Bhiksu Korea Ini Dirikan Sekolah untuk Orang Patah Hati

Bhagavant.com,
Seoul, Korea Selatan – Seorang bhiksu Korea Selatan menyebarkan ajaran Buddha melalui konseling bagi mereka yang patah hati.

Y.M. Haemin Sunim memimpin sesi grup di Sekolah untuk Orang Patah Hati
Y.M. Haemin Sunim memimpin sesi grup di Sekolah untuk Orang Patah Hati. Foto: mprnews.com

Y.M. Haemin Sunim (45), seorang bhisku tradisi Zen mendirikan sebuah Sekolah untuk Patah Hati (School for Broken Hearts) hampir empat tahun lalu di pusat kota Seoul, Korea Selatan. Ia melakukannya setelah ia mengatakan menjadi tidak nyaman dengan saran yang ia dan rekan-rekannya berikan kepada mereka yang menderita patah hati.

“Sekarang saya sudah menjadi guru agama Buddha lebih dari 20 tahun sekarang,” katanya seperti yang dilansir Minnesota Public Radio News, Senin (10/9/2018).

“Pada awalnya, saya dulu bekerja di sebuah vihara dan sering bertemu dengan orang-orang yang menderita kesulitan sehari-hari. Beberapa guru Buddhis akhirnya memberi tahu orang-orang ini untuk hanya berpuja kepada Sri Buddha atau bermeditasi. Saya menemukan solusi mereka tidak terlalu memuaskan.”

Y.M. Haemin yang mendapatkan perhatian internasional melalui bukunya berjudul “The Things You Can See Only When You Slow Down,” menginginkan solusi yang lebih praktis.

“Anda tidak harus memahami segalanya untuk mencintai sesuatu, untuk mencintai diri Anda sebagai makhluk yang tidak sempurna, dan untuk mencintai tetangga Anda yang tidak sempurna, atau dunia,” katanya. “Anda masih bisa memilih untuk mencintai mereka.”

Mengawali kariernya, menurut situs webnya, Y.M. Haemin Sunim datang ke Amerika Serikat untuk belajar film, namun ia lebih tarik ke dalam kehidupan spiritual. Dididik di UC Berkeley, Harvard, dan Princeton, ia menerima pelatihan keviharaan formal di Korea dan mengajar Agama Buddha di Hampshire College di Amherst, Massachusetts.

Menurutnya, sekolah nirlaba yang ia bangun ini diharapkan dapat ditiru oleh orang lain di seluruh dunia.

Ia mengatakan, sekolah tersebut mencakup ruang kelas, di mana orang-orang yang menderita duka secara luas dibimbing bersama dengan Y.M. Haemin, guru Zen lainnya, serta psikolog. Misinya adalah untuk menyediakan koneksi, konseling, meditasi, dan penyembuhan untuk orang-orang dengan hati yang hancur.

Kelas-kelas di sekolah itu memberikan dukungan untuk orang yang mengalami depresi, berjuang melawan penyakit. Pada dasarnya, siapa saja yang patah hati dipersilahkan untuk datang dan menemukan jalan menuju penyembuhan, katanya.

“Saya ingin memulai sebuah sekolah di mana orang-orang dapat benar-benar berbicara tentang masalah nyata mereka. Jika Anda sedang mengalami perceraian, jika Anda menderita kanker, hanya dengan bersama-sama dengan orang-orang yang mengalami pengalaman serupa saya menyadari bahwa ini dapat sangat besar saling membantu.”

Y.M. Haemin telah menjalankan Sekolah untuk Orang Patah Hati selama lebih dari empat tahun. Sekolah ini memberikan program gratis maupun berbayar.

“Kami memiliki banyak program dan orang-orang merasa menyegarkan untuk duduk dan melakukan percakapan terbuka dan jujur dalam lingkungan yang mendukung. Kami menggambar dan menari dan bernyanyi, cara yang berbeda untuk mengekspresikan diri. Orang-orang merasa sangat bebas.”

Ia mengatakan salah satu kelas paling sukses yang mereka mulai adalah untuk ibu tunggal yang membesarkan anak-anak difabel.

“Mereka dapat memberikan semua jenis saran yang sangat membantu satu sama lain karena banyak dari mereka mengalami pengalaman yang sama,” katanya. “Saya pikir memberi dukungan, itulah yang saya suka lakukan dan di situlah saya menemukan makna dalam hidup saya.”

Dan bagi mereka yang tidak bisa ke Korea Selatan, dia menunjuk ke cuitan Twitter-nya, yang terkadang memberikan ajarannya dalam bahasa Inggris.

“Saya berharap orang-orang memahami bahwa kita lebih kuat dari yang kita pikirkan, lebih bijaksana daripada penampilan kita,” katanya.

Memberikan kebijaksanaannya yang terakhir ia mengatakan: “Jangan menyerah.”[Bhagavant, 12/9/18, Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Psikologi,Sosial,Tokoh
Kata kunci:
Penulis: