Seni dan Budaya » Sosial » Thailand

Upaya Sadar Diri Napi Thailand dengan Pahat Rupaka Buddha

Bhagavant.com,
Bangkok, Thailand – Memahat rupaka Buddha yang biasanya dikerjakan oleh para seniman kini juga digeluti juga oleh narapidana di Thailand.

Seorang narapidana di Penjara Pusat Bang Kwang bersiap untuk memberikan salah satu rupaka Buddha kepada orang tuanya
Seorang narapidana di Penjara Pusat Bang Kwang bersiap untuk memberikan salah satu rupaka Buddha kepada orang tuanya. Foto: bangkokpost.com

Pekerjaan membuat karya seni berupa rupaka Buddha bukan perkara mudah karena butuh kesabaran. Dan ini dimanfaatkan oleh para narapidana di Thailand sebagai upaya penyadaran diri dan membersihkan pikiran mereka.

Bagi sejumlah narapidana, memahat rupaka Buddha sambil menatapnya hari demi hari memberikan perasaan bersalah terkait perbuatan buruk yang pernah mereka lakukan di masa lalu.

“Butuh tekad besar untuk menghadapi patung yang sedang saya tangani,” kata seorang narapidana berusia 27 tahun, yang menolak memberi tahu namanya, seperti yang dilansir Bangkok Post, Jumat pekan lalu (30/1/2018).

Enam tahun yang lalu ia membunuh seorang pria dengan kejam tapi sekarang ia sedang mencoba mereformasi diri melalui perpaduan antara seni, agama dan refleksi diri.

Narapidana tersebut adalah salah satu dari 30 orang yang mengikuti kursus memahat bertema Buddhis di Penjara Pusat Bang Kwang yang diluncurkan oleh Lembaga Pemasyarakatan Thailand. Hal ini bertujuan untuk membantu narapidana menyembuhkan dan mereformasi diri, kata Narat Sawettanan, kepala LP.

Saat pemuda tersebut mengarahkan pikirannya pada pekerjaannya, ia dapat secara bertahap melepaskan diri dari pribadinya sebelumnya. Kesadaran muncul padanya bahwa kehidupan yang pernah ia jalani sebelumnya adalah “suram, tidak memiliki arti”.

Narapidana tersebut mengatakan bahwa ia telah menemukan beberapa keselamatan dalam memahat karena dengan membentuk tanah liat yang tidak bernyawa menjadi simbol religius yang dipuja membuatnya menyadari bahwa ia adalah penguasa takdirnya sendiri.

“Orang yang berpikir mereka hanya perlu melayani diri sendiri dan memenuhi kebutuhan mereka sendiri adalah sangat keliru,” katanya.

Hidup memiliki nilai yang lebih besar ketika tindakan altruistis (mendahulukan kepentingan orang lain) digabungkan dalam keindahan mental dan emosional seseorang, tambahnya.

Tujuh bulan mengikuti program pelatihan tersebut, ia sudah lebih optimis tentang apa yang akan terjadi di masa depan.

Y.M. Phra Shakyavongsvisuddhi, asisten kepala Vihara Bowonniwet (Wat Bowonniwet), mengatakan bahwa rupaka-rupaka Buddha yang diproduksi oleh para narapidana akan diberikan kepada keluarga mereka.

Amon Chanthabut, ayah dari tahanan berusia 27 tahun tersebut, mengatakan bahwa patung yang dibuat putranya sekarang telah menjadi bagian dari tempat suci keluarga mereka.

“Ini juga mewakili kebahagiaan dan kembalinya putra saya ke jalan yang benar,” katanya.

Amon, yang berbagi kisah hasrat baru putranya dalam seni Buddhis, menerapkan keahlian pembuatan furniturnya untuk merancang rupaka ikonografi Buddhis seukuran manusia dari kayu di waktu luangnya.

Ia mengatakan bahwa melibatkan sebi Buddhis merupakan penyembuhan terbaik yang bisa ia bayangkan untuk memperbaiki perilaku masa lalu putranya.

Narapidana lainnya dalam kursus tersebut juga memiliki perasaan serupa.

“Bukanlah pekerjaan mudah untuk membuat rupaka Buddha bagi orang-orang yang memberikan penghormatan kepadanya,” kata seorang narapidana, yang juga meminta namanya tidak disebut.

Ia mengatakan proyek semacam itu hanya bisa selesai jika seniman, dalam hal ini narapidana, benar-benar mampu memurnikan batin mereka.

Ia juga mengatakan bahwa dirinya berencana untuk terus memahat karena ia sekarang jatuh cinta dengan seni.

“Proyek ini telah mengubah semuanya,” kata Phusit Rattanaphanop, seorang pemahat yang membantu menjalankan kursus tersebut.

Para siswa latihan dari kursus tersebut telah membuat 10 rupaka untuk rumah sakit dan vihara. Pekerjaan mereka akan dipamerkan untuk umum di bulan ini.[Bhagavant, 3/2/18, Sum]

Rekomendasikan:

Kategori: Seni dan Budaya,Sosial,Thailand
Kata kunci: ,
Penulis:
REKOMENDASIKAN BERITA INI: