Penelitian: Meditasi Sekuler Punya Peran Terbatas dalam Kesosialan
Bhagavant.com,
Coventry, Inggris Raya – Sebuah penelitian bersifat analisis meta mengklaim penelitian terhadap meditasi sekuler memiliki peran yang terbatas dalam bidang kesosialan.
Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan atau yayasan-yayasan mengomersialisasi meditasi termasuk meditasi yang menggunakan teknik yang diajarkan dalam Agama Buddha, namun di luar konteks Agama Buddha dan tanpa pemahaman ajaran Agama Buddha. Meditasi seperti ini disebut sebagai meditasi sekuler.
Analisis meta dan tinjauan sistematis oleh para ilmuwan di Universitas Coventry di Inggris, Universitas Massey di Selandia Baru, dan Universitas Radboud di Belanda, mengkaji lebih dari 20 penelitian yang menyelidiki dampak dari berbagai jenis meditasi sekuler, seperti meditasi berbasis kesadaran penuh dan cinta kasih, terhadap perasaan dan perilaku prososial.
Analisis meta sendiri adalah sebuah analisis statistik yang menggabungkan hasil beberapa penelitian ilmiah. Analisis meta beberapa penelitian kecil tidak dipergunakan untuk memprediksi hasilnya dari satu penelitian yang luas (besar).
Analisis awal dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa meditasi sekuler memang memiliki dampak positif secara keseluruhan.
Para peneliti mengatakan bahwa meditasi sekuler membuat orang merasa lebih berbelas kasih atau berempatik, dibandingkan jika mereka tidak melakukan aktivitas emosional baru lainnya.
Namun analisis tersebut lebih lanjut mengungkapkan bahwa meditasi trsebut tidak memainkan peran penting dalam mengurangi agresi atau prasangka atau memperbaiki bagaimana hubungan seseorang secara sosial.
Penelitian yang hanya meninjau penelitian-penelitian sebelumnya ini menilai penelitian yang dilakukan untuk dampak belas kasih dalam meditasi memiliki kekurangan metodologis yang penting. Analisis meta tersebut juga mengklaim tingkat belas kasih dalam beberapa penelitian terdahulu hanya meningkat karena keikutsertaan guru meditasi yang juga menjadi peneliti dalam laporan yang diterbitkan.
Para peneliti tersebut mengklaim peningkatan moderat yang dilaporkan oleh para psikolog dalam penelitian sebelumnya mungkin merupakan hasil dari kelemahan metodologi dan bias.
Anaisis meta yang di pubilasikan di Scientific Reports tersebut hanya mencakup penelitian terkontrol yang acak, saat meditator dibandingkan dengan individu lain yang tidak bermeditasi.
Semua penelitian terdahulu yang dianalisa adalah teknik meditasi sekuler yang berasal dari Agama Buddha, seperti meditasi kesadaran dan cinta kasih, tapi bukan aktivitas meditasi terkait lainnya, seperti yoga atau Tai-Chi.
“Popularisasi teknik meditasi, seperti kesadaran penuh, meskipun diajarkan tanpa keyakinan agama, tampaknya masih menawarkan harapan untuk diri yang lebih baik dan dunia yang lebih baik bagi banyak orang. Kami ingin menyelidiki seberapa kuat teknik-teknik ini memengaruhi perasaan dan perilaku seseorang terhadap lainnya,” kata Dr. Miguel Farias, dari Pusat Terdepan Sains Perilaku Universitas Coventry.
“Tentu saja, tidak satu pun dari analisa ini menjadikan klaim Agama Buddha atau agama lain tentang nilai moral tidak valid dan akhirnya mengubah potensi keyakinan dan praktiknya. Namun, temuan penelitian kami jauh berbeda dari banyak klaim populer yang dilakukan oleh para meditator dan beberapa psikolog,” katanya.
“Untuk memahami lebih jauh dampak sebenarnya dari meditasi terhadap perasaan dan perilaku orang, kita perlu mengatasi kelemahan metodologis yang kita temukan – dimulai dari harapan tinggi yang mungkin dimiliki peneliti tentang kekuatan meditasi,” tambahnya.
Penelitian berbasis analisis meta ini sejalan dengan pemikiran para praktisi dan cendekiawan Buddhis yang menganjurkan meditasi kesadaran penuh tanpa aspek moral dan etika dapat disalahgunakan.[Baca juga: Cendekiawan Buddhis Bahas Penyalahgunaan Kesadaran Penuh]
Dalam pengantar artikel analisis meta tersebut yang berjudul: The limited prosocial effects of meditation: A systematic review and meta-analysis, para peneliti mengatakan, “Praktisi dan peneliti yang lebih tradisional menganjurkan meditasi kesadaran tanpa ajaran etis dapat mengarah ke jenis perhatian yang salah. Contoh dari hal ini adalah penembak jitu yang benar-benar memperhatikan tubuh, perasaan, pikiran, dan niatnya sebelum menarik pelatuk, yang melepaskan peluru yang akan membunuh manusia lain.”
Singkatnya, analisis meta tersebut mempersoalkan kurangnya metodologi atau cara penelitian terhadap meditasi sekuler sehingga hasilnya menjadi bias, dan meditasi sekuler tersebut memiliki peran yang terbatas terhadap perasaan dan perilaku prososial.
Dalam ajaran Agama Buddha sendiri, dalam hal ini dalam Jalan Utama Berunsur Delapan, meditasi merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dengan praktik kemoralan (sila) dan kebijaksanaan (panna).
Memisahkan meditasi dari praktik moral dan kebijaksanaan tidak akan membawa kemajuan moralitas bagi yang mempraktikkannya.[Bhagavant, 9/2/18, Sum]
Kategori: Sains
Kata kunci: kesadaran penuh
Penulis: