anak yang diberikan oleh donatur maupun dibeli dari jauh-jauh hari sebelum acara.
Pojok Baca tersebut diserah-terimakan dan diresmikan bersama dengan pengurus dari vihara masing-masing. Tujuan adanya Pojok Baca tidak muluk-muluk, yaitu sebagai pemicu untuk mendorong anak-anak usia muda semakin bersemangat lagi untuk pergi ke vihara. Sehingga, vihara dapat menjadi tempat yang sesuai untuk menjadi salah satu wadah utama bagi tumbuh-kembangnya anak-anak.
Selain itu dengan tersedia berbagai jenis buku dan permainan edukatif, umat dengan rentang usia yang beragam yang datang ke vihara selain tentunya untuk kegiatan puja bakti rutin, melainkan juga belajar atau bahkan bermain bersama.
Dalam program tersebut juga dirancang berbagai kegiatan untuk anak-anak dengan berbagai usia. Kegiatan dibuka dengan senam ringan yang diikuti semua peserta, dengan tujuan mereka dapat lebih relax sebelum lanjut ke berbagai kegiatan selanjutnya.
Setiap anggota Dasasila yang hadir menjadi fasilitator dalam setiap jenis kegiatan; seperti pembuatan berbagai kreasi kerajinan bagi anak usia TK, yang bertujuan merangsang perkembangan motorik anak usia dini.
Aktivitas berkelompok juga diadakan bagi anak usia SMP, dengan harapan mereka dapat belajar berkoordinasi dan bekerjasama dengan baik dalam sebuah tim. Semua kegiatan ini disambut dengan sangat antusias oleh semua peserta. Ceria adalah kata yang tepat untuk menggambarkan suasana selama kegiatan berlangsung.
Penyelenggaraan seminar yang terdiri dari beragam topik juga diselenggarakan, yaitu: meningkatkan kepercayaan diri, edukasi keuangan, keberuntungan dan kemampuan dalam mencapai sukses, serta pelatihan membuat CV.
Terbentuknya pola pikir positif, selalu bersemangat, dan pantang menyerah atas segala permasalahan yang sudah atau mungkin akan dihadapi oleh semua peserta merupakan nilai-nilai yang diharapkan dari kegiatan tersebut.
Selain itu, seminar mengenai “anti-bullying” juga diselenggarakan bagi para orang tua, dengan tujuan adanya pemahaman bagaimana cara untuk mengetahui apakah seorang anak mereka menjadi korban dari bullying (perundungan); dan sebagai orang tua, tindakan apa yang dirasa paling pas dan sesuai untuk terus menjadi pendukung dan penyemangat bagi anak tersebut.
Hal yang berbeda pada kegiatan Teman Dasasila kali ini adalah adanya “Bazar” yang diadakan di Vihara Dharmajati serta “Pertunjukan Gamelan” yang berisikan beragam Gending Buddhis berbahasa Jawa yang dimainkan oleh umat Buddha Desa Kutuk.
Antusias warga selama bazaar berlangsung terbilang cukup tinggi. Hasil penjualan dari kegiatan bazar tersebut, didonasikan seluruhnya bagi Sekolah Minggu Buddhis Vihara Dharmajati. Selain itu, beragam Gending Buddhis dimainkan secara apik dan menarik yang menunjukan indahnya akulturasi budaya yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Buddhis di Desa Kutuk.
“Kami selalu belajar banyak hal baru mengenai beragam tradisi Buddhis melalui akulturasi budaya serta kearifan lokal yang ada di setiap desa yang telah kami kunjungi,” kata Yudithia selaku pencetus berdirinya Dasasila.
“Saya selalu ingat pesan Mpu Tantular, dalam konteks kepercayaan Siva-Buddha pada masa itu; beliau mengungkapkan bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa. Keragaman tradisi bukanlah sebuah sekat pembeda, melainkan sebuah nilai pemersatu yang indah, sehingga kami menyebutnya #BerjalanDalam1Dhamma.”
Setelah berbagai acara selesai, tim Dasasila membagikan buku dari Dasasila( yang disesuaikan dengan umur mereka), beragam alat tulis, dan snack.[Bhagavant, 25/6/19, Sum]
Kategori: Gerakan Buddhis,Pelayanan Buddhis
Penulis: