Sosial » Sri Lanka

Kerusuhan di Sri Lanka Para Bhikkhu Beri Perlindungan Umat Muslim

Bhagavant.com,
Kandy, Sri Lanka – Setelah kerusuhan di Sri Lanka pada 4 hingga 6 Maret, para bhikkhu di sejumlah daerah mengunjungi komunitas umat Muslim dan melakukan pembacaan paritta seraya melakukan perlindungan kepada umat Muslim.

Para bhikkhu Sri Lanka mengunjungi masjid untuk memberikan perlindungan dan rasa aman bagi umat Muslim.
Para bhikkhu Sri Lanka mengunjungi masjid untuk memberikan perlindungan dan rasa aman bagi umat Muslim. Foto: lankadeepa.lk

Di Avissawella, para bhikkhu memberikan perlindungan dan keamanan kepada umat Muslim saat mereka melakukan salat Jumat hingga mereka selesai di Masjid Jumma Avissawella.

Seperti yang dilansir Lankadeepa, Jumat (9/3/2018), para bhikkhu di daerah tersebut juga hadir dalam beberapa kesempatan selama pelaksnaan salat beberapa kali di Kota Weligama dan Ratmalana.

Umat Muslim yang khawatir akan keselamatan mereka, menyambut para bhikkhu yang hadir untuk mereka.

Kerusuhan di Sri Lanka khususnya di Kandy dan sekitarnya berakar pada sebuah insiden yang terjadi pada 22 Februari ketika terjadi perselisihan antara empat pemuda Muslim dengan seorang supir.

Menurut polisi, seperti yang dilansir Ceylon Today, Rabu (7/3/2018) mengatakan keempat pemuda Muslim tersebut menganiaya seorang supir etnis Sinhala dan asistennya. Penganiayaan tersebut menyebabkan luka parah di kepala supir tersebut.

Supir yang merupakan warga Ambala di Medamahanu-wara tersebut sempat dibawa ke Rumah Sakit Umum Kandy, namun akhirnya meninggal pada 3 Maret lalu, dan meninggalkan 2 orang anak.

Para pemuda tersebut telah menyerahkan diri kepada polisi dan ditahan satu atau dua hari kemudian. Mereka dibawa ke hadapan pejabat pengadilan rendah pada Rabu (7/30).

Tetapi tiba-tiba pada hari Minggu (4/3), sebuah gerombolan massa yang disebut penduduk setempat sebagai “orang luar” menyerang toko-toko, rumah-rumah dan tempat-tempat ibadah. Polisi menangkap 24 orang yang diduga melakukan penyerangan tersebut. Para tersangka ini dihadapkan ke pejabat pengadilan rendah Teldeniya dan ditahan sampai 19 Maret.

Kemudian muncul pernyerangan baru di sore harinya di Teldeniya, Digana, Medamahanuwara dan Udispattuwa. Aparat keamanan yang dikerahkan menembakkan gas air mata ke kelompok massa di Teldeniya dan Digana. Akhirnya, Polisi memberlakukan jam malam di keseluruhan wilayah Administrasi Kandy.

Meskipun kemudian kondisi relatif tenang (6/3), Presiden Sri Lanka tetap mengeluarkan pernyataan keadaan darurat.

Tidak diketahui secara pasti untuk penyebab kerusuhan terahir. Berbagai hoaks yang menyebar di antaranya isu dimasukkannya obat kontrasepsi ke dalam makanan di sebuah restoran.

Mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi lebih lanjut, pemerintah Sri Lanka memutuskan untuk memblokir layanan media sosial seperti Facebook dan Twitter.

Saat ini kondisi keamanan di Sri Lanka berangsur-angsur kondusif. Pemerintah Sri Lanka berangsur-angsur mengurangi jam malam. Hingga kini sudah 147 orang ditahan terkait kerusuhan tersebut.

Konflik komunial ini tidak akan terjadi jika masyarakat tidak mudah terpedaya oleh hoaks yang menyebar melalui media sosial.[Bhagavant, 10/3/17, Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Sosial,Sri Lanka
Kata kunci:
Penulis:
REKOMENDASIKAN BERITA INI: