Kontroversi Penemuan Rupaka Bayi Bodhisattva yang Bisa Ubah Sejarah Australia
Bhagavant.com,
Sydney, Australia – Dua pria Australia Barat, mengklaim menemukan rupaka bayi bodhisattva perunggu yang kemungkinan berasal dari zaman Dinasti Ming awal.
Jika hal tersebut terbukti benar, rupaka bayi calon Buddha tersebut bernilai tinggi dan berpotensi signifikan secara historis jika waktu kedatangannya di pantai tersebut mendahului kunjungan pertama bangsa Eropa ke pantai barat Australia.
Dua pembuat film, Leon Deschamps dan Shayne Thomson, mengklaim menemukan rupaka calon Buddha tersebut saat menjelajahi pantai di wilayah Gascoyne, Australia Barat. Keduanya menemukan rupaka tersebut menggunakan detektor logam saat melakukan pembuatan film dokumenter tentang eksplorasi Perancis di Australia pada awal 1800-an di era Napoleon.
Meskipun berukuran kecil sekitar 15 cm, rupaka bayi bodhisattva tersebut berbobot 1 kg.
Mereka sekarang menyebut penemuan itu sebagai “bukti eksplorasi ke Australia dari ‘Armada Bendahara’ Dinasti Ming Tiongkok tahun 1421 hingga dua abad sebelum kedatangan bangsa Eropa”.
Klaim Tiongkok
Mantan presiden Tiongkok Hu Jintao mengklaim dalam pidato tahun 2003 di parlemen Australia bahwa ekspedisi armada Dinasti Ming melakukan perjalanan ke Australia pada awal abad ke-15.
Itu berarti 350 tahun sebelum Kapten Cook, dan lebih dari seabad sebelum Willem Janszoon dan Dirk Hartog mencapai Australia Barat, yang kemudian memahat piring timah di Shark Bay.
Perompak Inggris William Dampier menamakan wilayah itu Shark Bay (Teluk Hiu) setelah berlayar di sana pada tahun 1699.
“Selama berabad-abad, masyarakat Tionghoa berlayar melintasi lautan luas dan menetap di apa yang disebut ‘tanah selatan’, atau sekarang Australia,” kata Hu Jintao di Canberra, seperti yang dikutip ulang oleh The Northern Star, Sabtu (9/2/2019).
“Mereka membawa budaya Tionghoa ke sini dan hidup harmonis dengan penduduk setempat, menyumbangkan andil mereka dalam perekonomian, masyarakat Australia, dan masyarakat majemuk yang berkembang pesat,” ujar Hu Jintao.
“Fakta” yang diperdebatkan dengan panas ini sekarang dapat diletakkan dengan penemuan rupaka bayi bodhisattva tersebut, Deschamps dan Thomson menyarankan.
Apa Kata Pakar
Namun, seperti yang dilaporkan The Australian, Sabtu (9/2/2019), Paul Macgregor, seorang pakar Tionghoa dan mantan kurator Museum Sejarah Tionghoa Australia di Melbourne, menolak klaim bahwa penemuan itu, meskipun asli, akan menunjukkan bahwa armada bendahara era Ming telah mencapai Australia.
Paul tidak dapat mengesampingkan penemuan itu sebagai sebuah penipuan, mengingat bahwa kedua penemunya telah menolak untuk memberikan bukti keasliannya. “Mereka bisa membeli sesuatu seperti itu dari pasar antik atau di situs web,” katanya.
Paul mengatakan rupaka-rupaka religius dengan gaya Ming bisa dibuat pada abad ke-19 dan dibawa ke Australia kapan saja dalam 200 tahun terakhir. Rupaka itu mungkin datang ke Australia dengan masyarakat Tionghoa pencari mutiara di akhir 1800-an dan awal 1900-an.
Penemuan ini perlu dinilai oleh para arkeolog independen dan pakar artefak agama Asia, katanya.
Seorang dosen senior di bidang arkeologi dan sejarah di Universitas Notre Dame, Shane Burke, mengatakan setiap klaim bahwa patung itu telah tiba di Australia selama Dinasti Ming pasti “memicu bel alarm”.
Seorang pakar Tionghoa Universitas Sydney, Xiaohuan Zhao, mengatakan rupaka bayi bodhisattva itu tampaknya berasal dari tahun-tahun awal Dinasti Ming, pada masa pemerintahan Kaisar Yongle (1402-1424) dan Kaisar Xuande (1425-1435).
Tetapi Dr. Zhao yakin rupaka itu “sangat mungkin” dibawa ke Australia setelah masa Dinasti Ming.
Salah satu penemunya, Shayne Thomson membenarkan bahwa ia sedang berusaha menulis ulang sejarah Australia yang merupakan hal penting dalam pemasaran untuk film yang akan dibuatnya.
Hingga saat ini penemuan ini belum benar-benar dipastikan secara indepeden.[Bhagavant, 9/2/19, Sum]
Kategori: Arkeologi,Australia
Kata kunci: rupaka Buddha
Penulis: